webnovel

Perang Dingin (6)

Kelompok Ditya mendapatkan giliran terakhir. Mereka berjalan mengikuti petunjuk dari kakak kelas mereka. Bayangkan betapa sulitnya mereka mengikuti tali hitam ditengah kegelapan malam hanya dengan bermodalkan beberapa buah senter.

Kira-kira 10 menit kemudian mereka berhasil menemukan Pos 1. Disana terlihat Ade, Dewa dan Rizal.

"Ayo ketua kelompok pimpin anggotanya untuk berbaris." perintah Ade.

Tami sebagai ketua segera menyiapkan barisannya.

"Kenapa kalian ada disini?" tanya Rizal dengan tegas.

"Karena ini adalah Pos 1, Kak."

"Siapa yang bilang kalau ini adalah Pos 1?" tanya Ade.

Semuanya terdiam, mereka tidak tahu harus mengatakan apa.

"Kenapa tidak ada yang menjawab? Apakah kalian yakin kalau ini adalah Pos 1?" tanya Dewa lagi.

Mereka mulai gelisah dan berbisik-bisik. Bagaimana kalau mereka sampai salah Pos?

"Kami yakin, Kak." jawab Ditya.

"Kenapa kamu yakin?" tanya Rizal.

"Karena kami sudah mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Kak Silva dan Kak Lani hingga membawa kami kesini."

Ade tersenyum, setengah tertawa.

"Bagaimana kalau mereka membohongi kalian?"

"Saya percaya kepada mereka. Bukankah saling percaya satu sama lain merupakan salah satu dasar dalam berorganisasi?" jawab Ditya dengan tegas.

Ade, Dewa dan Rizal sepertinya tertegun dengan jawaban Ditya. Hampir semua kelompok ragu ketika ditanya seperti ini. Tapi kelompok ini memberikan jawaban yang tidak terduga. Ade melihat papan nama yang tergantung di leher dan membaca nama Ditya disitu.

'Jadi ini Ditya yang sedang viral dibicarakan orang-orang.' batin Ade.

"Coba saya periksa kelengkapan peralatan kalian." kata Rizal.

Semua memperlihatkan perlengkapannya. Rizal dan Dewa memeriksa perlengkapan mereka satu per satu.

"Bagus. Semuanya membawa perlengkapan yang diminta. Kalian juga memakai pakaian sesuai aturan. Kalian boleh melanjutkan ke Pos 2. Kalian harus mengikuti tali berwarna merah untuk mencapai Pos 2." jelas Ade.

Ditya dan kelompoknya melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan Ulvia terlihat pucat. Awalnya tidak ada yang menyadari hal itu sampai akhirnya Ulvia tersandung hingga lutut dan telapak tangannya berdarah. Akhirnya Tami dan Niar membantu Ulvia berjalan sampai ke Pos 2.

Di Pos 2, Tami langsung melapor kepada Vina perihal kondisi Ulvia. Vina kemudian menelepon Silva untuk membawa Ulvia kembali ke barak. Mereka dapat melalui pos 2 dengan mudah. Kemudian mereka melanjutkan ke Pos 3.

Putra, Desta dan Anto telah menunggu disana. Di Pos ini mereka melatih fisik para mahasiswa baru, mulai dari squat jump, banding dan push up. Namun karena waktu hampir menjelang pagi maka kelompok Ditya hanya mendapatkan latihan squat jump dan banding.

Ditya merasa sangat kelelahan. Tubuhnya mulai lemah dan dia berjalan sempoyongan. Sesaat sebelum dia terjatuh, Putra berdiri di sampingnya dan menahan badannya. Tami, Niar dan 2 lainnya memekik kaget melihat pemandangan ini.

Ditya berusaha menghindar dari Putra namun pegangannya malah semakin erat.

"Kak, aku bisa berjalan sendiri." protes Ditya dengan suara lemah.

"Bisa nggak sekali saja kamu nggak protes? Kalau kamu sampai pingsan akan lebih merepotkan." omel Putra. Kali ini Ditya menurut karena dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau dia sampai pingsan dan harus dibopong oleh mereka.

"Lihat tuh, teman kamu, memang paling jago modusin perempuan." kata Ade kepada Desta.

Sesampainya di barak, Yuni, Triana dan Anisa berlari menghampiri Ditya.

"Dit, kamu kenapa?" tanya Triana.

"Sepertinya dia kelelahan." kata Niar.

"Kamu istirahat aja dulu, jangan memaksakan diri." kata Putra.

Ditya mengangguk tanpa mengatakan sepatah katapun. Ade, Putra dan Desta kembali ke barak mereka untuk beristirahat.

"Dit, apa tadi aku nggak salah lihat?" tanya Anisa dengan bersemangat.

"Apa?" tanya Ditya bingung.

"Kamu sama Kak Putra." Yuni memberi kode.

"Apa yang salah dengan kami?"

"Kamu beneran nggak ngerti atau cuma pura-pura bodoh, sih." kata Niar gemas.

"Nih, ya, aku kasih tahu. Kamu dan Kak Putra itu kan biasanya kalau ketemu selalu aja bertengkar. Tapi yang kami lihat barusan adalah kebalikan dari itu semua." jelas Yuni ketika melihat Ditya masih terlihat bingung.

"Bahkan tadi Kak Putra perhatian banget sama Ditya. Kata-katanya benar-benar so sweet." tambah Triana.

"Apalagi tadi waktu di jalan. Kalian nggak lihat sih, betapa sigapnya Kak Putra menangkap Ditya waktu dia hampir terjatuh. Tami sama yang lainnya kelihatannya cemburu." tambah Niar dengan berbisik khawatir ada yang mendengar.

"Kalau dipikir-pikir sebenarnya kalian cocok, sih." kata Anisa.

"Ah, kalian berisik. Nggak usah membayangkan sesuatu yang nggak mungkin terjadi." kata Ditya dengan nada kesal.

Sebenarnya Ditya juga kaget dengan perubahan sikap Putra tadi. Dia bahkan nggak memancing emosi Ditya sama sekali sejak mereka tiba di Pos 3.