1 1# You're Mine

Desahan nafasnya terdengar jelas di telingaku. Dia tidak membiarkanku untuk melawan, tenaganya cukup kuat ketika dia berada di atasku. Dia terus mencium bagian leherku lalu memburu ke dadaku. Aku tidak dapat melakukan apapun. Aku hanya merasakan nafsunya dalam kegelapan.

Dia turun ke bagian perutku, tangannya meremas kedua payudaraku sambil mencium perutku dan itu sangat membuatku geli tetapi aku menikmatinya. Di luar sedang turun hujan tapi di kamar ini aku merasa sangat kepanasan. Keringatku membasahi tubuhku bahkan pendingin ruangan pun tidak mampu menghilangkan keringatku. Ini adalah malam yang tidak akan aku lupakan sebagai seorang istri yang sedang melayani suaminya di atas ranjang.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

Aku mengajukan pertanyaan itu saat suamiku meletakkan kepalanya di atas dadaku dan aku membelai lembut rambut lurusnya yang basah karena keringat.

"Tentu saja."

Dia mengatur kepalanya agar nyaman. Dia sepertinya sedang mencoba mendengarkan detak jantungku yang masih berdegup kencang.

Aku menarik nafas panjang, "Ini...bukan pertama kalinya kan bagimu?" Pertanyaanku selanjutnya membuatnya menatapku. Tatapannya heran melihat ekspresi wajahku seakan sedang mengintrogasinya tapi dia tidak menjawabku dan aku kembali memperjelas pertanyaanku, "Kamu...sudah melakukan hubungan seks sebelumnya bukan? karena...ini adalah pertama kalinya untukku."

Dia merebahkan tubuhnya lalu menarikku kepelukannya, "Kamu sudah mengetahuinya bukan? bahwa pria korea melakukan hubungan seks bersama kekasih mereka dan itu sudah biasa." Dia membelai rambutku lalu aku mendongak padanya, "Apa...jawabanku menyakitimu?" Kedua matanya menatapku.

Aku memeluk erat tubuhnya lalu membenarkan selimut yang menutupi sebagian tubuh kami.   

"Tidak." Aku terdiam sejenak lalu kembali berkata, "Aku hanya ingin tahu saja bahwa suamiku memang sudah berpengalaman dibandingkan aku."

"Tapi aku lebih menikmatinya bersama istriku." 

Sebuah panggilan terdengar dari ponsel milik suamiku yang diletakkan di meja kecil samping tempat tidur. Dia mengambil ponselnya dan mulai berbicara dengan bahasa korea. Sepertinya itu dari rekan kerjanya, aku turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Aku memutar keran dan air keluar dari shower membasahi kepalaku. Aku menunduk, membiarkan air terus membasahi tubuhku. Aku tidak pernah membayangkan akan menikah dengan pria asing dan pindah ke negara asing. Aku mungkin beruntung karena suamiku telah lancar berbahasa indonesia dan kami tidak memiliki masalah dalam berkomunikasi. Tapi karena aku tinggal dilingkungan dengan bahasa yang tidak aku mengerti, sepertinya akan sulit untuk hidup di negara baru ini.

*********

Setiap pagi aku memulai hari dengan membersihkan kafe tempatku bekerja. Bersama beberapa karyawan kafe yang lain, kami saling membagi tugas dan tugasku adalah menyapu lantai dari lantai tiga hingga lantai dasar sekaligus mengelap meja juga kursi. Aku terkadang kesal dengan pemilik kafe ini. Dia memiliki kafe yang cukup besar tapi sedikit memiliki karyawan dan ini sangat membebaniku sekaligus teman-temanku untuk membersihkan juga melayani tamu yang ramai datang setiap harinya. Aku harus banyak minum vitamin agar tidak mudah sakit karena kelelahan.

