1 Pertemuan Pertama

Maylinda merasa seakan dia akan menemui ajalnya. Tempat dimana dia berada terasa sangat panas, dan membuatnya merasa sangat tidak nyaman.

Di sebuah lorong yang panjang di hotel nan mewah itu, Maylinda berlari tanpa menggunakan alas kaki di bawah pantulan cahaya lampu kristal dengan terengah-engah dan rasa keputus asaannya. Dia hanya bisa mendengarkan suara nafas dan langkah kakinya yang tergesa-gesa.

Dia dapat melihat dengan jelas pria-pria itu mendekat dan siap kapan saja untuk menangkapnya.

Gaunnya yang indah membuatnya tidak bisa berlari dengan nyaman, sehingga dia harus menariknya agar memudahkannya untuk berlari. Lengannya yang sibuk menarik ujung gaun itu terlihat basah karena keringat yang menetes. Dia tak kuasa menahannya lagi, dia akhirnya menarik sedikit gaunnya di bagian leher agar dapat merasakan kesejukan dari angin yang berhembus dan merasa lebih nyaman karenanya.

"Kejar kesini! Gadis sial itu ada disini!" Suara kasar pria itu terdengar di telinganya, suara itu terdengar sangat dekat dan bercampur dengan beberapa kata kasar yang tak enak didengar.

Maylinda menggelengkan kepalanya, dia merasa telah tersudut, namun laju larinya menurun dan tubuhnya perlahan berhenti. Dia benar benar tidak sanggup untuk berlari lagi.

Dia berhenti di depan sebuah pintu, dan punggungnya bersandar dekat dengan pintu kamar itu. Gaun hitam kecil yang melekat di tubuhnya terlihat berantakan dan rambut hitam panjangnya yang tersibak memperlihatkan bahu indah dan putihnya dengan lebih jelas.Meskipun tidak karuan bentuknya, ia terlihat sangat indah. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah dia tertangkap.

Wajah kecilnya tertanam dengan fitur yang sangat indah. Saat ini, bibirnya yang tipis seperti mawar terlihat menegang karena ketakutan dan sedikit hal itu membuatnya gemetar. Keindahannya menakjubkan! Dia hampir bisa membayangkan akhir dari penangkapannya.

Dengan cibiran di wajah jelek ibu tirinya, dia secara pribadi mengirimnya ke tempat tidur lelaki tua yang jahat itu.

"May, kau dilahirkan hanya untuk membuatku kehilangan uang. Apa kau tau butuh banyak uang dan waktu untuk membesarkanmu. Ini satu-satunya hal yang bisa kau lakukan untukku!"

Dia hampir putus asa, terlihat rona merah di wajah kecilnya yang menawan. Dia tak bisa menahannya lagi, matanya melebar karena air mata yang tak bisa dibendungnya.

Namun, dia sudah tidak sanggup untuk melarikan diri lagi.

Pada saat ini, dia melihat pintu di belakangnya, pintu itu telah menarik perhatiannya. Ada rasa ingin tahu yang tinggi darinya terhadap pintu itu, tanpa dia ketahui pintu itu terbuka dan membuat dirinya terjatuh ke dalam. Setelah terjatuh pintu yang terbuka sendiri itu menutup secara otomatis meninggalkan suara langkah kaki yang ada di luar. Hal itu membuatnya merasa berada dalam dunia lain.

Sangat sepi dan sangat sunyi, begitulah keadaan ruangan itu. Meskipun dia terjatuh di atas karpet yang lembut dia tetap merasa sangat pusing, namun ia masih bisa merasakan bahwa kamar itu terlihat sangat-sangat mewah. Dengan desain bergaya Eropa, dari furnitur hingga dekorasinya terlihat sangat mewah seperti dibuat oleh perusahaan yang terkenal.

Terdapat vas emas dari abad ke-18 yang mungkin bernilai lebih dari 20 juta dolar AS, belum lagi lukisan yang terpajang di dinding. Semua hal terlihat sangat indah dan bernilai fantastis.

Tetapi benda benda ini tidak lebih indah bahkan sebanyak sepersepuluh dari pria anggun yang tengah bersandar di sofa. Jas putih salju diletakkan dengan pas di tubuhnya yang atletis, garis leher sedikit terbuka, dan tulang selangka yang halus dapat dilihat dengan jelas. Ke atas, itu adalah wajah yang sempurna. Pria itu terlihat dingin dan bukanlah orang yang Maylinda kenal.

