1 tak disangka

"UNCLE PAYNE?"

Payne Sterling yang berusia 32 tahun langsung mendongak dari layar laptopnya dan melihat keponakan kesayangannya, Catherine, berlari memasuki ruang kerja. Payne ragu kaki gadis itu sempat menyentuh lantai.

Tunangan Payne mengikuti agak lebih lambat dengan kursi rodanya. Mereka tampak panik karena sesuatu.

"Kau harus melihat ini!"

Catherine terlihat dan terdengar kalap saat menyodorkan buku paperback—buku dengan sampul tipis—pada Payne.

"Tenang, Sayang."

Kebingungan, Payne mengambil buku itu, lalu memerhatikannya. Ia terkejut mengetahui buku itu adalah novel roman berjudul Manhattan Merger, karangan Bonnie Wrigley.

Di bawah judul tampak gambar pria sedang memeluk wanita. Mereka sedang berdiri di kantor dalam gedung pencakar langit New York berlatar belakang langit Manhattan.

Sekilas saja Payne menyadari itu bukan sembarang kantor.

Atau sembarang pria…

Meskipun gambar itu bukan foto, Payne seperti menatap diri sendiri di cermin.

Payne memandangi sampul buku itu selama semenit penuh, terperangah tak percaya.

"Janji, kau tak akan memberitahu Mom aku membaca ini, Uncle Payne. Masalahnya, selama setahun belakangan aku memerhatikan beberapa gambar pria di sampul menyerupaimu. Tapi yang ini memang kau," Suara Catherine gemetar. "Bahkan bentuk garis rambutnya pun sama."

Payne juga menyadarinya.

"Catherine benar, Payne!" seru Diane cemas. "Pria ini berperawakan dan berambut cokelat tua sepertimu. Panjangnya sama. Segalanya seperti kau, bahkan corak mata birunya persis denganmu. Itu sebabnya aku memberitahu Catherine agar memperlihatkan novel ini kepadamu."

Kedua wanita itu pucat.

"Dia bahkan memakai jenis setelan dan kemeja yang sama seperti yang kaupakai bekerja, Uncle Payne! Dan pemandangan dari jenis jendela yang sama itu persis seperti yang terlihat bila memasuki kantormu. Orang yang membuat sampul ini tahu banyak hal pribadi tentang dirimu."

"Lihat!" Catherine menunjuk beberapa hal dalam gambar sampul itu. "Lihat lukisan kapal yang lewat di depan mercusuar? Lukisan serupa digantung di dinding kantormu! Dan bagaimana dengan foto kecil bulldog di meja?"

Payne langsung mengenali hal-hal detail itu, tetapi tak mau mengatakan sesuatu pun karena takut membuat kedua wanita itu semakin panik.

Tanda peringatan semakin kencang berbunyi, mengingat Payne pernah menyewa arsitek untuk membuat mercusuar tua di Crag's Head menjadi tempat tinggal yang telah didiaminya selama beberapa tahun terakhir.

Payne mengamati keponakannya yang berusia lima belas tahun dan berambut emas sepucat rambut kakak perempuan Payne. "Kau sudah membaca novel ini?"

"Belum—Begitu aku memperlihatkannya pada Diane, kami memutuskan untuk langsung membawanya kepadamu!"

"Tindakanmu tepat."

Payne pernah mendengar setiap orang memiliki kembaran di suatu tempat. Kemungkinan lebih dari satu. Mungkin ini adalah kebetulan yang fantastis, tetapi Payne tak mau mengambil risiko. Tidak lagi, setelah kejadian Natal kemarin.

"Di mana kau mendapat buku-buku ini, Catherine?"

"Salah satu pelayan membacanya lebih dulu, lalu memberiku beberapa. Bila sudah selesai, kukembalikan kepadanya."

"Pelayan yang mana?"

"Nyla."

"Seharusnya Catherine tak boleh membaca buku-buku seperti ini, Payne," ujar Diane. "Siapa pun yang bertanggung jawab menaruh gambarmu di sampul-sampul novel, mungkin di masa mudanya membaca banyak roman tak bermutu dan tak bisa lagi membedakan antara fantasi dan kenyataan."

