37 Yang Pergi Dan Yang Datang

Tania meminta pada suaminya untuk mengunjungi makan Rachell di utara kota. Semula Ardi tidak menyetujui nya, mengingat keadaan istrinya yang sedang hamil besar dan mendekati masa persalinan. Tania begitu memohon pada suaminya, dan akhirnya Ardi menurutinya.

"Mas ...", panggil Nia.

"Ya, sayang .."

"Apakah Mas Ardi bisa mengantar kan aku pagi ini kesuatu tempat?"

"Kamu mau kemana sayang?",tanya Ardi sambil meletakkan korannya.

"Aku ingin ke pemakaman kelurga Fernando di Utara kota, Mas. Aku ingin berziarah kemakam Mbak Rachell"

Kali ini Ardi menoleh pada Nia, dia mencoba mencari pembenaran kata-kata yang baru saja didengarnya pada manik mata Tania.

"Buat apa kamu kesana, sayang"

"Kalau kita kemakam ya buat ziarah dong, Mas. Kalau ke mall baru kita belanja",ucap Nia dengan sedikit sewot.

Hahahahahaha... Ardi tertawa bukan saja karena kelucuan ucapan istrinya itu tetapi ekspresi sewot Tania yang membuatnya sangat gemas.

"Maksudku, kamu kan sedang hamil besar sayang, aku takut kamu akan kelelahan menempuh jarak sejauh itu. Aku tak ingin terjadi apa-apa padamu dan anak kita nantinya"

"Mas Ardi tenang saja, aku kuat kok. Aku yakin dengan keadaan fisikku ini. Mas Ardi tak perlu khawatir aku dan juga anak kita akan baik-baik saja. Aku mohon mas. Aku ingin sekali kesana"

Tania begitu memohon pada Ardi, akhirnya dia pun menuruti permintaan istrinya. Dalam waktu setengah jam mereka sudah siap didalam mobil.

"Kamu yakin tidak apa-apa jika kita kesana sayang? Tempat itu cukup jauh loh. ..",tanya Ardi meyakinkan.

"Iya, Mas. Aku tidak apa-apa. Aku yakin aku kuat kok"

"Baiklah, kita berangkat sekarang sayang?"

"Hmmm..."

Ardi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang dan konstan. Satu jam setengah mereka berdua berada di jalanan menuju pemakaman keluarga Fernando. Pemakaman itu sangat indah, seperti sebuah taman yang disusun rapi dan indah penuh bunga-bunga yang bermekaran. Sepanjang pintu gerbang menuju areal pemakaman di tumbuhi pohon-pohon rindang, sehingga tempat itu tidak terlihat menyeramkan seperti pemakaman pada umumnya. Mereka sampai didepan makam Rachell yang dipenuhi bunga mawar merah kesukaannya.

Ardi berjongkok disisi makam sementara itu Tania hanya bisa berdiri disisinya, perut besarnya menyulitkan dia untuk berjongkok.

"Rachell Fernando Binti Alfian Fernando"

Nama itu yang tertulis di batu nisannya, perempuan cantik yang menjemput mautnya pada usia tiga puluh tahun itu kini terbaring dengan damai dibawah tanah. Ardi menyempatkan diri untuk mengirimkan doa dan menaburkan bunga di pusara perempuan yang pernah menjadi yang pertama dalam hidupnya.

"Rachell, aku sudah memaafkan mu. Pergilah kamu dengan tenang kesurga sana. Terima kasih atas semua kebersamaan kita selama tiga tahun ini. Maafkan juga segala kesalahanku padamu. Selamat jalan, Rachell",batin Ardi dihadapan makam mantan istrinya.

"Mbak Rachell, aku minta maaf atas semua yang aku lakukan padamu. Aku tahu aku salah berada diantara kalian. Aku tahu kalian saling mencintai. Aku harap Mbak Rachell tenang disana. Dan terima kasih sudah mempertemukan aku dengan laki-laki sehebat dan semulia Mas Ardi. Selamat jalan, Mbak Rachell. Kami sayang padamu", ucap Nia didalam hatinya.

Ardi merangkul pundak istrinya dan membimbingnya kembali kedalam mobil. Dari arah gerbang, seseorang berjalan kearah mereka, Alfian Fernando.

Alfian menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan mantan menantunya itu. Laki-laki tua berusia emam puluh empat tahun itu terlihat rapuh, tak ada lagi pancaran Alfian Fernando yang gagah dulu. Alfian tersenyum sedih pada Ardi, dia melihat pada Tania, pada perut besarnya yang sebentar lagi akan melahirkan.

