6 [MTMB :6]

"Paman, tadi aku dengar suara teriakan Ayah pada Noona itu," ujar Vano yang sedang memainkan mainan mobil Ferrari nya.

Yeongho tersenyum sambil mengelus lembut kepala keponakannya itu. "Ayahmu berteriak karena gadis itu membuatmu menangis. Kamu tau Ayahmu sangat menyayangimu, 'kan?"

Vano mengangguk namun tidak ada senyuman di bibirnya seperti biasa. Keempat pamannya merasa khawatir jika dia mendengar perkataan Kim Ara tadi.

"Tapi Paman, tadi aku juga dengar dia bilang aku bukan anak Ayah. Apa itu benar?" tangan Vano berhenti memainkan mainannya lalu melihat ke arah keempat pamannya dengan mata berkaca-kaca.

"Hey, Nak. Gadis itu bohong, dia sangat pandai membohongi orang. Sampai-sampai Keponakan lucu Paman ini percaya." Jiyoung tersenyum lebar pada Vano agar bocah kecil itu tidak mulai menangis lagi.

Vano ikut tersenyum bahkan terkekeh geli karena senang mendengarnya. "Noona itu sangat jahat. Berbeda dengan Noona yang membelikanku mainan mobilan ini saat di Bandara," Vano mengangkat mainannya ke udara.

"Siapa yang membelikanmu? Apa dia seorang pramugari?" tanya Haejin yang baru saja kembali ke kamar Vano setelah memastikan hyungnya baik-baik saja di lantai bawah.

Vano terlihat berpikir sebentar. Manik matanya yang besar memutar ke sana dan ke sini. "Sepertinya bukan, dia tidak memakai seragam pramugari. Hmm, Aku tahu bagaimana seragam pramugari, Paman." katanya kemudian.

"Waah, sepertinya kami harus bilang terima kasih pada gadis itu karena sudah bersikap baik padamu," seru Minhyuk senang.

"Kalian pasti akan suka pada Noona baik itu saat kalian bertemu dengannya suatu saat nanti!" Vano terlihat antusias.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi," suara ramah seorang laki-laki terdengar dari balik pintu kamar.

Haejin yang paling dekat dengan pintu, bergegas membuka pintu untuk laki-laki itu. Seorang staff berdiri didepan pintu kamar, tersenyum ramah pada Haejin.

"Tuan Lee meminta Anda semua segera ke ruangan rapat, Tuan. Dan juga, Tuan Na Jaehwa sudah ada di sana."

Haejin mengangguk dan kembali menutup pintu setelah staff itu pergi.

"Juna Hyung menunggu kita di ruangan rapat,"

"Nak, kami tinggal sebentar ya. Nanti kita bertemu lagi setelah Ayahmu selesai bicara." Jiyoung mengedipkan sebelah mata pada Vano yang mengangguk. Memperlihatkan sederet gigi mungilnya.

∆∆∆∆∆

"Tentu, Nak, aku akan membantumu. Aku akan ke Seoul setelah acara peresmian hotelku,"

"Terima kasih banyak, Paman."

Juna meletakkan ponselnya di atas meja setelah Baekhyeon memutuskan sambungan. Diraihnya beberapa kertas penting di dalam sebuah map biru.

Juna membaca sedetail mungkin data dari sebuah gedung yang sedang dia incar. Juna harus mencari tahu, siapa direktur baru di Cerberus Group yang selalu bersembunyi di belakang antek-anteknya.

"Jadi, sampai di mana kita?" Juna memperlihatkan pantulan proyektor di dinding yang memuat beberapa rencana barunya.

"Oh iya, Aku sudah menyusun rencana lain untuk bisa merebut kembali perusahaan Paman Haru. Seperti yang kita tau, perkembangan teknologi di zaman sekarang sangat meningkat, mereka akan bisa dengan mudahnya membaca rencana kita. Kita tidak bisa gegabah untuk bisa langsung merebut Cerberus Group,"

"Lalu? Apa kita harus menarik diri dulu? Bukankah jika begitu, mereka akan menganggap kita kalah?" tanya Jiyoung yang membuat sebuah senyuman miring di bibir Juna.

"Tenang saja, memang itu tujuanku. kita akan mengajak mereka sedikit bermain agar mereka bisa bernapas lega sebelum akhirnya kita hancurkan paru-paru mereka," balas Juna yang membuat Jiyoung mengangguk paham.

"Aku sudah mendapatkan informasi lain tentang Cerberus Group. Menurut para ilmuwan yang bekerja disana, beberapa dari mereka mengalami kejang hingga meninggal dunia akibat mengkonsumsi obat-obatan yang belum teruji klinis itu," Jaehwa menyerahkan sebuah flashdisk berukuran sangat kecil kepada Juna yang kemudian Juna masukan ke dalam laptopnya untuk bisa di pantulkan di mesin proyektor.

"Kenapa mereka mengkonsumsi obat-obatan itu? Sementara mereka sendiri tau jika obat itu belum teruji klinis," tanya Yeongho penasaran.

"Di sebuah perusahan kimia ilegal, mereka terlalu biasa mengorbankan beberapa orang ilmuwan yang menangani obat-obatan. Kalau obat tersebut berhasil maka selamatlah si ilmuwan tapi kalau obat itu gagal, ilmuwan itu akan dipulangkan ke keluarganya dalam kondisi sudah meninggal." Jaehwa menjawab pertanyaan yang mungkin juga dipertanyakan banyak orang.

