8 Malam Terindah (Part 1)

David mendaratkan ciuman pada bibir Angeline, membuat gadis itu tersentak.

Mulanya semua terasa aneh bagi Angeline.

Sengatan-sengatan kecil mulai terasa di sekujur tubuhnya di saat yang sama saat bibirnya bersentuhan dengan bibir David, bagai gelombang kejut yang semakin lama semakin memabukkan.

David membelai halus bibir mungil Angeline, secara perlahan mengecupnya dengan hisapan-hisapan lembut yang membuat gadis itu ikut larut ke dalamnya.

Dan tanpa sadar, Angeline telah menutup kedua bola matanya sambil mengikuti gerakan bibir David dengan tempo yang sama.

Hingga akhirnya suara kecupan yang saling bersautan itu terhenti saat David melepaskan ciumannya pada bibir Angeline.

Mata gadis itu masih saja tertutup rapat. Dengan mulut yang terbuka dan napas terengah-engah, Angeline perlahan membuka matanya, menatap balik sorot mata yang biasanya membawa rasa takut bagi siapapun yang melihatnya.

Sorot mata tajam yang selalu menghasilkan aura mencekam itu malah membawa kehangatan pada sanubari Angeline.

Tatapannya begitu dingin, namun hangat di saat yang bersamaan. Bagai sebuah kontradiksi, kontradiksi yang indah. Terlalu indah untuk dilepaskan.

Dengan penuh kelembutan David menarik tubuh Angeline ke samping, membaringkan gadis itu dengan penuh kehati-hatian seakan-akan dia adalah sesuatu yang sangat rapuh. Perlahan mendekatkan wajahnya dan kembali mendaratkan bibirnya pada bibir Angeline.

Ciuman lembut penuh kasih sayang itu diterima Angeline tanpa penolakan sedikitpun.

Gerakan membuka dan mengatup yang saling bertautan dari kedua insan yang sedang dimabuk cinta itu semakin membuat keduanya larut dalam permainan penuh hasrat tersebut.

Kecupan lembut dari bibir David berpindah semakin ke bawah. Kini leher jenjang Angeline menjadi tempatnya merayu. Deru napas Angeline yang bertambah cepat itu membuat David semakin berani untuk membawa gadis itu bermain.

Perlahan tangan kekar yang telah menghilangkan ratusan nyawa itu naik, meraba tubuh indah gadis itu yang masih dibalut kaus oblongnya. Mendaratkannya pada pinggang ramping yang sedari dulu ingin ia peluk, hingga sampai pada gundukan daging yang paling menonjol pada tubuh bagian atas.

David merabanya dengan lembut sambil bibirnya terus mengecup leher jenjang Angeline.

"Ahh ... "

Desahan manja tak sengaja keluar dari mulut Angeline saat David meremas gundukan daging yang terhalang kain kaus oblong itu.

Awalnya David merasa ragu, namun saat melirik ke ekspresi Angeline yang sudah terlaru larut dalam suasana penuh hasrat tersebut membuat pria itu menghilangkan semua keraguan di dalam hatinya.

Diangkatnya kaus oblong berwarna putih gadis itu sedikit, menurunkan kecupannya perlahan hingga bibirnya membelai dan menghisap lembut pusar Angeline, membuat gadis yang sudah dimabuk kepayang itu semakin kehilangan akal sehat.

Angeline meremas bantal dan selimut tanpa ia sadari.

Tangan David yang tadinya meremas dua gudukan daging tubuh bagian atas Angeline kini turun dan berusaha melepaskan kancing celana pendek berwarna biru muda yang dikenakan gadis itu.

Ia membukanya, menurunkan resleting dan menariknya ke bawah hingga melewati kaki. David melempar celana pendek Angeline ke sembarang arah.

David kembali menaruh tangannya di pinggang Angeline. Kini sasarannya adalah celana dalam berwarna merah muda yang dikenakan oleh gadis itu. Namun aksinya terhenti saat tangan Angeline menahannya.