Jam sembilan tepat semua pekerjaan bersih-bersih sudah selesai dan kafe mulai dibuka. Beberapa orang mulai berdatangan untuk memesan minuman terutama kopi. Bagi mereka minum kopi di pagi hari adalah penyemangat untuk memulai pekerjaan mereka.

Aku melihat seorang wanita yang sangat aku kenal dengan pakaian kantornya memasuki kafe tanpa menoleh kearahku dan dia duduk di kursi dekat kaca. Setelah aku melayani antrian, aku segera membuat kopi latte dengan perbandingan dua berbanding satu susu dan kopi juga sedikit menghias dengan menggambar wajah berkaca mata bulat persis seperti wajah tamu yang akan aku berikan nanti.

Aku berjalan sambil membawa secangkir kopi di tanganku menuju meja dekat kaca. Aku meletakkan kopi itu di atas meja. Wanita yang aku hampiri tampak sibuk mengetik di laptop miliknya tanpa menyapaku yang sedang berdiri di sampingnya. Wajahnya yang terlihat serius menatap layar laptop membuatku ingin meminum kopi yang telah aku buat.

"Apa kamu tidak menghargai kopi buatanku?" Tatapanku tertuju pada wajahnya. Tapi dia tetap mengetik tanpa berhenti sejenak.

"Maaf, hari ini aku ada meeting dan aku belum selesai membuat bahan presentasiku. Aku harus menyelesaikannya sebelum mereka datang ke sini."

"Baiklah, minum dulu kopinya sebelum dingin."

"Ya, terimakasih."

Aku pergi dari meja itu dan kembali bekerja. Namanya Lexy, wanita karir yang telah memiliki rumah sendiri, kendaraan sendiri dan gaji yang pasti lebih tinggi dariku. Dia wanita mapan yang membuatku iri padanya. Dia pintar dan memiliki pekerjaan yang bagus hingga membuatnya menjadi super sibuk. Kami mulai dekat semenjak dia berpacaran dengan sahabatku. Terkadang aku tidur dirumahnya saat aku takut karena sendirian di kamar kosanku yang sempit atau dia memintaku untuk tidur menemaninya di saat sahabatku tidak datang untuk mengapelinya.

Aku sedih dengan kesendirianku yang pedih ini. Tidak memiliki kekasih dan hanya bekerja dengan gaji yang sangat cukup. Cukup untuk makan, cukup untuk membeli kebutuhan hidup dan cukup untuk diriku sendiri. Bisakah kita bertukar profesi, Lexy? Ah, lupakanlah! Dan perkenalkan namaku adalah Aileen. Ini adalah kisah hidupku yang rumit karena kamu tahu hidup tidak selalu mulus seperti cangkang telur.

Beberapa tamu datang dan menghampiri meja Lexy. Mereka duduk dan Lexy memberiku kode untuk mendatangi mejanya. Aku segera pergi menghampiri dan mulai mencatat pesanan mereka. Setelah semuanya selesai aku tulis, aku kembali untuk membuat pesanan mereka. Seorang teman kerjaku membantuku untuk membuat minuman sedangkan aku menyiapkan beberapa cake dan meletakkannya di piring kecil. Ini bukanlah pertama kalinya Lexy meeting di kafe tempatku bekerja. Dia selalu melakukannya di sini dan di meja yang sama. Entah kenapa aku sangat menyukai saat dia sedang berbicara serius dengan rekan-rekan kerjanya, dia terlihat sangat profesional dan itu keren menurutku, berbeda denganku yang hanya seorang karyawan kafe biasa dengan kepribadian introvert.

Aku dibantu dengan temanku meletakkan pesanan di atas meja lalu kembali pergi. Saat aku pergi dan berdiri di meja kasir, Lexy mengirimiku pesan.

"Maaf telah merepotkanmu. Bagaimana kalau kita nonton sepulang kerja? Aku akan menunggumu."

Aku pun tersenyum lebar dan membalasnya, "Dengan senang hati teman."

