1 01. Menjadi babysitter.

Sore yang mendung.

diriku keluar dari kereta melangkahkan kaki pertamaku dikota ini. dengan persiapan yang matang, diriku bermaksud untuk pergi melamar pekerjaan dikota dan tinggal di ibukota.

Hai perkenalkan namaku Raisa Olivia seorang gadis pengangguran yang tengah mencari pekerjaan. hanya bermodalkan Ijazah, google maps & Tekad diriku berjalan menusuri kota.

diriku berjalan menuju keluar stasiun saat ingin menuruni tangga diriku melihat seorang laki laki yang asik bermain ponselnya, dan tepat didepan tangga dirinya ingin terjatuh.

Grep...

Diriku berlari menarik kerah bagian belakangnya, memang tak sopan tapi... ini darurat.

"eh" mulutku spontan.

"ka-kau tak apa? maaf..." mengapa diriku meminta maaf? entahlah

"ah tak apa" ucapnya seraya membenarkan kerah bagian depannya, mungkin lehernya bagian depannya kesakitan.

"ma-makasih" ucapnya sekaligus mengosok gosok leher bagian depan.

"ah kalo begitu aku duluan" diriku menurunkan badan beberapa milidetik, dan berlari keluar stasiun.

-

"maaf, kau tak diterima di perusahaan ini"

"sekali lagi maaf"

"next"

-

dibawah senja sore diriku berdiri menatap laut tanpa ujung, angin yang sepoi sepoi dan suara anak anak yang bermain pasir, diriku memusatkan mataku ke cahaya matahari yang ingin tenggelam.

diriku menghirup nafas sejenak.

huuupppp.....

"BISA BISANYA AKU TIDAK DITERIMAA SUDAH JAUH JAUH AKU KESINI TAPI TAK DAPAT PEKERJAAAN WAAAAAA!!!!!" diriku berteriak dengan satu tarikan nafas, bahkan karena banyak orang mata yang menoleh padaku.

bodoamat aku sedang kesal.

hahh... diriku menghela nafas internal saat menerima takdir bahwa lamaranku ditolak.

"tu-tuan jangan berlari lari nanti jatuh" sebuah keributan kecil terjadi.

sekumpulan pria seragam sedang mengejar anak kecil.

"biarin blee" ejek anak kecil itu kepada sekumpulan pria yang sedang mengejarnya.

eh, tunggu mengapa dia berlari mengarah diriku, eh.

Bruk!...

dia menabrakku.

sekejap para pria itu mengacungkan pistol kearahku. EH TUNGGU!? mataku terbelalak. diriku jatuh terduduk dan anak itu sekarang tepat diatasku.

diriku menelan ludah saat melihat pistol itu bahkan badanku berkeringat dingin.

namun anak kecil ini malah tersenyum bahagia menatapku.

"oh, tuan" ujar seorang pria seraya membukakan jalan kepada seorang yang terlihat seperti bosnya. mungkin itu memang bosnya?

"hmph!" anak kecil itu mendengus saat melihat orang baru datang itu.

"sudah sore, mari kita pulang" ujar pria paruh baya itu, tunggu mukanya familiar.

"gamau pulang, aku ingin main sama dia. hmph!" dengus anak kecil itu seraya memeluk erat diriku.

"turunkan senjata kalian" ujarnya.

badannya yang proporsi membuatnya berpenampilan seperti bos pada umumnya, dibalut dengan seragam jas hitam membuat kombinasi perfect.

"kenzo, mari kita pulang" lanjutnya sembari mengulurkan tangan.

"gamau! mau main sama kakak!" bantahnya.

"eh?"

"angkat dia kedalam mobil"

"HEH!?"

avataravatar