"Tunggu dulu." pinta Angeline, membuat David mengerutkan keningnya, memasang ekspresi penuh tanda tanya.

Apakah tindakannya sudah melampaui batas?

Angeline mendorong dada David menjauh. Kini David dalam posisi duduk, dengan Angeline yang juga bangkit dari posisi tidurnya dan duduk di atas pangkuan David.

Kali ini bukan tangan David yang melakukannya, namun Angeline yang berinisiatif untuk melepaskan kain yang menutupi tubuh bagian atasnya.

Angeline menaruh kedua tangannya di pinggang dengan posisi menyilang, perlahan menarik kaus oblongnya ke atas hingga melewati leher jenjangnya. Namun pandangannya terbuang ke arah samping.

Angeline menutupi dadanya dengan kedua tangan dan melihat ke samping, merasa terlalu malu untuk menatap balik mata David. Rona merah tercetak jelas di pipi gadis itu.

Ekspresi malu Angeline membuat David semakin gemas.

David menggenggam kedua tangan Angeline, menuntunnya ke samping untuk menunjukkan bagian tubuh yang ia tutupi.

Begitu indah.

Bagi David, tidak ada kata yang cukup untuk mendeskripsikan indahnya pemandangan yang tersaji di depan matanya.

Dengan perlahan ia meraba salah satu bagian tubuh terindah Angeline itu, berusaha selembut mungkin. Putaran lambat jari David pada titik kecil yang berada di puncak kedua bukit menggoda itu membuat Angeline mulai mengeluarkan suara-suara kecil yang terdengar seperti bisikan halus yang dipenuhi rasa frustasi.

David mendekatkan wajahnya, mengecup lembut bagian tubuh Angeline yang sedari tadi ia manjakan. Tanpa sadar, Angeline mengangkat tangannya, meremas-remas leher dan rambut hitam David dengan lembut.

David pun menyudahi permainannya pada dada Angeline. Kembali membaringkan tubuh gadis itu dengan penuh kehati-hatian dan kembali mencoba menarik celana dalam berwarna merah muda itu.

Kali ini, Angeline tidak menghentikan tangan David sedikitpun.

David terdiam sejenak memandangi visual seorang gadis jelita yang kini berbaring di depan matanya tanpa sehelai benangpun yang menghalangi.

Angeline semakin merasa malu dengan tatapan yang diberikan oleh David.

Gadis itu menekuk satu kakinya ke samping, sementara kedua tangannya menutupi wajah penuh rasa malunya. Dari sela-sela jari tangannya, Angeline bisa melihat David sedang melepaskan celana pendek yang biasa dikenakan pria itu saat tidur.

Kini kedua insan yang telah larut dalam permainan penuh hasrat itu berada dalam posisi yang sama-sama mengekspos tubuh mereka tanpa sehelai benangpun yang menghalangi.

David mendekatkan tubuhnya pada Angeline.

Rona merah semakin tercetak jelas di pipi Angeline saat sang 'pangeran' milik David menyentuh kulit 'mahkota' gadis itu yang terapit di antara kedua pahanya.

Dengan perlahan dan penuh keraguan, David mendorong pinggulnya mendekat ke arah Angeline.

"Tunggu." pinta Angeline, membuat David menghentikan pinggulnya.

Angeline melepaskan kedua tangan yang ia pakai untuk menutupi wajah malunya dan memberanikan diri menatap balik sorot mata penuh kehangatan milik David.

"Berjanjilah satu hal padaku." ucap Angeline sangat pelan, hampir terdengar seperti suara bisikkan.

"Apa itu?"

Angeline menatap sorot mata menakutkan seorang David Stockholm semakin dalam, hingga David tahu bahwa gadis itu benar-benar serius dengan apa yang akan ia katakan.

Saat Angeline mengatakannya, David menyadari bahwa kehidupan yang selama ini ia jalani akan segera berubah.

avataravatar
Next chapter