Aku melihat kearah meja Lexy dan kembali tersenyum. Walau aku tinggal sendirian di kota ini tapi aku tidak merasa kesepian karena ada sahabatku juga dia dan beruntungnya sahabatku itu memiliki pacar cantik juga baik hati seperti Lexy.

Lexy menghampiriku untuk membayar semua pesanannya. Meeting telah selesai artinya dia harus pergi ke kantor. Kantornya tidak jauh dari kafe ini, tepatnya berada di seberang sana dan karena jaraknya yang sangat dekat setiap hari dia pasti datang ke sini untuk memesan kopi sebelum pergi bekerja.

"Aku tunggu sore nanti ya." Kata Lexy setelah aku memberikan kartu debitnya dan dia pergi.

Weekday seperti ini aku tidak terlalu sibuk. Tamu yang datang hanya menggunakan lantai dasar untuk bersantai. Aku melirik jam tanganku, perutku sudah sangat lapar. Aku melihat situasi sepertinya ini waktu yang tepat untukku beristirahat. Bekerja di tempat seperti ini harus pintar-pintar curi waktu untuk beristirahat setidaknya hanya untuk mengisi perut dengan nasi.

Aku pergi ke belakang kafe tempat biasa aku makan. Di sini memang sudah disediakan kursi juga meja untuk para karyawan beristirahat. Karena aku adalah wanita mandiri yang tidak boleh boros, setiap hari aku membawa makanan sendiri yang aku masak sebelum pergi bekerja dan hari ini menu favoritku adalah ikan goreng, sambal, nasi putih juga sayur bayam dan semuanya sudah dingin.

Makan bagiku tidak perlu mewah yang penting kenyang dan dapat menghilangkan rasa lapar. Karena aku memang tidak punya uang untuk makan di tempat yang mahal kecuali kalau sahabatku yang mentraktirku.

Di saat pikiranku terlintas wajah sahabatku, mungkin dia pun merasa telinganya berdengung dan akhirnya dia menelponku.

"Kamu sedang apa? Pulang kerja kamu mau ke mana?"

Aku sedikit lama menjawab karena sedang mengunyah, "Lexy mengajakku nonton." Jawabku sambil terus mengunyah.

"Apa kamu sedang makan? Telan dulu makananmu lalu bicara."

"Kamu sudah tahu aku sedang makan lalu kenapa menelponku? Huh! Dasar!" Aku menutup telepon dan dia kembali menelponku, "Kamu mengganggu makan siangku saja!" Gerutuku sambil membalikkan ponselku agar aku tidak melihat layar yang menyala dan kembali untuk makan.

*********

Lexi sibuk di depan komputer, seorang rekan kerja wanita memberikan beberapa tumpuk berkas di atas meja. Lexy menghela nafasnya, dia harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum sore tiba. Tapi tiba-tiba perutnya mengeluarkan suara tanpa pikir panjang dia mengambil ponselnya dan mengklik sebuah aplikasi jasa untuk memesan makanan melalui online. Setelah memilih tempat makan terdekat dan memilih menu yang dia inginkan, satu panggilan pun muncul di layar ponselnya.

"Selamat siang, Bu. Sesuai pesanan ya?" Tanya seorang pria yang siap membelikan makanan yang diminta oleh Lexy.

"Iya, Pak."

"Mohon di tunggu ya, Bu."

Panggilan pun terputus dan Lexy kembali dengan pekerjaannya. Setelah beberapa menit berlalu makanan yang ditunggu pun tiba. Seorang pria dengan pakaian jaket berwarna hijau mengetuk pintu. Setelah dipersilahkan masuk dan Lexy membayar makanannya lalu pria itu pun pergi. Lexy membuka kotak makan dan terlihat menu makanan jepang di depan matanya. Dia teringat sesuatu. Dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan untuk kekasihnya.

"Apa kamu sudah makan siang?"

