webnovel

Bab 1

'Jadikan aku yang pertama!' Itulah keinginan yang ada di dalam hatiku ini.

Dalam hidupku, aku sangat tidak mau kalau aku ini di selingkuhi oleh kekasihku.

Begitu terlukanya hatiku ini ketika mendapatkan sebuah kiriman foto kemesraan kekasihku bersama dengan orang lain.

Seketika tensi darahku ini menjadi naik. Emosi di dalam dadaku ini seketika bergemuruh.

[Mau lo apa sih, anj*ng!] Pesanku kepada orang yang megirimkan pesan gambar tersebut.

[Hahaha..] Balas pesan orang yang tak di kenal itu.

Aku masih terduduk menunduk di samping kasur menatap ponsel sambil menitikan air mata yang jatuh dengan sendirinya ini.

Tap! Tap! Tap!

Terdengar suara jejak langkah sepatu yang sedang melangkah menuju ke arah kamarku. Aku sangat mengenal dengan jejak langkah sepatunya ini. Aku segera bangkit berdiri. Aku berdiri di samping pintu kamar sambil memegang ponsel di tangan kananku.

Ceklek!

"Anj*ng lu!"

Brug!

"Arg!"

Ku tendang kantong kemenyannya dengan dengkulku.

Suamiku tersungkur langsung meringkuk di atas matras kasur. Kedua telapak tangannya memegang kantong kemenyannya itu.

Wajahnya terlihat meringis, terlihat merasa sangat kesakitan bercampur mules.

"Kenapa si lu, Anj*ng!" Katanya dengan posisinya yang tetap sama. Meringkuk sambil memegang kantong kemenyannya dengan kedua telapak tangannya itu.

"Apa? Lo masih bertanya gw kenapa?" Aku berkata sangat emosi sambil berdiri di samping pintu kamar ini.

"Gak, mikir lo!" Jari telunjuk tangan kananku yang memegang ponsel ini menunjuk ke arahnya saat aku berkata seperti itu.

Suamiku masih meringkuk menahan rasa sakit kantong menyannya itu. Ia tidak menjawabku.

"Gak usah pura-pura sakit deh lo! Bangun lo! Anj*ng!" Ucapku sambil memelototkan kedua mataku ke arahnya.

Secara perlahan ia pun bangkit duduk di samping kasur.

"Kenapa lo?" Ucapnya terdengar sangat lemah.

Telapak tangan kananku langsung bergerak membuka layar ponsel.

"Lihat ini?!" Teriakku tetap berdiri sambil menggerakkan telapak tangan kananku menunjukkan gambar yang ada di ponselku ini.

Kedua matanya pun langsung menatap ke arah ponselku "Dari mana lu dapet foto itu?" Ucapnya.

"Dari lont* yang habis lu pake!"

Deg!

Ia langsung terdiam tanpa kata dan menunduk ke arah bawah.

"Jawab lo! Lont* mana yang habis lu pake?"

Ia terdiam.

"Jawab!"

"Itu foto masa lalu. Sebelum gw mengenal lu dek." Ucapnya terdengar sangat lemah.

"Oh, foto lama ya?" Telapak tangan kananku langsung bergerak melihat tanggal di foto yang ada di ponselku ini.

"Bulshit!" Aku melemparkan ponselku ke perutnya.

Seketika ia pun merasa kaget dan langsung menangkap ponselku itu. Ia melihat foto yang ada di ponselku itu.

Terlihat di kedua bola matanya itu tertera tanggal 30 januari. Yang berarti foto itu di buat seminggu yang lalu.

Telapak tangan kananku mengibas kunciran rambut ikelku ini ke belakang.

Model rambutku ini mohawk, rambut di tengah agak panjang. Bentuknya ikel (sedikit keriting) dan aku suka menguncirnya dengan karet berwarna hitam.

"Masih mau ngelak lo?!" Ucapku setelah mengibas kunciran rambut ikelku dengan telapak tangan kananku ini.

Ia tidak menjawabku. Telapak tangan kanannya memegang ponselku. Ia bangkit berdiri, berjalan mendekatiku.

Tubuhnya yang tinggi, kekar dan wangi langsung memeluk tubuhku yang ideal dan wangi ini. Telapak tangan kanannya mendarat di punggungku. Sementara telapak tangan kirinya langsung mengelus lembut kepala bagian belakangku.

Daguku secara otomatis mendarat di atas pundaknya yang sebelah kanan. Aku pun tak kuat menahan air mataku. Aku menangis di pelukannya. Hingga air mataku terjatuh ke kaos hitam ketat yang melekat di tubuhnya.

