5 Three

Setelah keluar dari ruangan senjata, mereka kembali berpencar, tadinya Felix ingin ikut dengan Haechan, Jaemin dan Renjun. Tapi Jaemin menyarankan agar laki laki itu ikut bersama Hyunjin saja.

Akhirnya dengan berat hati Felix ikut bersama mereka. Tapi tetap berjalan berjauhan dengan Shuhua tentunya.

"Apa lo liat liat?" Ucap Shuhua pada Felix, memang Felix melihat gadis itu, jaga jaga takut terjadi sesuatu.

Walaupun Felix itu menyebalkan, tapi dalam situasi seperti ini ia tetap khawatir pada Shuhua. Cuma ya gitu, gengsi.

"Kepedean lo, orang gue liat liat tempat ini," balas Felix.

Felix menukar posisinya dengan Hyunjin yang tadinya berdiri disebelah Shuhua.

"Ngapain lo deket deket?" Protes Shuhua. Tapi Felix menarik tangan gadis itu agar pindah ke tengah tengan antara Eric dan Hyunjin.

"Bahaya kalo lo berdiri dipinggir. Kalo lo gamau deket deket sama gue, yaudah gue berdiri dibelakang," ucap Felix yang kemudian berdiri dibelakang ketiganya.

Hyunjin dan Eric tidak mau ambil pusing. Mereka memang sudah terbiasa mendengar perdebatan dari kedua orang ini.

Sekitar 20 an langkah berjalan, kini bereka berdiri diruangan yang bertuliskan CONTROL ROOM.

Hyunjin membuka pintu itu terlebih dahulu. "Jangan masuk dulu," cegah Eric ketika Hyunjin hendak melangkahkan kakinya masuk.

Eric melihat ke segala arah, dan mengambil tongkat yang ada disebelah sana. Eric melemparkan tongkat yang ia ambil ke dalam.

Dan benar saja, terdengar dua kali ledakan setelah benda itu dilemparkan.

"Kayanya ruangan ini gak aman," ucap Eric.

"Apa kita cari tempat lain aja ya? Di tempat kumpul tadi mungkin," saran Shuhua. Hyunjin tampak sedang berpikir.

"Tapi gue rasa kita harus masuk," ucap Hyunjin melangkahkan sedkit kakinya. Tapi Felix menahannya. Lalu menggelang, mengisyaratkan temannya itu untuk tidak perlu masuk.

"No, it's dangerous. Kita cari ditempat lain," ajak Felix kali ini. Akhirnya Hyunjin mau pindah ke tempat yang berbeda.

Beda lagi dengan Jinyoung, Nakyung, Yeji, Sunwoo dan Chaeyoung. Mereka bertiga mencari dilantai dua.

Saat mereka mencari tiba tiba ada yang turun dari lantai tiga. Haechan, Jaemin, dan Renjun datang dengan membawa walkie talkie yang mereka dapatkan tadi.

"Nih, bawa satu satu. Jangan sampe hilang," ucap Renjun membagikan.

"Kalian dapet darimana?" Tanya Nakyung.

Renjun menunjuk ke atas. "Diruang senjata,"

"Kalau misalnya ada kenapa kenapa kita bisa komunikasi pakai ini. Apalagi kalau harus kumpul, ini penting banget," ucap Jaemin.

"Kalian udah nemuin nama mafia nya?" Tanya Yeji kali ini.

Ketiganya menggeleng, "Diatas udah banyak orang. Jadi kita bantu nyari disini," ucap Haechan.

"Kalo kalian udah dapet?"

Kelima orang itu menggeleng. "Kita bahkan gak tau bentuk benda yang kita cari. Gimana bisa nemuin?" Ucap Sunwoo kesal.

Saat mereka sedang mencari cari didaerah sana. Tiba tiba speaker mengeluarkan suara keras lagi.

"Lima menit lagi pagi tiba, kalian akan terkurung ditempat masing masing. Berpencar lah sekarang," ucap Mistery dari speakers itu.

Semuanya berlari berhamburan mencari tempat masing masing.

Yang mengagetkan nya adalah, tiba tiba saja mereka benar benar terkunci dalam ruangan tertutup. Padahal sebelumnya tidak ada apapun disekita mereka.

Ruangan kali ini berbeda dengan ruangan tadi. Ini ruangan kedap suara. Mereka hanya bisa mendengar suara nafas masing masing.

Kecuali empat orang yang tidak berada didalam ruangan itu.

"Kita, harus berusaha sembunyiin nama kita. Jangan sampai mereka berhasil nemuin. Karena tadi nama gue hampir mereka temuin," ucap salah satu dari keempat mafia itu.

"Waktu kita gak banyak sekarang. Kita harus bunuh salah satu dari mereka,"

"Tapi kita gak punya senjata,"

Seseorang tersenyum miring, "No, kita punya bom ini," ucapnya sambil mengeluarkan bom yang ia dapatkan tadi dari sakunya.

"Lo dapet dari mana?"

"Ceritanya panjang. Nanti gue ceritain, sekarang kita pilih dulu siapa yang harus kita bunuh,"

"Jangan Jaemin dulu, nanti pasti bakal ada masalah, gue bakal dicurigain. Kita cari yang gak terlalu menguntungkan,"

"Chaeyoung??"

"Okey,"

Ketiganya berjalan kearah ruangan yang hanya dapat mereka berempat lihat. Kemudian membuka pintu ruangan Chaeyoung perlahan.

Membuat Chaeyoung yang didalamnya kaget, "kalian?"

"Iya, maaf ya Chae," ucap salah satunya. Lalu meletakan bom itu didekat Chaeyoung "Bye bye Chae," dan segera menutup pintu itu kembali.

Kemudian ke empatnya lari berpencar agar tidak ketahuan.

Beberapa menit kemudian, semuanya sudah bisa keluar dari ruangan itu.

Junyoung yang berjalan beriiringan dengan Nakyung, kaget melihat mayat Chaeyoung yang tergeletak tidak jauh dari tempat mereka.

Jinyoung segera menekan walkie talkie mereka. "Lantai dua, Chaeyoung meninggal,"

Sebenarnya para mafia cukup kaget, mereka kira ini hanya permainan dan tidak akan membahayakan. Tapi ternyata sampai merenggut nyawa.

Ini benar benar gila. Ini namanya permainan yang mempertaruhkan nyawa sendiri.

avataravatar
Next chapter