"Tak ada yang tidak bermutu dalam novel-novel itu," Catherine membela pelan. "Isinya adalah cerita-cerita mengasyikkan tentang orang-orang yang jatuh cinta. Banyak yang bisa kaupelajari dan kau pergi ke begitu banyak tempat. Menurutku novel-novel itu hebat! Jika kau atau Mom mau meluangkan waktu untuk membacanya, kalian juga akan ketagihan."

Diane menatap Payne, menunjukkan ketidaksetujuannya.

"Begini, Uncle Payne—jangan marah pada Nyla. Aku tak mau dia mendapat kesulitan. Dialah yang mengatakan aku harus memperlihatkan buku ini kepadamu!

"Jika kau mengatakan sesuatu pada Mom dan Dad tentang ini, mereka akan menitipkan aku pada nenek dan kakek lain kali mereka bepergian. Bahkan Nyla mungkin akan kehilangan pekerjaannya."

Payne menggeleng. "Aku tak akan membahayakan posisinya di sini. Sebaliknya, aku ingin berterima kasih pada Nyla karena sudah membantu dan mendorongmu untuk memberitahuku tentang buku yang kaubaca ini. Jelas ada sesuatu yang harus segera ditangani."

Diane gemetar. "Bisa jadi ini perempuan gila lainnya yang sudah membuntutimu tanpa sepengetahuanmu. Jelas dia pernah ke kantormu, Payne. Aku mencemaskanmu."

Wajar sekali tunangan Payne merasa ketakutan.

Kurang dari enam bulan silam, Diane Wylie tertembak peluru seorang penguntit yang ditujukan bagi Payne. Sekarang ia terkurung di kursi roda—mungkin selamanya.

Merasa bersalah, Payne berjalan mengitari meja dan berjongkok di samping Diane. Diraihnya tangan tunangannya dan ia berkata, "Saat ini aku tak tahu harus memercayai apa, tapi aku akan mencari tahu apakah ini lagi-lagi perbuatan orang gila. Kalian berdua tunggu di sini. Aku akan segera kembali."

Payne berdiri, membelai pipi keponakannya yang pucat, lalu mengambil novel dari mejanya dan berjalan ke luar ruang kerja kakak iparnya. Beberapa menit kemudian ia menemui Nyla di dapur sedang minum teh sore bersama beberapa staf lain.

Ekspresi Nyla tampak tenang ketika Payne memperlihatkan novel itu kepadanya dan bertanya di mana dia membelinya.

"Aku mendapatkannya lewat klub buku, tapi kau bisa mendapatkan buku-buku yang sudah dibaca orang di toko buku bekas di desa. Namanya Candle Glow Books. Mereka punya segalanya."

"Terima kasih, Nyla."

"Kembali. Mungkin sebaiknya kuberitahu, aku sudah pernah melihat wajahmu di sampul-sampul lain, tetapi rambut dan matamu selalu berbeda. Selama ini kupikir kemiripan itu hanya kebetulan semata, sampai buku ini datang lewat pos.

"Aku menyarankan Catherine supaya mengatakan sesuatu kepadamu tentang hal ini. Kemiripannya mengherankan! Begitu pula ceritanya."

Ceritanya juga?

Tanpa membuang-buang waktu, Payne mengeluarkan ponsel dan menghubungi petugas keamanan agar menemuinya di belakang rumah kakaknya.

Sejak berusia tujuh belas tahun, Payne sudah menjadi korban enam insiden penguntitan yang berakhir setelah polisi menanganinya.

Tetapi bulan Desember lalu, antara Natal dan Tahun Baru, seorang perempuan gila berhasil memasuki halaman rumah keluarga Sterling di South Fork, Long Island. Tak seorang pun tahu apakah ia masuk melalui perairan atau berhasil melewati penjaga di gerbang.

Saat itu keluarga Sterling sedang mengadakan jamuan makan malam untuk keluarga Wylie yang sebelumnya sudah mengundang mereka sarapan. Keluarga Wylie tinggal di Pantai Utara Long Island dan sejak lama memiliki tradisi saling mengunjungi dengan keluarga Sterling.

Sebelum libur Natal, Payne sering ke luar negeri dan menghabiskan sebagian besar waktunya di kantor, agar ia dapat menyelesaikan berkas-berkas pekerjaannya dalam suasana sepi.

Selagi Payne tenggelam dalam pekerjaan, ibunya menelepon, kecewa karena ia telah melewatkan jamuan sarapan keluarga Wylie. Bisakah Payne datang untuk makan malam? Dan bersediakah Payne mengajak serta Diane yang sedang berbelanja di kota? Jika Diane dapat terbang pulang bersama Payne, takkan ada yang terlambat.