Di saat yang seperti ini, seketika hatiku ini merasa luluh. Seketika amarah emosiku secara perlahan mereda.

"Apa salah gw, ayah? Apa? Hikshiks." Rintihku di pelukan dadanya yang terasa hangat ini. Air mataku terus menetes di kaos hitam ketatnya.

"Lo tidak salah. Gw yang salah. Gw janji, gw tidak akan melakukannya kembali. Gw hanya hilaf, dek. Seminggu yang lalu, dia mencekoki gw dengan minuman. Setelah itu dia membawa gw ke apartemennya. Gw beneran hilaf dek."

Ia beberapa kali berkata dengan nada pelan sambil mengelus kepala bagian belakangku dengan telapak tangan kirinya. Sementara telapak tangan kanannya menapak lumayan erat, menekan punggungku agar dadaku ini tetap melekat di dada bidangnya.

Kalau sudah begini, hatiku ini langsung luluh lantah di buatnya.

"Lu masih inget kan, apa janji lu ke gw? Hikshiks." Ucapku merintih.

Sebuah janji yang dahulu pernah ia ucapkan kepadaku adalah sebuah kesetiaan yang hakiki. Sebuah komitmen yang di buat setelah ke perawan*nku ini di renggut olehnya. Ia berjanji kepadaku bahwa ia akan menjadi seorang kekasih sekaligus sebagai suami yang baik dan setia kepadaku. Ia berjanji tidak akan pernah berselingkuh dengan orang lain. Ia berjanji tidak akan pernah meninggalkanku.

Ia berkata kalau dirinya sangat menyayangi dan mencintai diriku.

Namun faktanya? Ia telah mengingkari salah satu janjinya itu.

"Lu mau kan dek, maafin gw?" Ucapnya sambil tetap memeluk erat dan mengelus lembut kepala bagian belakangku ini.

Aku menganggukkan kepalaku "Iya, gw memaafkan lu. Tapi lu harus janji, lu tidak akan pernah mengulanginya lagi." Ucapku.

Secara perlahan kedua telapak tangannya bergerak memegang pelipis kepalaku, menggerakkan kepalaku, menatap wajahnya.

Ia menatap wajahku "Mmmuach." Ia mengecup keningku.

"Lu harus percaya. Gw tidak akan melakukannya lagi. Gw janji, itu yang terakhir kalinya membuat hati kamu merasa terluka." Ucapnya sambil menatap wajahku ini. Secara otomatis nafas harum mulutnya inipun terhirup ke hidungku.

Aku memeluk erat dan mendaratkan daguku di atas pundak sebelah kirinya kembali.

"Janji ya, Ayah? Lu tidak akan mengulanginya lagi?" Ucapku.

"Iya sayang, gw janji tidak akan mengulanginya lagi." Ucapnya sambil mengelus punggungku dengan telapak tangan kanannya.

"Sekarang ini, lu belum makan kan dek?" Tanyanya.

"Belum." Jawabku.

"Kalau gitu, kita pergi keluar yuk? Kita cari makan." Ucapnya.

"Tapi gw dandan dulu ya?" Ucapku.

"Iya sayang. Gw juga mau ganti baju dulu." Ucapnya.

Secara perlahan aku melepaskan pelukanku. Aku menatap wajahnya yang begitu tampannya di mataku.

"Awas lu ya? Kalau di ulangi lagi!" Ucapku sambil jari telunjuk tangan kananku mendarat memoles hidungnya yang mancung itu.

"Mmmuach!" Sebuah sambaran bibir langsung mendarat ke bibir tebalku ini.

Aku pun membalas sambaran bibirnya. Tanpa sadar kita berdua saling mencium, melumat bibir dan saling beradu lidah. Secara otomatis kedua milik kita berdua saling terbangun, meronta sangat mengeras dan saling beradu.

Sambil berciuman bibir ini telapak tangan kanannya mulai bergerak menggerayangi tonjolan balon belakangku yang kencang ini. Ia menggoyangkan bawahnya sambil merem*s tonjolan balon belakangku dengan telapak tangan kanannya. Semakin terangsang gejolak birah*ku ini di buatnya.

"Ouuuhh, Ayah.." Desahku di sela-sela saling mengadukan saliva ini.

Seketika ia menggoyangkan kembali bawahnya, menggesekkan miliknya yang begitu besar itu ke milikku sambil merem*s tonjolan bok*ng kencangku ini.

"Ouuuhh.. Ayah.." Desahku kembali menikmati goyangan bawah, gesekkan bawah dan telapak tangan kanannya yang terus merem*s tonjolan bok*ngku yang kencang ini."