Pada saat ini, pria menawan itu meletakkan dahinya dengan satu tangan, seolah-olah dia sedang tertidur, matanya yang sayu terlihat sangat menggoda. Maylinda telah kehilangan akal sehatnya karena sedang mabuk merasa tubuhnya semakin panas, dia seperti dirasuki iblis yang membuatnya berjalan lurus menuju pria itu dan tanpa sadar telah berada di atasnya tanpa terkendali. Secara intuitif mengatakan padanya bahwa dia memiliki apa yang dia inginkan ...

Dia tidak bisa membantu tetapi berlutut setengah di depannya, jari-jarinya gemetar dan mencapai kerah jubah mandi pria itu, mulut kecilnya juga membungkuk, hampir dengan canggung menciumnya. Tidak ada alasan, kecuali bahwa dia bisa membebaskannya dan tidak lagi begitu menderita.

Mata kosong itu tiba-tiba terbuka, dan pemilik mata tanpa sadar ingin mendorongnya menjauh. Tapi ketika jarinya menyentuh di wajah kecilnya, dia seakan kehilangan kekuatan untuk mendorongnya. Sentuhan indah membuatnya berubah pikiran lagi dan menepuk pundaknya. Ia ingin merasakan lagi bibirnya yang sangat harum dan lembut.

Ciuman itu semakin dalam dan perlahan membuat dia menjadi tidak sabar, dia menekannya di bawah tubuhnya dengan paksa. Malam yang sangat panjang, namun ia merasakan hal yang luar biasa.

Maylinda terlihat berkeringat, badannya bercampur dengan bau alkohol dan aroma laki-laki itu. Ia telah sadar bahwa malam itu adalah malam yang panjang ketika ia menemukan dirinya yang berantakan.

Pagi-pagi sekali, Maylinda membuka matanya dan merasa seluruh tubuhnya sakit, terutama tenggorokannya yang terasa terbakar karena alkohol yan sempat ia minum sebelumnya.

Kemudian dia menunduk dan melihat sebuah tangan indah sedang melingkar di pinggangnya. Tangan itu, bersih dan memeluk pinggang kecilnya. Pemilik tangan itu memegang pinggangnya dengan erat.

Dia memalingkan wajahnya ke samping karena ingin melihat siapa pemilik tangan yang indah ini. Ia melihat wajah cantik lelaki itu dengan seksama karena ia belum bangun. Lelaki itu masih tertidur lelap, yang ada dipikiran Maylinda hanya kemungkinan bahwa dia sedang kelelahan karena kehabisan energi.

Setelah puas menatapnya, ia tertegun sejenak.Kemudian dengan hati-hati ia bergerak menuruni ranjang itu. Sesaat setelahnya ia terjatuh ke lantai, seluruh badannya terasa sangat sakit karena terjatuh, terutama bagian dahinya yang terasa sangat sakit sehingga membuatnya berkeringat.

Ia melihat sekeliling ruangan itu, dia bergegas untuk menemukan ruang ganti yang terhubung ke kamar tidur itu, dia pergi kesana tanpa pakaiannya.

Cahaya pagi hari telah melintasi tirai dan menyinari tubuh indah pemuda itu. Sinar matahari yang masuk menunjukkan jejak warna merah tua yang terlihat sangat jelas di lehernya.

Pria muda itu terlihat bingung dengan keadaan yang ia alami saat ini, namun ia merasa hangat.

Maylinda dengan santai mengeluarkan satu-satunya set pakaian pria tersebut karena dia telah merasa menggigil sedari tadi. Setelah itu ia mengenakan pakaian yang super longgar itu di tubuh mungilnya, meskipun terlihat sangat konyol ia tak peduli karena ia sangat membutuhkan pakaian itu.

Ketika ia ingin keluar, ia tidak punya keberanian untuk melihat pria yang masih ada di atas tempat tidur itu, dengan santai ia memegang tas kecilnya yang berserakan di tanah dan segera membereskannya..

Ketika membereskan tas kecilnya, tiba-tiba ada sebuah telapak tangan besar menangkap lengannya, dan hanya dengan sedikit tarikan, dia memeluk dirinya dengan hangat.

