1 Luna

"Langit yang cerah."

Sungguh, bagaimana langit bisa secerah ini sedangkan di sekelilingku begitu banyak darah yang berceceran.

"Kenapa aku melakukan ini?"

Rasa sakit ini masih membekas di seluruh tubuhku, bagaimana cara menghilangkannya?

***

[LUCY]

[AGUSTUS 2020, MASA KINI]

"Selamat pagi!"

"Pagi! Eh, apa kamu menonton film yang semalam?"

"Aku menontonnya. Ceritanya sangat menarik! Aku tidak menyangka tokoh utamanya bisa mati. Benar-benar mengerikan."

Berisik sekali mereka, aku benar-benar tidak suka dengan keadaan kampusku ini. Banyak sekali manusia dan hybrid berkerumun, apa mereka tidak takut dengan para hybrid?

"Hey, lihat pria itu."

"Wah dia sangat tampan!"

"Jangan tertipu dengan tampilannya, dia memang tampan tapi kan...," dia berbisik kepada temannya.

"Eh! Benarkah?"

Dalam sekejap aku bisa tahu apa yang mereka bicarakan, dan tentu saja itu tentang diriku.

***

Aku baru saja keluar dari minimarket. Membeli kopi kesukaanku dan menegaknya sedikit demi sedikit.

Malam ini pun langitnya sangat cerah, bintang-bintang bersinar sangat terang di atas sana. Apa aku bisa ke atas sana?

"Tolong!"

Suara orang? Arahnya dari depan sana.

Saat menyusuri jalan, aku melihat ada 3 laki-laki sedang mengelilingi seorang perempuan. Ketiga laki-laki itu, ternyata mereka hybrid. Aku bisa merasakan aura iblis yang sangat busuk. Sudah berapa orang yang mereka bunuh?

"Oi...!"

"Huh?"

"Apa yang kalian lakukan?"

"Jangan ganggu kami dasar makhluk lemah! Jika kau ingin tetap hidup, pergilah dan jangan laporkan ini pada polisi"

Oh, ternyata mereka ingin bersenang-senang.

"Ya sudah, aku pergi."

"Tolong!"

"Diam kau, jalang!"

"Jika kau menolongku, aku akan melakukan apa pun keinginanmu. Aku mohon! Selamatkan aku!"

Memohon ya.

"Aah, bisakah kalian melepaskan wanita itu?"

"Aku pikir kau tidak punya keberanian makhluk lemah, apa kau tau siapa kami ini?"

"Oh, Hybrid, bukan? Atau manusia iblis? Tapi, apa bedanya."

Wajah mereka terlihat sangat terkejut, tentu saja mereka begitu. Karna, aku terlihat begitu tenang ketika memanggil mereka dengan sebutan itu.

"Hoho... Hooo, berani juga kau, ya."

Mereka mulai menyerangku, tapi tidak ada satu pun serangan mereka yang mengenai tubuhku, lemah sekali. Aku jadi menguap.

"Jangan bercanda!"

Aku pergi meninggalkan mereka di ujung jalan, perlahan aku mendekati wanita itu.

"Sudah aman sebaiknya kau pergi seka..."

"Awas belakangmu!"

Ah! Sial, jantungku ditusuk. Apa ini? Tangan iblis?

"Hahahaha! Matilah kau!"

Orang itu mencabut tangannya itu dari tubuhku, dan luka tusukannya sedikit membuatku kesakitan.

Ah, wajah wanita ini jadi jelek sekali ketika menangis. Apa boleh buat.

"Nona, bisakah kau berbalik dan menutup mata juga telingamu?"

Wajahnya tampak kebingungan.

"Lakukan saja, dan tunggu beberapa menit"

"Baik."

Wanita itu menuruti permintaanku.

"Kalian pergi saja, daripada riwayat kalian tamat di sini."

"Sombong sekali, kau!"

