webnovel

Mage yang dibesarkan oleh para Naga

Seorang Mage yang beruntung karena diadopsi dan dibesarkan oleh makhluk superior yaitu Naga

Farmer_Rebellion · Fantasy
Not enough ratings
15 Chs

Chapter 13

Vernon meraung dan meluncur ke tanah seperti meteor. prajurit-prajurit yang berada di tempat dia jatuh menjerit dan berlarian.

"Sera, kita harus pergi sekarang," katanya ketika dia menggoyangkan ekornya dan menjatuhkan beberapa kelompok prajurit. Sera dikelilingi oleh bangunan yang terbakar dan kepulan abu yang beterbangan di udara. Para prajurit disekeliling kota, gemetar ketakutan ketika mereka menyaksikan kedua naga itu. Sera mendengus dan terbang ke udara, menyemburkan udara dingin yang berisi dengan es kepada para prajurit untuk terakhir kalinya. Vernon membentangkan sayapnya dan melompat mengejar Sera.

"Mereka mulai menyerang balik sekarang, akan berbahaya jika kita melanjutkannya," kata Vernon, "Grimmoldesser sudah menuju kembali." Sera tidak menanggapi, dia terus terbang ke selatan, darah menetes dari tubuhnya dan beberapa sisiknya hilang. Di bawah mereka, pemandangan hijau dan cokelat yang sebelumnya di dataran itu telah berubah menjadi abu dan tanah yang hangus.

======================================

"Dustin, mengapa mereka tidak membunuh semua naga itu?" Tanya Tafel.

"Itu mustahil," kata Dustin.

"Kenapa? Tidak bisakah kita membunuh mereka jika semua petualang peringkat SSS yang melawannya?" Tanyanya.

"Naga itu tidak bodoh," jawabnya. "Mereka bisa saja terbang dan membakar ibukota kita sementara para petualang masih melakukan perjalanan melalui hutan belantara mencoba untuk kembali. Tidak banyak kelompok yang cukup kuat untuk bertarung melawan naga. Selain itu, segala makhluk yang hidup di hutan belantara memusuhi kita. Tidak mudah untuk mencapai naga dengan kelompok besar."

"Bagaimana jika kita berteleportasi?"

"Teleportasi terlalu banyak mana yang dibutuhkan," kata Dustin dan menggelengkan kepalanya, "percayalah, guild petualang telah memikirkannya berkali-kali."

"Tapi-"

"Tidak ada tapi-tapian; selain itu, naga menjaga hal-hal menyeramkan," kata Dustin.

"Bukankah naga itu sendiri adalah hal yang menyeramkan?" Tafel bertanya sambil memiringkan kepalanya.

"Nah, naga biasanya tidak mengganggu kita; hanya dalam beberapa tahun terakhir mereka mulai bergerak," jawabnya. "Pasti ada sesuatu yang membuat mereka marah."

Tafel mengangguk. "Jangan pernah membuat naga marah," katanya kemudian berhenti dan bertanya, "Apa hal yang menyeramkan kalau begitu?"

"Mungkin kamu akan tahu ketika kamu sudah dewasa," kata Dustin sambil tersenyum sambil mengacak-acak rambutnya.

======================================

"Aku tidak suka ini," teriak Vur sambil menghindari monster menyerupai semut yang setebal pohon. "Buat monster itu berhenti."

Lindyss tersenyum ketika dia duduk di tepi kawah sedalam tiga puluh kaki dengan Snuffles duduk di pangkuannya. Bulan bersinar dengan terang. Mayat semut yang tak terhitung jumlahnya berserakan di tanah dengan Vur sebagai pusatnya. Lindyss berteriak, "Awas, ada satu lagi di belakangmu." Sepasang monster semut muncul dari pasir dan bergerak menuju tempat Vur.

Snuffles menghela napas dan menatap Lindyss. "Jangan khawatir, dia akan baik-baik saja," katanya sambil mengelus kepalanya. Beberapa detik kemudian, monster semut yang menerkam Vur itu menghilang dari tanah.

"Oh, sepertinya dia dimakan," katanya. "Kurasa aku bicara terlalu cepat." Dia meletakkan Snuffles ke tanah dan meregangkan badannya sebelum melompat ke dalam lubang.

Beberapa menit kemudian, seorang bocah lelaki telanjang yang tertutupi lendir menangis di puncak tebing. Lindyss menatap Vur dan bertanya, "Apakah kamu mengerti mengapa kamu membutuhkan senjata sekarang?"

Vur memandangnya dengan tubuhnya yang kotor dan menghapus ingus dari wajahnya dengan tangannya. Sehari sebelumnya Lindyss memberi tahu Vur tentang senjata dan Vur mengatakan, "Aku bisa meledakkan apa pun dengan sihir." Lalu dia dilumuri madu dan dilempar ke sarang monster semut.

"Mereka curang," katanya. "Jumlah mereka terlalu banyak. Aku kehabisan mana."

Lindyss tertawa. "Kecurangan bukanlah masalah jika kamu mati," jawabnya. Vur mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa-apa.

"Pergilah mandi; kau berbau seperti kotoran kuda," kata Lindyss dan mencubit hidungnya.

Setengah jam kemudian, Vur sudah wangi dan berbaring setelah makan Giant Scorpion. "Di mana aku bisa mendapatkan senjata?" Tanya Vur.

"Oh? Naga yang perkasa membutuhkan senjata sekarang?" Lindyss bertanya dengan senyum yang menunjukkan taringnya. "Apa yang mengubah pikiranmu?"

Vur cemberut. "Kamu benar," katanya.

Lindyss menepuk kepalanya. "Tentu saja aku benar. Aku selalu benar," katanya dan mengeluarkan belati. "Kamu bisa memiliki ini."

Vur menerima belati merah itu dan mengusap-usap rune yang terukir di bilahnya. "Sebagian besar Blue Mage menggunakan pedang, tetapi karena kau agak aneh jadi kamu pakai belati," kata Lindyss. "Nama belatinya adalah Lust."

Vur memandangnya dan bertanya, "Di mana aku harus menyimpannya?"

"Di celanamu."