Pria itu menggenggamnya dengan satu tangan, dan perlahan menyentuh wajah kecilnya dengan tangan lainnya, mencubit dagunya yang halus, dan memaksanya untuk mengangkat kepalanya dengan kuat.

Dengan wajahnya yang sangat dekat dengan wajah pria itu serta empat mata yang saling berhadapan, hati Maylinda bergetar. Senang melihat kegilaan, tapi seluruh tubuh tanpa sadar mengeluarkan nafas berbahaya.

Teguh menatap dalam mata Maylinda, mengunci wajah kecilnya, dan suaranya terdengar tenang bertanya "Siapa namamu?"

Pria yang tertidur di ranjang itu akhirnya bangun. Dia memang mabuk tadi malam, tapi dia tidak cukup mabuk untuk melupakan apa yang terjadi. Tubuhnya memiliki rasa kepuasan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia menjelaskan apa yang terjadi semalam.

��Aku memang mabuk semalam tapi aku masih ingat apa yang kulakukan dengan gadis itu, saat bangun aku bisa mencium aroma tubuhnya dengan samar yang tertinggal di bantal"

Itu adalah bau unik seorang gadis. Dia ingat ketika dia melakukan ini dengan gadis itu tadi malam. Wajahnya selalu terkubur di lehernya untuk meninggalkan bekas kemerahan, dan rambutnya yang tersebar di ujung hidungnya.

"Tentu saja mungkin terjadi sesuatu diantara kita tadi malam, tapi sesaat kau datang dari belakang. Jelas, sekarang kau ingin kabur!" tegas Teguh.

Maylinda menggigit bibirnya dan berbaring di atasnya dengan rasa malu.Saat tubuh berjuang untuk lepas dari genggaman Teguh, selimutnya meluncur ke bawah ...

Tubuhnya menempel di wajah mungilnya! Dia bahkan bisa mencium aroma tubuhnya dengan jelas. Maylinda membuat beberapa pukulan, tetapi dia dengan mudah menahannya di tempatnya. Merasa cemas, ia menundukkan kepalanya, dan menggigitnya secara acak bagian tubuh lelaki itu.

Gigi kecilnya yang tajam kebetulan menggigit titik kelemahannya, Teguh menghela nafas lalu melepaskan tubuh Maylinda dari dekapannya.

Saat terlepas ia bergegas lari dan yang bisa dilakukan Teguh hanya menghela nafas panjang dan menatap luka gigitan di tubuhnya.Untuk pertama kalinya, ada seorang gadis yang meninggalkan bekas padanya. Baru saja dia begitu emosional sehingga dia membiarkannya melarikan diri.

Pada saat ini, pintu kamar tidurnya terbuka, dan asisten pribadi serta temannya Mario memegang dokumen di tangannya dan mendorong pintu masuk, "Teguh ..."

Detik berikutnya, tatapan Mario berhenti karena dia melihat sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat. Mario tertegun sejenak karena melihat tubuh temannya yang menyimpan banyak bekas kemerahan. Di leher Teguh terdapat bekas cupang yang terlihat sangat jelas.

"Guh, cupang? Darimana kau mendapatkannya" tegas Mario.

"Apakah kau sudah cukup melihat?" Sebuah suara dingin terdengar dari mulut Teguh.

Jawaban dingin Teguh membuat Mario langsung terdiam secara alami, Mario tidak berani melihat badannya lagi.Teguh mengangkat selimutnya dan bangkit dari tempat tidur. Ia langsung berjalan menuju kamar mandi. Mario masih memandangi tubuhnya yang kurus itu saat ia melewatinya.Sedangkan Teguh hanya bersiul dengan santai menuju kamar mandi.

Namun, dia segera melihat darah merah di seprai seputih salju. Dengan batuk ringan, dia bertanya kepada orang yang hendak masuk ke kamar mandi:

"Dehem...apakah darah ini milikmu, atau ... wanita itu?"

Jawabannya adalah handuk mandi besar yang dilemparkan tepat di wajahnya. Sehingga menutupi seluruh wajahnya yang menyebalkan itu.

Mario melemparkan handuk itu asal saja ke lantai, dan berkata. "Sungguh, aku tidak tahu apa yang sebenarnya kalian lakukan semalam."

avataravatar
Next chapter