Dua orang lainnya bersiap menerjangku. Aku merubah wujudku, tapi hanya kepalaku saja. Aku memiliki 4 tanduk mengarah ke belakang. Mata merah dan gigi tajam. Lalu, aku34jkr4 melemparkan Hybrid busuk ini hingga menimpa kedua temannya itu.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Tidak penting."

Aku mengangkat mereka dengan kedua tanganku dan meremas tubuh mereka hingga hancur.

"Crraassshhh..."

Darah pun menyebar ke segala arah. Karena tidak ingin ada jejak dan diketahui oleh polisi. Aku menyerap semua darah dan bagian tubuh mereka bertiga yang hancur. Serta tubuhku kembali seperti semula.

Aku menghampiri wanita itu dan setengah berjongkok di hadapannya.2z

"Kau bisa buka mata dan telingamu sekarang."

Dengan masih ketakutan ia membuka mata dan menurunkan kedua tangannya. Lalu, melihat ke sekitar.

"Di mana mereka?"

"Mereka pergi."

Aku juga melangkah pergi.

"Hey! Kau tidak mau menagih janjiku?"

"Untuk apa?"

"Eh?"

"Aku sama sekali tidak peduli denganmu. Jadi, sampai jumpa!"

"Tunggu!"

Wanita ini mendekapku dengan erat dari belakang. Bahkan terbilang sangat erat.

"Aku mohon, aku sudah berjanji dan aku ingin menepatinya."

Wanita yang merepotkan!

"Ya ampun! Baiklah. Ikuti aku! Dan lepaskan dekapanmu ini."

"Baik."

Kami berdua mulai berjalan.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?"

"Lucy."

"Hmm, nama yang aneh. Aku Luna."

Aku hanya meliriknya sekejap.

"Kau tinggal di mana? Apa kau bekerja? Bagaimana kau tau kalau mereka hybrid? Atau kau sebut apa tadi?"

Ternyata wanita ini cerewet juga.

"Apa kau tidak bisa diam?"

"Maafkan aku."

Seketika ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

***

Kami masuk ke dalam apartemenku. Aku menaruh belanjaanku di meja. Sedangkan, wanita itu tengah melihat-lihat sekeliling apartemenku.

"Apartemenmu bagus."

Aku menghampirinya. Jarak kami begitu dekat. Tinggi kami terpaut cukup jauh. Tinggiku 181cm, dia mungkin 160-an. Alhasil aku sedikit menunduk melihat wajahnya. Dan tubuhnya agak kurus, namun dadanya cukup besar.

"Bisakah kau melakukannya dengan lembut?"

Malu dan takut menghiasi wajahnya.

"Aku tidak menginginkan itu."

"Eh?"

Aku pergi dari hadapannya.

"Lalu, apa yang kau inginkan dariku?"

"Tidak ada."

Aku duduk dan meminum kopi kesukaanku.

"Jadi..., aku tidak berguna di sini. Kau lelaki jahat! Kenapa kau sangat dingin? Padahal aku ingin membalas kebaikanmu. Tapi, kenapa? Kenapa..."

Oh, dia mulai menangis.

"Sudah cukup! Aku pergi!"

Dia berjalan menuju pintu apartemen. Astaga! Ceroboh sekali dia! Bagaimana bisa ada manusia murni sebodoh ini?

"Berhenti dulu."

"Jangan hentikan aku!"

Ah, sial!

"Baiklah. Terserah kau saja! Tapi, apa kau punya tempat untuk tidur malam ini?"

Dia tiba-tiba terdiam tepat di depan pintu.

"Sudah kuduga. Kalau begitu, mandilah sana! Badanmu sangat bau. Dan segera pergi tidur!"

***

Aku sudah mengantuk. Aku membuka pintu kamarku, untuk mengambil selimut. Tapi ternyata...

"Aaaahh, pergi! Aku belum selesai."

Dia melemparku dengan bantal. Aku pun kembali menutup pintu kamarku.

