webnovel

Luna dan Pangeran Serigala

Kerisauan yang merundung hati Luna di sebabkan oleh tekanan dari keluarga besarnya yang memaksanya untuk segera menikah. Sedangkan sampai saat ini, belum ada lelaki yang berhasil menakhlukan hatinya. Luna, gadis berusia sembilan belas tahun itu, terpaksa harus menikah dengan lelaki yang belum pernah ia temui sebelumnya. Lelaki tersebut bernama Marck Haugert dan pernikahan tersebut harus terlaksana karena perjanjian dimasa lalu antara kedua belah pihak keluarga. Pernikahan itu bertujuan untuk mengabadikan kekuatan Ibu Marck yang bernama Teodora, karena Luna adalah gadis dari kalangan bangsawan terpilih. Diam-diam gadis itu mencari informasi tentang Marck di kota. Alangkah terkejutnya ia kala mendengar kabar jika lelaki yang akan dinikahinya adalah seorang yang kejam. Pada suatu hari ia beserta kedua orang tuanya memutuskan untuk pergi ke kota mencari kebenaraan informasi tentang Marck. Akan tetapi niat mereka di halangi oleh keluarga besar dari sang ayah. Namun hal tersebut tak membuat Luna gagal pergi menuju kota, ia tetap berangkat bersama kedua temannya. Hingga pada suatu saat ia dan temannya bertemu dengan seorang gadis yang bernama Liora dan membantu gadis ini untuk kabur dari cengkraman keluarga Haugert. Pengawal Haugert mengejar mereka sampai ke tengah hutan pinus. Di hutan inilah mereka bertemu dengan Pangeran Serigala untuk yang kedua kalinya, dan memasuki dunia mereka yang bernama Negeri Wheizt. Pangeran Serigala itu bernama James dan merupakan Kakak kandung dari Liora. Keindahan bak Negeri dongeng dan hal yang kurang masuk akal ada di Negeri tersebut. James dahulunya adalah seorang Pangeran tampan yang dikutuk oleh Teodora sang Ibu Tiri penganut ilmu Hitam demi harta, tahta, dan keabadian. Tak hanya mengutuk orang-orang yang ia inginkan, wanita kejam itu juga mencuri mustika Merah Naga Milik Pangeran Naga dan mengubah pangeran Naga menjadi sebuah batu untuk di jadikanlah hiasan. Semua itu ia lakukan demi mewujudkan ambisinya, tak hanya itu ia juga mengincar air mata putri duyung dan mutiaranya. Semua yang terkutuk akan berubah menjadi seperti sedia kala, jika kekuatan Teodora musnah. Para musuh Teodora pun akhirnya bergabung, dan menyerang Teodora untuk memusnahkan kekuatan nya. Peperangan besar pun terjadi, akankah pihak James yang membawa kemenangan, ataukah sebaliknya?

Rinz_Sugianto · Fantasy
Not enough ratings
271 Chs

Alice Tiba di Kota

Perjalanan menuju kota tidaklah semudah seperti yang mereka bayangkan. Mereka harus menyeberangi sungai, melewati hutan dan menaiki bukit untuk mencari jalan alternatif. Kalau bukan demi Luna, tentu saja Alice tak akan mau menempuh perjalanan terjal dan berliku ini. Namun untuk sang adik, ini adalah petualangan yang menantang untuknya. Beberapa jam mereka tempuh, rasa lelah pun menghampiri keduanya dan sesekali mereka singgah di sebuah tempat untuk beristirahat. 

"Kak mataharinya terik sekali ya," ucap Eryk. 

"Iya, apakah kamu ingin berteduh dulu?" tanya sang Kakak. 

"Iya Kak, aku pun lapar. Bagaimana kalau kita mencari tempat makan sekalian?" tanya Eryk. 

"Baiklah," ucap Alice menyanggupi permintaan sang adik. 

Mereka pun mencari tempat makan di desa yang mereka singgahi. 

"Permisi Tuan, apakah disini ada orang yang berjualan makanan?" tanya Alice. 

"Di seberang desa ini ada tempat yang menjual roti dan susu Nona. Nama desa itu adalah desa Glutches, kalian lurus saja ikuti jalan kurang lebih seribu meter dari tempat ini," ucap seorang pria yang ditemui Alice. 

"Baik Tuan, kami akan segera kesana. Terima kasih," ucap Alice. 

