webnovel

Tiba-tiba Takut

Jessica dan kedua temannya yang tadi pingsan, kini satu-persatu mulai siuman. Mereka bertiga yang ingatannya sudah diganti seketika lupa dengan apa yang baru saja terjadi.

Tak hanya itu juga, mereka juga tiba-tiba merasa takut entah karena apa dan bagaimana. Setelah bangun dan berdiri, mereka berdiskusi.

"Kenapa kita bisa pingsan di sini?" tanya Jessica yang berbicara terlebih dahulu. Jessica terus memegangi kepalanya karena pusing dan sakit.

"Aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba bangun berada di sini dan kepalaku menjadi sakit!" jawab Silvia yang sama tidak mengertinya.

"Yang aku ingat adalah kita pulang sekolah dan ke sini bersama dengan Ulrica juga! Tetapi aku tidak ingat apa yang terjadi. Hanya saja jika mengingat wajah Ulrica aku langsung merasakan ketakutan yang mendalam," sahut Nina yang mengutarakan perasaannya.

Setelah mendengar pernyataan Nina, Jessica dan Silvia pun langsung ingat jika mereka memang datang bersama dengan Ulrica. Mereka juga tiba-tiba merasakan ketakutan yang luar biasa saat memikirkan Ulrica.

"Ah, iya, aku baru ingat! Tetapi kenapa seperti itu, ya? Apakah dia yang membuat kita semua pingsan?" tanya Jessica yang tidak mengerti.

Namun tidak ada gunanya juga bertanya pada Silvia dan Nina karena mereka sama tidak tahunya. Hanya saja hal itu justru semakin membuat Jessica penasaran.

"Aku ingin tahu dari mana rasa takut ini berasal dan apakah benar Ulrica yang membuat kita pingsan! Tetapi lebih baik kita pulang dulu untuk beristirahat," ajak Jessica lalu ketiga orang itu pun pergi dari sana.

***

Tubuh Ulrica terjattuh tepat di atas Anthoni. Perasaan deja vu langsung membuat Ulrica teringat akan adegan seperti ini sebelumnya bersama dengan Nicholas.

Dan Ulrica teringat akan ciuman pertamanya yang diambil oleh Nicholas tanpa izin. Wajah Ulrica menjadi semiakin merona.

'Astaga! Kenapa wajah berandalan itu yang langsung terbesit di benakku? Sungguh menyebalkan!' gerutu Ulrica dalam hati.

Sementara itu, Anthoni yang baru pertama kali berada di posisi yang sedekat ini dengan Ulrica menjadi sangat grogi dan jantungnya berdegup semakin kencang layaknya dikejar dead line.

'Astaga! Jantungku kenapa tidak bisa dikondisikan begini? Tetapi jika dari dekat, Tuan Putri memang sangat cantik,' batin Anthoni yang terpesona.

Ulrica pun langsung beranjak dari tubuh Anthoni, Kemudian ia meminta maaf karena ketidaksengajaannya.

"Maaf, aku sungguh tidak bermaksud untuk menggodamu! A-aku, pamit pulang dulu," ucap Ulrica yang sangat malu.

Baru saja Ulrica berbalik badan, Anthoni yang cemas akan keadaannya langsung menghentikan langkah Ulrica dengan bergegas menghadangnya dari depan.

"Astaga! Anthoni, bagaimana... Ah, iya, kamu kan manusia serigala. Bagaimana aku bisa lupa?" ujar Ulrica yang terkejut.

"Tuan Putri, ah maksudku Ulrica, sebelum pergi setidaknya kamu makanlah terlebih dahulu. Kekuatanmu muncul secara tiba-tiba dan itu pasti menguras banyak tenagamu! Aku khawatir kamu akan pingsan lagi," ujar Anthoni yang khawatir.

"Tidak perlu, aku rasa tubuhku baik-baik saja! Aku ini adalah orang yang kuat," tolak Ulrica dengan sopan.

Kruyuk~

Baru saja menolak tawaran Anthoni, perut Ulrica langsung berbunyi layaknya protes minta diisi. Ulrica menjadi semakin malu karenanya.

'Sungguh perut yang tidak bisa diajak kompromi,' batin Ulrica.

Anthoni tidak pernah menyangka jika Ulrica juga memiliki sisi yang imut seperti ini. Karena oerut Ulrica juga keroncongan, jadi Anthoni mencoba untuk menawarkannya sekali lagi.