Hah, baru kali ini aku dilarang masuk ke kamarku sendiri.

Wanita ini membuka pintu kamarku. Dan ia hanya memakai kemeja putihku, yang ukurannya cukup besar baginya.

"Kau tidak punya celana, selain celana bahan ya?"

"Aku tidak peduli. Biarkan aku masuk."

Aku masuk dan menyenggol tubuhnya. Aku langsung mencari selimut di dalam lemariku. Lalu, kembali keluar kamar.

Aku melihat raut wajah wanita ini yang tampak malu-malu.

"Tutup pintunya dan cepatlah tidur."

Dia menutup pintu kamarku dengan pelan. Aku mematikan lampu dan langsung berbaring di sofa.

***

Aku terbangun karena mencium bau masakan. Aku berdiri dan berjalan ke dapur.

"Hey, kau sudah bangun?"

"Apa-apaan ini?"

Dapurku tampak berantakan. Bahan makanan bercecer di mana-mana.

"Maafkan aku. Aku akan membereskan semuanya setelah ini."

"Lalu, apa yang kau masak?"

"Ini."

Ternyata dia memasak nasi goreng. Aku mencoba satu suapan dan...

"Bagaimana, Lucy?"

Kenapa wajahnya terlihat sangat bangga?

"Ini... menjijikkan."

"Eh?"

"Rasanya sangat asin, nasinya keras, bahan isinya ada yang belum matang. Dan ini juga gosong."

Aku memuntahkan makanan yang sudah aku kunyah.

Dia tampak bersedih dan matanya berkaca-kaca.

"Aku memang gak bisa masak. Tapi, aku ingin berguna buatmu. Jadinya aku memaksakan diri buat masak in kau sesuatu."

Aku menghela nafas berat.

"Kau tidak menghukumku?"

"Hukumanku kejam. Kau mau?"

"Ti-tidak."

Aku mengambil jubah dari gantungan dekat pintu. Lalu, memakaikannya ke tubuh wanita ini. Jubah itu menutupi tubuhnya hingga ke bagian pahanya. Setelah selesai, aku langsung menarik tangannya dan bergegas pergi.

***

Wanita ini belum juga menemukan baju yang cocok dengannya.

"Ayo, cepatlah. Aku sudah sangat lapar."

"Sabarlah sedikit. Memilih baju itu jangan terburu-buru. Harus benar-benar yang cocok denganku."

"Hhaaahh."

"Yang ini bagaimana?"

Dia menunjukkanku gaun warna merah.

"Terserah. Yang penting bisa cepat selesai."

"Baiklah, aku ambil yang ini."

***

Dia kembali dari ruang ganti dan sudah memakai gaun tersebut.

"Aku cantik gak, pakai gaun ini?"

Wanita ini tersenyum berseri padaku.

"Aku tidak peduli."

Dia langsung memasang muka cemberut.

"Sudahlah. Sekarang kita pergi cari makan."

Aku mengambil jubahku dari tangannya. Dan memakainya seraya berjalan.

***

Wanita ini makannya sangat lahap, dan dia sudah habis dua mangkuk bubur. Ini yang ketiga baginya.

"Kau ini wanita, loh. Apa pantas seorang wanita makan dengan begitu rakus?"

"Terima kasih."

"Hey! Aku tidak sedang memujimu."

"Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan itu."

Wanita ini lagi-lagi tersenyum berseri padaku.

"Dasar aneh."

Tiba-tiba aku merasakan aura jahat dari manusia iblis yang ada di sekitarku. Aku mencarinya dan ketemu. Ternyata mereka berdua. Sial! Kenapa mereka bisa tahu aku ada di sini?

"Saatnya kita pergi."

"Aku belum selesai."

"Ayo cepat!"

Aku menarik tangan Luna dan kami bergegas pergi dari sini. Namun...

"Hey, jangan lari kau!"

"Siapa mereka?"

"Siaaaal!"

avataravatar
Next chapter