Keduanya segera menghampiri kedai yang di maksud oleh pria yang ia tanyai tadi. 

"Sepertinya itu Kak tempatnya," ucap Eryk menunjuk ke arah kanannya. 

"Iya, menurut Kakak memang itu tempatnya," sahut Alice. 

Alice kemudian turun dari kuda dan berjalan mendekati tempat tersebut. 

"Permisi," teriak Alice. 

"Permisi," teriak Alice lagi. 

" Iya silahkan Nona," ucap seorang wanita yang menjaga tempat itu. 

"Saya ingin membeli dua potong roti dan dua cangkir susu," ucap Alice. 

"Baik Nona, silahkan duduk. Sebentar lagi saya akan hidangkan pesanan anda dimeja," ucap penjaga itu. 

Keduanya pun duduk di kursi yang sudah disediakan. Selama melayani mereka, pelayan itu sangatlah ramah dan hangat, sesekali ia menebarkan senyum manis ke arah kakak beradik itu. 

"Ini Nona dan Tuan, silahkan," ucap Wanita itu. 

"Terima kasih Nyonya," ucap Alice. 

"Nyonya, tunggu sebentar. Apakah jalan menuju kota masih jauh?" tanya Eryk. 

Wanita tersebut pun menghentikan langkahnya. 

"Kurang lebih satu jam lagi Tuan, apakah kalian hendak menuju kota?" tanya Wanita itu. 

"Benar Nyonya," sahut Alice. 

"Sebentar lagi kalian akan melewati sebuah hutan pinus, jika kalian melewati hutan tersebut berhati-hatilah dan jangan berhenti atau memasukinya," pesan wanita itu. 

" Baik Nyonya, apakah yang menyebabkan anda berkata demikian?" tanya Eryk dengan rasa penasarannya. 

"Ikuti saja kata-kataku, demi keselamatan kalian," kata wanita itu. 

Mendengar jawaban dari wanita itu, Eryk pun terdiam dan tak mau memaksanya untuk memberikan jawaban. Lagi Pula baginya sampai ke kota dengan selamat itu lebih penting, daripada mendengar cerita tentang hutan pinus tersebut. 

"Kak, sepertinya kita akan tiba di kota menjelang sore. Lalu kita nanti menginap dimana?" tanya Eryk. 

"Kamu tenang saja, nanti kita mencari penginapan disana. Sepertinya kita akan menginap untuk beberapa hari," jawab Alice. 

"Kakak sedang tidak bercanda kan?" tanya Eryk lagi. 

"Tidak," kata Alice menggelengkan kepala dan menunjukan dua buah kantong berisi uang dan beberapa keping emas. 

"Darimana Kakak mendapatkannya?" tanya Eryk lagi semakin penasaran. 

"Semuannya akan Kakak ceritakan setelah kita sampai di tempat tujuan," ucap Alice tersenyum. 

Eryk pun terdiam, baginya hal tersebut juga tidaklah penting untuknya. Tujuannya hanya satu, yaitu ingin melihat kemewahan kota seperti yang diceritakan orang-orang yang pernah kesana. 

"Eryk, kamu tunggu disini sebentar. Kakak mau membayar makanan ini," ucap Alice. 

"Baik Kak," jawab sang adik. 

Alice pun menghampiri pelayan paruh baya tadi. 

"Berapakan uang yang harus saya bayar Nyonya?" tanya Alice. 

Wanita tersebut hanya memberikan secarik kertas berisi catatan jumlah uang yang harus Alice bayar. 

"Ini Nyonya," ucap Alice menyodorkan beberapa keping uang logam. 

"Terima kasih Nona, Hati-hati di jalan," ucap wanita itu. 

"Baik Nyonya, Terima kasih," sahut Alice. 

Alice pun kembali berjalan menghampiri sang adik yang masih duduk diteras. 

"Eryk, mari kita melanjutkan perjalanan menuju kota. Apakah kebutuhan air minum kita masih tercukupi?" ajak Alice sembari bertanya. 

"Baiklah Kak, masih cukup untuk bekal kita sampai di kota Kak," ucapnya. 

Keduanya pun bergegas menghampiri Charlie dan menungganginya. Kuda tersebut dengan lincah membawa mereka menuju kota. 

Benar saja kata wanita paruh baya tadi, sekitar lima belas menit dari desa itu mereka melewati hutan pinus yang tampak rindang. 

Hembusan angin dan udara sejuk membelai tubuh mereka. 