Mengetahui betapa besar perhatian ibunya mengenai hal-hal ini, Payne setuju datang dan mengajak Diane. Saat mereka berdua berjalan dari mobil ke serambi depan rumah orangtua Payne, penyusup gila itu muncul dari semak-semak. Wanita berusia tiga puluhan itu menyatakan mencintai Payne. Jika ia tak dapat memiliki Payne, maka wanita lain pun tak dapat memilikinya.

Payne melihat kilauan logam dan langsung mendorong Diane ke samping sebelum pistol meletus, tetapi penguntit itu salah sasaran. Payne ketakutan melihat peluru menghantam punggung bawah Diane sebelum ia sempat merobohkan orang gila itu ke tanah. Pengalaman mengerikan itu telah mengubah seluruh hidup mereka.

Diane berpegangan erat pada Payne sepanjang jalan ke rumah sakit. Ketakutan karena ia pikir ia akan segera meninggal, Diane memberitahu Payne betapa ia sangat membutuhkan pria itu, betapa ia selalu mencintai Payne.

Payne tak pernah mengetahui perasaan terdalam Diane terhadapnya. Ia tak pernah tertarik pada Diane seperti itu, tetapi tidak jadi masalah karena saat itu ia tak boleh mengabaikan Diane dalam kondisi seperti itu.

Beberapa bulan kemudian Diane masih belum dapat berjalan, meskipun kadang-kadang ia dapat merasakan kakinya. Para dokter sudah berusaha semampu mereka dan menyarankan agar Diane pergi ke klinik di Swiss yang terkenal berhasil menangani jenis cedera tulang punggung yang diderita Diane.

Karena takut gagal, Diane tak mau mempertimbangkan dan tak bisa dibujuk ke Swiss. Saat itu Payne memikirkan kehidupannya dan memutuskan, jika ia melamar Diane mungkin wanita itu akan tertarik untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkannya.

Tetapi setelah pertunangan mereka diumumkan, Diane tampak lebih menarik diri, tak bersedia membicarakan kepergian ke Swiss. Lebih buruk lagi, dia merasakan ketakutan yang nyaris tidak masuk akal tentang kemungkinan mereka berdua akan ditembak lagi.

Untuk menenteramkan Diane, Payne memastikan penambahan perangkat pengamanan baru untuk melindungi wanita itu, keluarga Wylie, dan semua orang di kediaman Sterling. Sekarang tunangan Payne mendapatkan perlindungan 24 jam.

Sementara untuk Payne, empat pengawal menemaninya ke mana pun ia berbisnis. Ia pergi ke kantornya di Manhattan dengan helikopter. Jika harus bepergian ke luar negeri, ia menggunakan jet pribadi. Bila harus pergi ke suatu tempat di Long Island, salah satu pengawal mengantarnya dengan limusin antipeluru yang berjendela satu arah.

Dalam perjalanan ke toko buku bekas di Oyster Bay, Payne menyerahkan novel itu kepada pensiunan Navy SEAL, Mac, yang sudah menjadi pengawal pribadinya selama tiga tahun terakhir.

"Bagaimana pendapatmu?"

Mac melihat dan bersiul. Matanya yang kelabu kebingungan menatap Payne sebelum mengembalikan buku itu. "Bagaimana kau bisa ada di sampulnya?"

"Itu yang ingin kuketahui."

Sementara sopir mencari Candle Glow Books, Payne membuka halaman hak cipta di dalam novel.

Red Rose Romance Publishers, Inc., Second Avenue, New York, New York.

Payne menyipitkan mata. Ia tak pernah mendengarnya, tetapi tempat itu terletak di timur Central Park dekat Turtle Bay Grill, tempat Payne sering menemui klien-kliennya dari luar negeri.

Tampaknya buku itu diterbitkan dua bulan lalu.

Berarti pihak mana pun yang bertanggung jawab atas dipasangnya gambar Payne di sampul, telah mengetahui dirinya jauh sebelum tanggal penerbitan. Kebanyakan perusahaan penerbitan baru akan menerbitkan buku-buku yang masuk ke meja mereka setelah tiga tahun, bahkan lebih.

Ada pembelaan.

Tokoh-tokoh, nama-nama, atau kejadian-kejadian dalam buku ini hanyalah karangan si pengarang.