"Senang melihatmu disini, Ardi. Aku sangat berterima kasih kamu masih mau menyempatkan diri mengunjungi Rachell. Aku sebenarnya ingin menemuimu, namun aku malu padamu, Ardi. Terlalu banyak kamu tersakiti oleh putriku. Rasanya aku tak pantas dan tak berani berharap agar kamu dan Istrimu mau memaafkan Rachell", ucapnya lirih.

"Aku sudah memaafkan Rachell, bahkan jauh sebelum ini semua terjadi",jawab Ardi.

"Terima kasih, Ardi. Kamu memang laki-laki yang baik. Aku banyak berhutang padamu. Hutang budi yang tak bisa aku balas"

"Sudahlah, Pi. Tidak perlu seperti itu. Kita ini sudah jadi keluarga", ucap Ardi lagi.

Hati Alfian tersentuh saat mantan menantunya itu masih memanggilnya, Papi. Alfian menoleh pada Tania.

"Aku ucapkan selamat pada kalian berdua. Aku harap anak itu kelak akan menjadi kebanggan kalian sebagai orang tuanya"

Ardi dan Tania mengangukkan kepalanya, mengaminkan doa dari laki-laki tua yang masih berduka itu. Mereka pamit meninggalkan Alfian disana.

******

Malam itu baru saja rembulan menampakkan dirinya. Tania merasakan kontraksi pada perutnya. Ardi dengan sigap membawa istrinya kerumah sakit bersalin. Memang seharusnya dua hari lalu adalah HPL Tania. Namun baru hari ini dia merasakan kontraksi. Ardi ikut serta dalam ruangan bersalin itu. Dengan setia dia berada disisi Tania, menemani perempuan surganya itu berjuang melahirkan buah cinta mereka. Tangannya menggenggam erat tangan Tania yang menahan sakitnya.

Tak lama kemudian terdengar suara tangisan bayi, dan dua menit kemudian terdengar lagi suara tangisan bayi kedua. Ardi mengelap wajah Tania yang penuh dengan peluh. Menciumi punggung tangannya. Berkali-kali mengucapkan terima kasih pada ibu anak-anaknya itu. Dua orang bayi laki-laki tampan lahir kedunia berkat perjuangan seorang perempuan hebat, istrinya tercinta.

Dan setelah semua nya selesai, Tania dan bayinya dipindahkan keruang perawatan untuk melakukan inisiasi. Ardi tersenyum bahagia melihat pemandangan yang sangat indah itu, ya. .. sangat indah, pemandangan terindah yang pernah dia lihat.

"Terima kasih sayang, kamu sudah memberiku anak-anak yang tampan dan gagah ini. Anak-anak kebangganku", ucap Ardi sambil mencium pucuk kepala istrinya.

"Mas Ardi sudah menyiapkan nama buat mereka, bukan?!"

"Hmmm ... tentu saja sayang. Nicholas Gazelle Axcell dan Nathan Gevarine Acxell. Dua sayap pelindungmu, sayang"

Nicholas Gazelle Axcell, sang putra sulung yang lahir dua menit lebih dulu dari pada sang adik Nathan Gevarine Acxell. Ardi menciumi kedua prajurit gagah nya itu. Ada rasa bangga pada dirinya melihat kehadiran kedua anak laki-laki kembarnya itu.

Tok ... tok ...

Cekreeeeekkk ...

Mereka berdua menoleh kearah pintu masuk, Arlan dengan senyuman khasnya datang menjenguk.

"Kejutaaannn.... ",ucapnya dibalik pintu.

"Pelankan suaramu itu, Arlan. Jangan sampai mereka terbangun karena teriakanmu yang fals itu", sewot Ardi yang disambut dengan cengengesan oleh Arlan.

"Selamat atas kelahiran bayi-bayi tampan mu ini, Nia"

"Terima kasih, Kak Arlan"

Arlan mengambil baby Nathan yang berada dalam gendongan Nia, sedangkan Ardi menggendong Nicholas. Arlan sempat kebingungan membedakan dua bayi kembar identik itu. Namun Ardi dengan bangga bisa membedakannya.

"Tentu saja kamu bisa membedakannya. Mereka berduakan hasil produksimu",protes Arlan.

Sempurna, itulah yang mengambarkan kehidupan Ardi dan Tania saat ini. Dengan kedua anak laki-laki kembarnya, dan usaha Ardi yang semakin berkembang pesat. Tania memandang langit senja yang indah dari balkon kamarnya. Dia tersenyum kearah ujung cakrawala. Dari dana seolah Rachell pun ikut tersenyum melihat kebahagian mereka berdua.

******

T. A. M. A. T.

avataravatar
Next chapter