"Ulrica, apakah kamu yakin tidak mau makan dulu? Sepertinya perutmu tidak sejalan dengan perkataanmu," sindir Anthoni secara halus.

Karena Anthoni juga sudah mendengar suara perut Ulrica, jadi tidak ada salahnya bagi Ulrica untuk menerima tawaran baik Anthoni.

Bahkan Anthoni juga sudah berbaik hati untuk menolong dirinya jadi agak kurang sopan rasanya jika terus menolak tawarannya.

"Baiklah kalau begitu maaf merepotkanmu," jawab Ulrica yang akhirnya setuju.

"Merepotkan apanya? Tentu saja tidak! Mari, kita ke dapur terlebih dahulu," ajak Anthoni memimpin jalan.

Mereka berdua berjalan menuju ke dapur rumah Anthoni. Rumah Anthoni bisa dibilang tidak besar dan juga tidak kecil, melainkan sederhana.

Hanya saja Ulrica tidak melihat keberadaan orang tua ataupun keluarga Anthoni. Karena penasaran, Ulrica pun bertanya padanya.

"Anthoni, apakah kamu tinggal di sini sendirian?" Ulrica terus menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan orang lain.

"Iya, Ayahanda dan Ibundaku berada di tempat persembunyian klan untuk menjaga dan melatih kekuatan kaum kita! Oleh karena itu aku hanya berada di sini sendirian karena tugasku adalah menemukan calon istriku, ah maksudku Ratu kaum kita yang berikutnya!" jawab Anthoni yang keceplosan.

Ulrica yang masih tak percaya tidak ingin melanjutkan pertanyaannya. Hanya saja Anthoni juga mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakab sosok "Ibunda" Ulrica dalam mimpinya.

Setibanya di dapur, Anthoni meminta Ulrica untuk duduk di meja makan terlebih dahulu sementara Anthoni membuatkan makanan untuk Ulrica.

Ulrica menunggu sambil mengamati Anthoni yang sedang memasak. Ulrica tidak menyangka jika Anthoni yang di rumah begitu berbeda dengan Anthoni yang berada di sekolah.

Bahkan Anthoni yang sekarang ini memanglah cocok disebut sebagai pria idaman banyak wanita yang memiliki visual yang sempurna serta kemampuan memasak yang nampak handal.

"Ah, mungkin rasanya sama seperti masakan pada umumnya! Kita lihat bagaimana rasanya nanti!" gumam Ulrica.

Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya makanan telah siap untuk disantap. Ulrica memperhatikan penampilan makanan yang ditata dengan sangat menarik dan nampak lezat.

"Silakan dinikmati, Ulrica! Jika tidak ingin menghabiskannya, setidaknya makan beberapa suap untuk mengisi perutmu," ujar Anthoni.

"Yah, lagi pula aku sedang tidak bernafsu makan, jadi aku akan makan sedikit saja," jawab Ulrica lalu mengambil nasi, sayur dan lauknya.

Ulrica pun menyantap masakan Anthoni dan betapa terkejutnya ia saat merasakan rasa masakan Anthoni yang bahkan jauh lebih nikmat dari pada masakan ibunya.

'Apa-apaan ini? Kenapa masakan Anthoi juga sangat lezat? Aku tidak akan berhenti makan kalau seperti ini rasanya,' batin Ulrica yang galau.

Anthoni yang melihat ekspresi Ulrica mengira jika Ulrica tidak suka dengan masakannya. Jadi Anthoni menawarkan diri untuk membelikan makanan yang baru.

"Jika kamu tidak sauka, aku akan belikan yang baru saja! Makanan apa yang kamu sukai? Aku akan beli makanan pesan antar atau jika kamu ingin ke tempatnya langsung aku siap menemani," ucap Anthoni menawarkan diri.

"Ah, tidak perlu! Ini saja sudah cukup untukku! Mari makan lagi!" Ulrica mengangkat kedua tangannya sampai ke dada lalu menggerakkannya sebagai tanda penolakan.

"Ah, baiklah," jawab Anthoni yang menurut. Anthoni pun menyantap masakan yang ia buat itu.

Sedangkan Ulrica masih dilanda kebimbangan. Ia ragu apakah akan menjaga image ataukah mendengarkan perutnya.

Setelah perdebatan batin yang cukup panjang, akhirnya Ulrica menentukan pilihannya.

TBC...