Persetan!

Wajah Payne berubah suram.

Payne membalikkan buku dan membaca sinopsis. Ketika mencerna kalimat kedua, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.

Rahasia-rahasia?

Miliuner New York yang berkuasa dan tampan, Logan Townsend menyembunyikan rahasia menyakitkan dari tunangan dan keluarganya.

"Ya Tuhan," bisik Payne.

Ketika Logan mengalami kecelakaan di Canyonlands, West American, Dr. Maggie Osborn menemukan rahasia itu.

Tanpa sepengetahuan Logan, dokter itu mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkannya.

Tetapi rahasia selalu dapat terbongkar.

Sekembalinya ke New York, Logan baru mengetahui Maggie menyimpan rahasia darinya.

Di ambang keputusan akhir untuk melalukan merger terpenting dalam hidupnya, Logan terambang-ambing antara tugas dan hasrat.

Begitu membaca baris terakhir. Payne merasa seolah seseorang baru saja melangkahi kuburannya. Yakin buku ini bukan suatu ketidaksengajaan, Payne meremas buku itu dalam genggamannya.

Ia bersedia mengotori pulau itu dengan lembaran-lembaran buku agar terbebas dari novel itu. Tetapi karena beberapa alasan, ia tak dapat melakukannya dan terpaksa tetap diam sembari mencoba menahan amarahnya.

Sam, pengawal yang memegang kemudi, berbelok ke gang, lalu berhenti di belakang toko buku bekas yang dituju. Dua pengawal lainnya, John dan Andy, melompat keluar dan memasuki toko mendahului Payne.

Hari Selasa malam di bulan Juni ini tokonya sudah akan tutup. Waktu yang sempurna sekali jika Payne berharap menghindari banyak perhatian yang tak diinginkan.

Ketika suasana sudah aman, Mac melindungi punggung Payne saat mereka keluar dari limusin dan berjalan ke dalam toko yang sempit. Toko itu terdiri dari ruang-ruang kecil dan gang-gang sempit. Ke mana pun Payne berpaling, terlihat novel-novel yang bertumpuk sampai ke langit-langit. Tak diragukan lagi ini surga bagi pencinta novel paperback.

Mata penjaga toko di balik meja kasir berbinar melihat Payne mendekat. "Mr. Sterling—Selamat malam! Aku Alice Perry. Benar-benar suatu kehormatan kau mendatangi tokoku." Wanita tua itu mengulurkan tangan dan Payne menyalaminya.

"Senang bertemu denganmu, Ms. Perry," sahut Payne.

"Apa yang dapat kubantu?"

Payne menyerahkan novel yang sudah melengkung.

Alice memandang novel dan mendongak girang ke arah Payne. "Aku tahu ini kau!" seru Alice. "Setiap pembaca roman yang ke sini belakangan ini selalu membicarakannya."

Payne mengerang. "Menurut keponakanku, ada novel-novel selain ini yang gambar pria di sampulnya mirip denganku."

"Oh, ada!" kata Alice tanpa pikir panjang. "Tapi yang satu ini…"

Jadi Catherine dan Nyla tidak membesar-besarkan masalah. Kabar buruk ini ternyata berubah menjadi kabar yang lebih buruk.

"Saat ini tak satu pun buku Manhattan Merger dapat diperoleh di pesisir Atlantik. Teleponku berdering terus dari para penjual buku yang menginginkannya! Orang-orang yang cukup beruntung membelinya ketika baru terbit tidak akan pernah melepaskannya.

"Aku memiliki buku itu, dan buku-buku lainnya, untukku sendiri dan anak perempuanku yang membantu mengelola toko. Barangkali sebelum kau pergi, kau bersedia menandatanganinya? Kami akan senang sekali jika kau mau."

"Aku akan senang sekali memenuhinya, jika aku sudah memberikan izin untuk muncul di sampul novel-novel itu."

Senyum Alice memudar. "Aku tak mengerti."

"Aku juga, Ms. Perry. Itu sebabnya aku ke sini, mencoba memecahkan misteri ini."

"Maksudmu penerbit buku itu dengan begitu saja menggunakan gambarmu?"

"Entahlah, tapi aku akan mencari tahu." Payne harus memendam amarahnya kuat-kuat. "Boleh kulihat novel-novel itu?"

avataravatar
Next chapter