4 BAB 3

Enjoy Reading.

***

"Hey! Perempuan, sini kamu." Seorang wanita tiba-tiba menerobos masuk dengan wajah tidak menyenangkan.

Maria menoleh ke kanan dan ke kiri mencari siapa yang sedang diteriaki oleh wanita itu. Tetapi, ternyata wanita cantik itu sedang berteriak ke arahnya.

Wanita itu sangat putih dan mulus, tapi bukan sapi.

Karena kalau sapi itu betina, bukan wanita.

Walau sama-sama penghasil susu tapi bukan susu kalengan apalagi ber merek.

"Saya?" tunjuk Maria pada dirinya sendiri. Memastikan bahwa wanita itu memang memanggil dirinya bukan orang lain.

"Siapa lagi perempuan yang ada di sini selain kamu?" wanita itu menghampiri Maria. Terlihat kesal dan marah.

Selain Maria ada banyak wanita di sana. Salah satunya fotonya Esmeralda yang terpajang di pojokan. Walau hanya foto dia juga wanita kan.

"Ada urusan apa ya Mbak?" tanya Maria sopan.

"Saya bukan mbakmu." Maria juga tidak mau punya embak galak begitu.

"Ada urusan apa ya Kak."

"Saya juga bukan kakakmu." Kakak kelas Maria dulu juga ada yang jutek begitu. Tetapi habis marah sama Maria besoknya dia mati keselek trasi bakar.

"Ada keperluan apa Kanjeng ndoro?"

"Kamu menyindir saya?"

Maria melongo. Di panggil mbak enggak mau, di panggil kak juga nggak mau, di panggil kanjeng ndoro marah-marah.

Maunya apa coba?

Panggil jaiangkung. Datang tak di undang pergi bawa duit utangan?

"Dengar ya! Saya peringatkan sama Kamu, jangan kegatelan. Jangan pernah godain suami saya. MENGERTI?"

Maria bingung.

Ini perempuan baru datang marah-marah, terus nuduh dia godain suaminya? Suaminya dia siapa? Maria kenal juga enggak.

"Maaf, sepertinya Anda salah orang, saya enggak pernah godain suami Anda. Kenal juga nggak." Maria jadi penasaran siapa lelaki sial yang memiliki istri ganas begini.

"Pura-pura nggak kenal lagi. Ferguso itu suami saya."

"Oh, Ferguso." Maria mengangguk tanda mengerti.

"Mbak, maaf ya, saya nggak ada hubungan apa-apa sama Ferguso, selain hubungan kerja."

"Nggak usah ngelak deh. Dari kemarin Ferguso itu nggak pulang, pasti kamu kekepin kan? Dasar pelakor."

Lah ... Suami dia yang ilang kenapa jadi Maria yang dituduh.

"Mbak, kalau ngomong hati-hati ya, jangan suka Awwww..." Belum selesai ucapan Maria tiba-tiba saja rambutnya sudah di jambak oleh perempuan itu.

Maria yang tidak terima akhirnya ikut menjambaknya.

Terjadilah aksi jambak-jambakan dan saling mencakar antara keduanya.

"MIYABI?" Ferguso terkejut melihat istrinya sedang berkelahi dengan rekan kerjanya.

Dengan cepat dia memisahkan mereka yang sudah saling bergelut di lantai.

"Ada apa ini? kenapa kalian berkelahi?"

"Tanya saja sama istrimu, kenapa dia tiba-tiba jambak aku." Maria berdiri dengan rambut acak-acakan.

"Eh pelakor, nggak usah sok tertindas deh. Aku tahu! Kamu itu perempuan gatel yang suka godain suami aku." Miyabi tidak mau kalah. Suaminya itu tampan, menawan, rupawan tetapi tidak belang. Jadi sangat wajar banyak pelakor mengantri untuk mendapatkannya.

"Miyabiiiiii," tegur Ferguso.

"Kamu belain dia? Jahat kamu Ferguso. Kamu kejam, aku benci sama kamu, benciiiiiii." Mata Miyabi langsung berkaca-kaca.

"Kamu lihat? gara-gara Kamu, suami aku marahin aku."

"Dasar pelakor, mau kamu apa? semvak? ini, semvak ini. Aku kasih semvak sebanyak yang kamu mau." Miyabi melemparkan semua semvak di dalam kardus yang dia bawa dari rumah.

"Kurang, ini aku kasih lagi, nyoh, nyohhh, nyohhhhh." Miyabi terus melempar semvak ke arah Maria hingga kini Maria berdiri diantara tumpukan semvak berbagai model.

"Saya nggak mau semvak mbak, saya mau isinya semvak," ucap Maria kesal juga.

"Apa kamu bilang?????" Miyabi hampir menerjang Maria, untung saja Ferguso segera mencegahnya.

"Miyabi, kamu salah paham. Aku nggak selingkuh sama Maria."

"Lalu kenapa kamu tidak pulang semalam? Pasti menginap di rumah dia kan?" dada Miyabi naik turun karena marah.

"Semalam aku menginap di rumah mas Martoyo."

"Whattttttt?????" Miyabi megap-megap seperti ikan koi kehabisa air.

"Tega kamu Ferguso. Apa yang kamu lakukan itu jahat tahu nggak? Aku nggak nyangka Kamu bisa sekejam itu sama aku." Miyabi bicara sambil menangis pilu.

Ferguso menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ini kenapa lagi?

"Aku salah apa? aku cuma menginap di rumah mas Martoyo?"

"Kamu nggak merasa bersalah? Kemarin kamu selingkuh dengan Marimar, dulu dengan Manohara, seminggu lalu dengan Mia khalifa. Aku masih memaafkan." Miyabi sudah berlinang air mata.

"Tapi sekarang kamu malah selingkuh dengan Martoyo." Kini Miyabi benar-benar menangis kencang.

Ferguso melongo dengan tuduhan istrinya. Hell dia masih doyan tempe bukan terong-terongan.

"Saingan dengan perempuan aku masih bisa. Karena aku cantik dan sexy. Tapi kalau saingan sama pria, aku kan nggak punya jendolan." Miyabi meraung-raung merasa kalah sebelum berperang.

"Miyabiiiiii." Ferguso bingung menjelaskan. Dia merasa normal dan masih suka gua surga bukan pentungan neraka.

"Aku mau pulang. Aku mau cerai. Jangan sntuh aku, jangan menahanku. Aku benci sama kamu. Aku jijik, lepaskannnn." Miyabi langsung berbalik pergi karena sedari tadi Ferguso memang tidak menyentuhnya. Jangankan menyentuh jarak mereka berdiri saja satu meter.

Namun, Ferguso yang mencintai istrinya, tentu saja langsung mengejar Miyabi. Tidak rela jika ditalak lima.

Suasana langsung sepi begitu mereka pergi. Menyisakan Maria yang terheran-heran dengan kejadian ini.

Miyabi itu, datang bagai gledek.

Blar, blarrr, blarrrr. Semua yang di dekatnya di sambar.

Terus pas pergi tiba-tiba.

Plassshhhh. Hilang macam tai di siram.

Bodo amatlah, yang penting Maria beruntung.

Nggak sis-sia dia jambak-jambakan. lumayan, dapat semvak sekardus, bisa buat endors-an.

Kan masih bisa di jual 10 ribu dapat 3.

Keuntungannya bisa buat beli tahu bulat, 500-an, di goreng dadakan.

***

TBC

avataravatar
Next chapter