1 Bab 1

"Hari ini lo mau kemana, Flow?"

"Ngga tau. Aku bosan juga dirumah, cuma malas kemana-mana" jawab gadis yang dipanggil Flow sambil memakan cemilannya tanpa melepaskan tatapannya dari laptop yang sedang menayangkan drama yang ia tunggu-tunggu

"Heelaahh, lo bosan tapi tetap aja ngejogrok di kamar ama laptop lo" cibir gadis yang bernama Irenne

"Hehe, kan hidup aku gini-gini aja. Bangun tidur, kuliah, habis itu pulang langsung di kamar aja diamnya."

"Gimana kalo kita jalan ke luar negeri? Pasti seru nih. Liburan juga masih lama, masih 1 bulan lagi. Gue bosan banget disini."

"Eh! Tapi aku ngga berani minta uang sama Mama. Kamu tahu kalau uang sakuku dijatah perbulan."

"Itu lo ngga perlu bingung, Flow. Semua gue yang bayarin."

"Kamu yakin? Aku ngga mau punya hutang lagi, keluargamu udah baik banget. Udah bayarin kuliahku juga. Entah gimana cara bayarnya nanti." raut wajah Flow begitu sedih saat mengingat kebaikan keluarga Irenne padanya

"Siapa bilang lo harus bayar itu semua? Orang tua gue ngga nagih kan? Lo udah seperti saudara sendiri, Flow. Mommy juga bilang lo itu anaknya sendiri. Santai aja.." terang Irenne sambil memeluk Flow yang langsung menangis dipelukannya

"Hikss. Makasih banget, Renn. Hiks.." ucap Flow masih dalam tangisannya

"Udah. Itu emang Mama Tiri lo aja yang jahat. Ini kan rumah Papa lo. Dia disini sama anaknya itu cuma numpang aja. Lo tenang aja, gue pasti selalu ada buat lo. Kita kan saudara. Yah walaupun beda orang tua sih. Hahahah" hibur Irenne

"Iya, saudara gadungan. Hahaha"

"Ya udah. Besok kita berangkat! Gue udah booking tiket pesawatnya buat kita berdua. Sekarang lo gue bantu prepare!" teriak Irenne semangat sambil bangkit dari tempat tidur Flow

"WHAT! GILA! Kok mendadak banget sih , Ren! Duh aku belum ijin sama Mama. Gimana kalo ngga diijinin?"

"Hahaha. Sorry-sorry .. gue tadi chat sama Daddy, yah sekalian bilang deh. Ijin sama Mama lo biar gue yang urus" yakin Irenne

"Terserah deh, terus kita pergi ke mana? Aku bingung bawa apa aja. Koper aja kecil gini." keluh Flow

"Pake koper gue aja, Flow. Warna kesukaan lo juga." tawar Irenne sambil tersenyum menggoda

"Hijau? Yang belum pernah dipakai itu? Aku boleh pinjem ya?" tanya Flow dengan puppy eyes andalannya

"Cih. Kagak usah pake wajah sok imut lo itu, Flow. Kan gue yang nawarin ini"

"Yeyeyee! Jam berapa kita berangkat ke rumahmu?" tanya Flow tiba-tiba yang membuat Irenne menepuk dahinya sendiri

"Gue lupa. Ayo sekarang. Malem nanti kita berangkat ke Jerman" jawab Irenne yang membuat langkah Flow berhenti tiba-tiba

"SERIUS?! KITA BAKALAN KE JERMAN!" teriak Flow histeris

"Astaga, Flow. Biasa aja deh." celetuk Irenne

"Itu kan negara impian aku, Ren. Aku dari kecil ingin ke negara Mommy dan ketemu Grandpa sama Grandma juga." terang Flow sambil menerawang jauh

"Udahlah kagak usah mengkhayal aneh-aneh. Ayo turun buruan. Loteng lo bikin apek" ejek Irenne sambil berjalan meninggalkan Flow yang terlihat kesal karena menyebut kamarnya loteng, tapi memang kenyataan bahwa kamarnya itu loteng yang dulu digunakan Flow untuk menyimpan kenangan Mommynya saat ia kecil dulu.

"Irenne!" jerit Flow sambil berlari berusaha mengejar Irenne

***

"Hahhh. Kira-kira kita tiba di Jerman jam berapa, Ren?"

"Entahlah, gue belum pernah terbang ke Jerman. Jadi ngga tau deh sayap gue capek minta berhenti terbang sekalian mendarat" jawab Irenne asal

"Sialan! Gue nanya betul-betul dijawab gitu, apaan coba!"

"Lo tidur aja. Nanti kalo udah sampai, gue bangunin deh. Percaya sama Irenne."

"Hmmm"

Flower Franssesca, anak tunggal dari John Davendra dan Jennifer Franssesca. Jakarta, kota di mana Daddy dan Mommy bertemu lalu menikah. John sekarang sedang bekerja di perusahaan ternama di Jakarta sebagai Manager Pemasaran. Jennifer meninggal saat Flower akan berulang tahun yang ke lima. Dan sekarang gadis mungil itu memiliki Ibu baru dan saudara. Sekarang dirinya berkuliah di Universitas ternama Jakarta bahkan Indonesia, menjadi mahasiswi akselerasi. Irenne, ia adalah saudara sesungguhnya bagi Flower. Mereka seperti kembar namun berbeda. Tentu saja, wajah mereka berbeda. Hanya saja usia, hobi, kesukaan, bahkan hal-hal terkecil sekalipun kami menyukai hal yang sama. Kecuali sifat. Flower merasa amat beruntung memiliki sahabat sepertinya.

***

Ditempat lain

"Alpha, meeting kali ini akan dilakukan di Hotel Arc. Mobil telah saya siapkan." kata seseorang pada pria yang duduk didepannya

"Ah. Baiklah, Edmund. Aku akan segera turun. Bawakan barang-barangku." tanya pria itu tanpa menatap lawan bicaranya sama sekali

"Tentu Alpha." jawab pria bernama Edmund itu dan dengan sigap membawa barang-barang yang diminta untuk dibawanya

"Edmund, umur kita tidak beda jauh bukan?" tanya pria itu tiba-tiba saat diperjalanan

"Tentu, Alpha. Ada apa?"

"Tidak, aku hanya berpikir. Apa aku akan menemukan mate ku atau aku harus menunggu lebih lama lagi." jelas pria tersebut sambil menutup macbook yang ia pangku

"Itu adalah takdir dari MoonGodness, Alpha." jawab Edmund dengan senyum kecil dibibirnya

"Kau benar."

"Aku berharap aku menemukan mate ku dan segera memilikinya. Sudah terlalu lama aku menunggunya. 29 tahun, bagiku kau sudah terlalu lama bersembunyi. Aku akan menemukanmu segera, sayang."

"Tentu saja Lucas, kita akan bertemu sebentar lagi dengannya. Aku bisa merasakannya, mate kita. Aku bisa merasakan getaran ini."

"Aku tahu, Alec. Aku sudah tak sabar bertemu dengannya. Apakah ia cantik, atau tidak. Kita akan bertemu dengannya nanti, ya nanti."

***

avataravatar
Next chapter