"Eryk, hutan pinusnya indah sekali," ucap Alice. 

Sang adik tak menghiraukan ucapan Kakaknya, ia tetap berkonsentrasi menunggangi Charlie supaya lebih cepat sampai ke kota. 

Tiga puluh menit berlalu, tampak bangunan-bangunan kokoh mulai memanjakan pandangan mereka. 

"Kak kita hampir tiba di kota," teriak Eryk dengan semangat. 

"Iya Eryk, bangunan itu megah sekali," ucap Alice menunjuk salah satu bangunan. 

Tiba-tiba langkah Charlie dihentikan oleh dua orang berperawakan gagah yang sudah menunggu di depan pintu masuk kota. 

"Kalian mau kemana?" tanya salah satu pria tersebut. 

"Kami ingin memasuki kota," ucap Eryk. 

"Kalian harus membayar pajak terlebih dahulu untuk memasuki kota," balas pria itu. 

"Baiklah, berapa jumlah yang harus kami bayar?" tanya Alice. 

"Dua koin saja," jawabnya. 

Alice pun memberikan dua koin uang untuk dapat memasuki kota. Rupanya kedua pria tersebut adalah petugas pemungut pajak. 

Mereka pun akhirnya dapat memasuki kota Baren, kekaguman tampak pada wajah keduanya. Keramaian, kebersihan, dan kemegah bangunan-bangunan yang berjejer membuat mereka terpana. 

"Jadi ini yang dinamakan kota?" tanya Alice pada dirinya sendiri. 

"Kak, bagaimana kalau kita berkeliling kota terlebih dahulu?" pinta Eryk. 

"Baiklah, tapi tidakkah kau merasa lelah Eryk?" jawab Alice menyetujui permintaan sang adik. 

"Tidak Kak, aku tidak merasa lelah sama sekali," ucap Eryk penuh semangat. 

Eryk tampak sangat bahagia berada di kota, dan menurut Alice mengajak sang adik berpetualang adalah hal yang tepat. 

"Setelah berkeliling kita mencari penginapan dan makanan ya," pinta sang Kakak. 

"Baiklah Kak, tapi aku masih penasaran dengan tujuanmu?" ucap Eryk. 

"Akan Kakak ceritakan setelah sampai di penginapan," jawab Alice. 

Sang adik pun mengangguk dan kembali mengendalikan Charlie untuk berkeliling kota Baren ini. 

Setelah merasa cukup lelah, keduanya memutuskan untuk mencari penginapan. 

"Kak mari kita mencari penginapan, sepertinya Kakak dan Charlie terlihat lelah," ucap Eryk. 

"Baiklah Eryk, sebentar Kakak akan mencoba bertanya kepada orang itu," ucap Alice menunjuk seseorang. 

Ia pun segera turun dari kuda dan menghampiri seorang pria yang dimaksud. 

"Selamat Sore Tuan, apakah ada penginapan di sekitar sini?" tanya Alice. 

"Selamat Sore Nona, kebetulan saya mempunyai sebuah penginapan di dekat sini. Jika Nona bersedia mari saya antar," ucap pria itu. 

"Baiklah Tuan, saya panggil saudara saya dulu," ucap Alice. 

Ia pun melangkah menghampiri adiknya dan Charlie. 

"Eryk, ayo kita kesana. Kakak sudah dapat penginapan," ajak Alice. 

Mereka berdua pun menghampiri pria tersebut dan menginap di penginapan miliknya. 

"Kalau boleh tahu kalian datang darimana? Sepertinya kalian telah menempuh perjalanan jauh," tanya pria itu. 

"Kami dari desa Tuan, perkenalkan saya Alice dan ini adik saya Eryk," ucap Alice. 

"Perkenalkan Nama saya Henry, itu penginapan nya sudah kelihatan." ucap John. 

Penginapan pria ini tampak sangat bersih dan terawat, Alice dan Eryk pun bersedia tinggal beberapa saat disini. 

"Bagaimana kalian cocok dengan tempat saya?" tanya Henry. 

"Iya Tuan, berapa koin yang harus saya bayar untuk menginap disini selama dua hari?" tanya Alice. 

"Sepuluh keping saja Nona," jawab Henry. 

"Baiklah," ucap Alice memberikan sepuluh keping koin pada Henry. 

Pemilik penginapan itu pun segera memberikan kunci kepada Alice dan meninggalkan mereka.