4 Two

Begitu layar itu menyala, mereka saling tatap.

Suasana yang awalnya masih biasa saja, tiba tiba menjadi sedikit menegangkan.

"Kok tiba tiba mules ya," keluh Eric sambil memegang perutnya, merasakan pergantian suasana.

"Selamat datang, di Mafia Game. Saya mistery mengucapkan terima kasih karena sudah mau menerima tawaran kami," suara keras itu keluar dari segala penjuru ruangan.

Mereka baru sadar hampir disemua titik disana terdapat speakers.

Layar didepan mereka kembali hidup menampilkan profil mereka lengkap dengan tanda tangan asli yang mereka miliki.

"HAH? DARIMANA DIA BISA TAU PROFIL KITA?" Heran Felix.

"Bahkan, tanda tangan gue bener kaya gitu," lanjut Jaemin pada perkataan Felix tadi.

"Kalian gak perlu kaget, ikuti saja permainan ini. Dan kalian akan tau pada akhir permainan ini. Selamat berjuang," itu kalimat terakhir yang mereka dengar sebelum semua lampu padam sesaat.

Merinding bukan main ketika lampu tiba tiba padam. Tapi untungnya beberapa detik kemudian, lampu itu menyala kembali. Namun anehnya, semua fasilitas disana hilang.

"Lah? Kok meja disini hilang? Patung, lukisannya juga hilang semua," ujar Sanha mulai ketakutan.

"Tenang San, kita ikutin aja dulu permainan ini," balas Yeji.

Bunyi keras dan nyaring itu terdengar dari speaker, hingga membuat telinga mereka sakit.

"Sekarang kalian masuk kedalam ruangan yang ada disebelah kiri," mereka semua langsung menoleh kearah kiri tanpa terkecuali.

"Masuk lah sesuai nama masing masing," ucap entah siapa orang dibalik inisial mistery itu.

Tanpa menunggu aba aba lagi, Jaemin langsung bergerak menuju ruangan yang dimaksud, diikuti oleh Renjun, kemudian yang lainnya juga mulai masuk ke dalam ruangan masing masing.

Di dalam ruangan sempit, yang hanya dapat diisi satu orang itu terdapat satu tablet yang berisikan profi mereka tadi.

"Jangan ada yang menyentuh apapun sebelum ada aba aba,"

Terlambat, Felix, Sunwoo dan Heejin sudah menekan gambar disana. Yang menampilkan gambar

"AHKKKKKKK!" Teriak ketiganya bersamaan.

Sementara teman temannya yang lain dapat mendengar dengan jelas teriakan mereka bertiga.

"Ikuti apa yang saya perintahkan, jangan bertindak sebelum ada aba aba," ucap Mistery dengan keras.

Beberapa detik kemudian, tablet didepan mereka memperlihatkan posisi masing masing. "Kalian tidak boleh membocorkan identitas hingga waktu diskusi tapi kalian boleh mencurigai siapapun. Petunjuk permainan akan terlihat saat kalian keluar dari ruangan ini,"

Benar saja, ketika mereka keluar dari ruangan masing masing. Layar tadi menyala menampilkan peraturan peraturan yang harus mereka ikuti.

Hyunjin memancingkan matanya pada Haechan yang wajahnya tiba tiba berubah. Padahal sebelum masuk ruangan ekspresi Haechan masih biasa saja, tapi saat keluar seperti ketakutan.

"Kayanya Haechan mafia," bisik Hyunjin pada Eric membuat Eric langsung menoleh pada laki laki yang berdiri didekat Jaemin itu.

Tapi kemudian Eric berbalik melihat Hyunjin, "Kenapa tiba tiba lo nyurigain Haechan. Jangan jangan lo?" Tuduh Eric balik.

Dengan cepat Hyunjin melambaikan tangannya dan menggeleng.

"Kalian bisa mencari petunjuk nama Mafia mulai dari hitungangan 1... 2... 3..."

Semuanya langsung berpencar dan mencari kesegala arah.

"Kita bertiga jangan mencar, kita cari bareng bareng," saran Renjun kepada ketiga sahabatnya.

Haechan sih mau mau saja, apalagi ia ketakutan jika sewaktu waktu ada yang membunuhnya. Karena mafia tidak hanya bisa bekerja dipagi hari, tapi malam hari juga bisa selama tidak ada yang melihatnya.

Jaemin berjalan memimpin, diikuti Haechan dan Renjun. Tanpa mereka sadari Felix juga ikut dibelakang mereka.

"JANGAN TINGGALIN GUE SENDIRI, NANTI GUE DIBUNUH," ucapnya sambil berlari kecil menyusul.

Keempat orang itu berada didepan pintu ruangan yang bertuliskan. WEAPONS.

Jaemin sedikit ragu membuka pintu itu, tapi ternyata ruangan itu sesuai dengan namanya. Banyak sekali terdapat alat alat didalam sana.

Renjun dan Felix berusaha mengambil pistol yang ada disana. Tapi tangan mereka malah tersetrum. Sadar akan hal Jaemin langsunv mengetuk ngetuk tulisan yang tertempel ditembok.

"Cuma bisa diambil kalo kita berhasil menyelesaikan salah satu misi," tegas Jaemin setelah membaca tulisan itu.

"Pantes kok nyetrum. Hahahaha syukurin lo berdua, untung gue belom megang," ujar Haechan pada Renjun dan Felix.

"Yaudah ayo keluar dari sini, lagian gak ada yang bisa kita ambil," ujar Haechan lagi menarik tangan Felix.

Tapi Jaemin menahan keduanya, "TUNGGU,"

Membuat keduanya berbalik kearah Jaemin begitu pula Renjun. Jaemin mengambil walkie talkie yang berada didalam kantong dekat pistol yang tadi ingin mereka ambil.

Ternyata tidak menyetrum. "Kita bisa bawa ini. Kaya nya ini alat bantu kita untuk komunikasi," ucap Jaemin lagi.

Ketiga orang itu langsung mengambil masing masing satu. Kemudian tiba tiba pintu ruangan itu terbuka. Ternyata disana Shuhua datang bersama Eric dan Hyunjin.

"Itu apa?" Tanya Shuhua.

"Bom atom," jawab Felix sembarangan pada gadis itu. Membuat Shuhua memutar matanya malas.

Sebenarnya Shuhua tidak terlalu suka dengan Felix yang selalu membawa masalah masa lalu mereka kedalam semua hal.

Padahal it's over. Kenapa harus selalu dipermasalahkan.

"Ini walkie talkie, bisa kita pake berkomunikasi. Nanti semisal harus kumpul mendadak, kita bisa pake ini untuk ngasi tau satu sama lain," ucap Renjun menjelaskan dilanjutkan anggukan oleh Jaemin.

"Nih, kalian bawa dikit, kita bawa dikit. Kalo liat yang lain langsung bagiin," ujar Jaemin.

Haechan sedikit terkesima melihat Jaemin yang seperti ketua mereka sekarang. Padahal kalau sedang berada disekolah Jaemin tidka pernah seserius ini.

Haechan sampe mikir, temennya ini gak kerasukan setan kan dihutan.

Sampe sini kalian curiga siapa??

avataravatar
Next chapter