Tidak lama pesan pun dibalas, "Aku sedang makan bersama ayahku di restoran. Hari ini sangat sibuk, ayahku memberiku banyak pekerjaan dan disaat makan pun dia masih saja membicarakan pekerjaan. Aku sepertinya ingin membuat perusahaan sendiri saja! Oh ya apa  kamu sudah makan, sayang?"

Lexy pun membalas, "Aku sedang makan. Kamu jangan terlalu lelah ya, Oh ya nanti sore aku akan pergi nonton."

"Dengan siapa?"

"Aileen."

"Kalau begitu aku ikut."

''Tapi kamu sedang sibuk hari ini."

"Aku bisa mengaturnya. Di bioskop biasa kan? Kalau begitu sampai bertemu di sana, sayang."

Lexy tidak lagi membalas, dia tersenyum dan kembali meletakkan ponselnya. Dia sangat menikmati makan siangnya sambil melihat sebuah foto kecil yang terbingkai didekat komputernya. Itu adalah foto dirinya dan kekasihnya.

*******

Lexy dan aku tiba di bioskop tempat kami biasa menonton. Tempat ini memiliki dua belas teater jadi pengunjung yang datang ke sini dapat memilih film sesuka mereka.

Lexy sedang mengantri untuk membeli tiket, sedangkan aku mengantri untuk membeli popcorn dan minuman agar mulutku ini dapat bekerja saat di dalam nanti. Lebih tepatnya agar aku tidak mengantuk saat film yang ku tonton terasa membosankan. Tiap datang ke sini Lexy tidak pernah memberi tahu ku film apa yang akan kami tonton. Dia hanya pergi mengantri untuk membeli tiket dan aku pasrah saja, yang penting aku ditraktir olehnya.

"Kita nonton ini ya." Kata Lexy saat menghampiriku yang selesai membeli popcorn. Dia menunjukkan tiket yang baru saja dia beli.

"Film apa?"

"The Avengers. Kamu pasti suka."

"Tapi kenapa kamu membeli tiga tiket?"

"Zelo akan ikut nonton dengan kita."

Setelah namanya disebut sosok pria yang tingginya tidak seberapa itu datang menghampiriku dan Lexy.

"Hai Alien!" Seru Zelo dengan gayanya yang sok asik.

Yeah, Itu adalah nama kesayangannya untukku dan andai saja wajahku dapat berubah menjadi emoticon aku akan menunjukkan wajah dengan kedua mata rata sambil melirik tajam padanya tiap kali dia memanggilku dengan sebutan itu. Inginku berkata kasar tapi sayang dia lebih galak dariku.

"Jam berapa mulainya?" Tanya Zelo, entah bertanya padaku atau pada kekasihnya tapi dia merangkul pundakku dan mengambil popcorn yang sedang ku pegang.

Nama panggilannya adalah Zelo, Aku tidak peduli nama lengkapnya. Kata Lexy dia adalah pria tampan yang membuatnya tidak mau selingkuh dengan pria lain. Mereka sudah berpacaran cukup lama, kira-kira sekitar lima tahun di mana aku tetap menjadi single abadi. Garis keturunan aku dan Zelo sangat jelas terlihat berbeda. Dia adalah keturunan orang kaya sedangkan aku kayak-kayaknya tidak kaya.

Hal yang paling aku sesali ketika dia datang adalah Lexy akan lebih memberikan perhatiannya pada Zelo dan aku duduk di sebelahnya sambil makan popcorn asin sampai habis dan tidak mungkin kedua mataku mengkhianati penglihatanku untuk tidak melihat kemesraan mereka berdua dan tidak mungkin juga aku pura-pura tidak melihat mereka saat mereka berciuman di saat pertengahan film sedang diputar. Sepertinya aku butuh bantal guling untuk menemaniku di sini. Aku merasa ingin meminjam senjata milik Thor untuk menghancurkan mereka. Apa aku harus berpacaran dengan kapten Amerika agar tidak lagi sendiri? God...help me!

*********

avataravatar
Next chapter