"Tapi aku penasaran, kenapa tidak ada yang melapor kejahatan Ceberus Group? mereka sudah punya bukti sangat kuat tentang itu, kan? " Juna mengernyit di ujung meja.

"Kontrak. Mereka sudah menandatangani kontrak yang merupakan perjanjian kepada perusahaan. Di dalam kontrak kerja mereka ada sebuah ancaman yang disamarkan sebagai rules pekerjaan," Jaehwa mengeluarkan beberapa berkas dari dalam tas hitamnya.

"Aku dapat salinan dari kontrak yang mereka tanda tangani di Cerberus Group dari Joonwoo, tangan kanan Jung Hyun. Perusahaan God Dragon milik Jung Hyun berencana akan bekerja sama dengan Cerberus Group."

"Aku tidak bisa membiarkan mereka bekerja sama, itu akan membuat rencanaku gagal! Cerberus tidak boleh punya backing!!" rutuk Juna dengan suara tertahan saat melihat salinan surat kontrak itu.

"Lalu apa rencanamu? kita tidak bisa terlalu lama bermain dengan mereka." pertanyaan Haejin berhasil membuat Juna menghela napas panjang.

"Belum ada. Akan kususun rencana baru."

∆∆∆

"Mereka baru saja meninggalkan kediaman Lee Juna. Mobil yang terakhir keluar diisi oleh Yeongho, sedangkan dua orang yang kalian cari ada di mobil pertama" ujar seorang laki-laki pada seorang lainnya yang berada di seberang telepon. matanya terus mengintai dari dalam mobil putihnya ke arah mobil-mobil yang baru saja keluar dari sebuah rumah mewah.

"..."

"Lakukan tugas kalian dan jangan sampai berantakan. Aku tidak ingin dua orang itu lolos lagi!" ucap laki-laki bertopi hitam itu sembari menghidupkan mesin mobilnya.

Perlahan dia mengikuti mobil Yeongho dan Haejin dari jarak yang sedikit jauh, agar mereka tidak curiga. Tapi tentu bukan Haejin namanya jika tidak waspada. Instingnya terlalu kuat untuk bisa diikuti dari belakang.

"Hyung, kau lihat mobil putih itu?" tanya Haejin yang sedang menyetir pada Yeongho disampingnya. Yeongho mengalihkan matanya dari Macbook miliknya ke arah spion tengah.

"Sepertinya kita diikuti seseorang," kata Yeongho saat mulai sadar situasi mereka.

"Aku sepertinya pernah lihat mobil ini, tapi di mana ya?"

"Milik Cerberus Group? Tapi kurasa mereka tidak akan membuang tenaga untuk mengejar kita berdua,"

"Kau bisa membesarkan logo yang ada di bagian depan mobilnya?" tanya Yeongho yang sekarang sedang sibuk mencari sesuatu pada file di MacBook nya.

Haejin menyetel kaca spion canggihnya agar bisa memperbesar objek yang terpantul di dalamnya. Terlihat sebuah logo Cerberus berwarna hitam keemasan terukir jelas pada bagian depan mobil yang mengikuti mereka sejak tadi.

"Itu punya Cerberus Group. Aku ingat, mereka pasti mengejar chip yang baru saja Minhyuk dan Jiyoung ambil dari perusahaan mereka,"

"Astaga! Chip itu sudah diserahkan pada Juna!"

"Kita harus menghubungi Minhyuk dan Jiyoung! " ucap Yeongho dibalas anggukan setuju dari Haejin.

Suara nada memanggil terdengar beberapa kali, lalu telepon diangkat di ujung sana.

"Halo?"

"Jiyoung, Coba kau lihat dari kaca spion tengah-- ada mobil yang mengikuti atau tidak?" tanya Yeongho tanpa basa-basi.

"Lumayan jauh dari mobil kami. Ada apa, hyung?"

"Kami diikuti satu mobil putih. Kalian harus selalu waspada karena mobil ini suruhan dari Cerberus Group. Sepertinya mereka kira chip itu masih ada pada kalian," ucap Yeongho.

"Aku akan meminta pengawalku untuk mengawal kalian hingga tiba di markas," sambung Yeongho.

"Hyung, apa pengawalmu menggunakan mobil sedan hitam? Ada dua mobil yang mengepung kami,"

Mata Yeongho membulat sempurna.

"Bukan.! Kalian harus segera menghindar dari san..."

BRAKK!!

Suara hantaman itu menyakiti gendang telinga Yeongho dan sambungan telepon langsung terputus tiba-tiba.

"HALO!!! JIYOUNG!!!" teriak Yeongho tapi tidak ada jawaban apapun di ujung sana.

"Ada apa hyung?" tanya Haejin tak kalah khawatir.

"Kita harus minta Jaehwa melacak posisi mereka berdua. Ada dua mobil yang mengikuti mereka dan terdengar suara tabrakan yang sangat kuat!"

"Kita tidak bisa menunggu. Lebih baik kita kembali ke rumah Juna hyung, aku yakin Jaehwa hyung masih ada disana. Sebelum itu, ayo kita beri pelajaran dulu lalat yang sejak tadi mengikuti kita ini!" Haejin memutar arah mobilnya dan menyerempet mobil putih itu, mobil itu langsung mengerem mendadak. Terlihat pintu depan mobil rusak parah karena hantaman mobil Haejin yang kini sudah melaju jauh.

∆∆∆∆∆

avataravatar
Next chapter