webnovel

Love Story (Together)

Spencer James terkenal sangat dingin dan tidak banyak bicara terutama menyangkut wanita. Namun, semuanya mendadak berubah ketika ia di hadapkan pada tunangannya, Celine Ellienor, wanita berisik, keras kepala dan semaunya. Spencer harus menguatkan hati agar tidak mudah goyah karena sikap Celine yang terus menolak kehadirannya dengan segala cara, termasuk berselingkuh. Sanggupkah Spencer menghadapi sikap Celine yang semena-mena? Ataukah pada akhirnya hati Celine yang melunak karena keteguhan Spencer?

BebbyShin · Urban
Not enough ratings
7 Chs

04 - Hubungan Tidak Jelas

Hi, ketemu lagi hehe ^^

Jangan lupa tinggalin jejak komen buat isi ceritanya yah!

Happy reading!

Semoga gak emosi bacanya 😘

🔥🔥🔥🔥🔥

"Kau masih marah padaku?" tanya Arash hati-hati pada Lauren yang masih mengunci rapat bibirnya.

"Aku minta maaf. Aku sama sekali tidak bermaksud apa pun. Aku—" Ucapan Arash terhenti ketika Lauren menyelanya. "Tidak perlu membahasnya lagi," kata Lauren dengan nada datar.

"Aku ingin meminta maaf padamu secara langsung. Aku harus memberimu penjelasan yang sejelasnya agar kau tidak salah paham lagi padaku," ucap Arash bersungguh-sungguh yang ditanggapi oleh lirikan tajam Lauren.

Arash Josh, bungsu dari pasangan Nicholas dan Fransiska. Arash adalah pria yang lemah lembut dan begitu tenang, persis seperti Giovani, sahabat ayahnya. Arash juga begitu setia dengan pasangannya, meskipun kekasihnya, Lauren, pemarah dan bermulut tajam. Hubungan keduanya sudah diketahui oleh masing-masing orang tua mereka dan semuanya mengizinkan tanpa ada pertentangan yang berarti. Layaknya pasangan pada umumnya, hubungan Arash dan Lauren sering terjadi pasang surut. Kesalah pahaman sering kali menjadi pemicu putusnya hubungan mereka meskipun pada akhirnya, keduanya akan kembali bersama lagi.

Arash jatuh cinta pada Lauren sejak mereka berada di Senior High School. Lauren saat itu adalah adik kelasnya dan mereka semakin dekat ketika masuk ke Universitas yang sama. Pasangan itu seolah mengulang kisah lama percintaan kedua orang tuanya.

Arash yang mengetahui jika Lauren dan Gallagh sedang bersama menghadiri pesta, dengan cepat menghubungi pria itu untuk meminta tolong agar Lauren diantarkan kepadanya setelah pesta usai. Arash ingin menyelesaikan masalah yang terjadi pada Lauren, karena sudah beberapa hari ini, Lauren terlalu cerdik untuk menghindari Arash dengan berbagai alasan.

"Claudia hanya teman. Aku sama sekali tidak ada hubungan apa pun dengannya. Claudia adalah sahabat Debora. Kau salah paham, Lauren." Arash mencoba memberikan penjelasan mengenai siapa itu Claudia yang menjadi titik perselisihan yang timbul di antara mereka berdua. Lauren hanya diam, tidak menanggapi ucapan Arash.

"Malam itu, aku hanya berniat membantunya karena kebetulan aku sedang berada di sana bersama Mils. Claudia sedang mabuk berat dan beberapa pria asing mencoba untuk membawanya pergi dan ingin memperkosanya. Tentu saja, aku tidak bisa tinggal diam. Aku tidak bisa menutup mata untuk tindakan jahat seperti itu, apalagi aku mengenal korban. Aku memeluknya hanya karena ingin semua pria itu pergi menjauh dan tidak berani mengganggunya lagi. Aku bersumpah demi Tuhan, aku sama sekali tidak melakukan sesuatu yang berlebihan padanya. Aku hanya mencintaimu, Lauren. Tolong, percayalah padaku. Kau satu-satunya wanita yang aku cintai di hatiku, tidak akan ada wanita lain yang bisa menggantikannya." Arash menggenggam erat telapak tangan Lauren. Raut wajah Arash terlihat begitu frustasi dan sedikit menyedihkan.

Lalu lalang kendaraan di samping mereka menjadi nada pengiring di sela penjelasan Arash. Pria tampan itu sengaja menepikan mobilnya sejenak, demi keselamatan dan keamanan, juga agar fokus memberikan penjelasan pada kekasihnya. Lauren sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak jatuh sejak pertama kali Arash mulai membuka mulutnya, tetapi tetap saja tidak bisa. Air mata itu meleleh, mengalir deras di wajah cantiknya. Arash menarik tubuh Lauren ke dalam dekapannya. Wanita cantik itu memukul dada Arash dengan kepalan tangannya yang sama sekali tidak ada rasa bagi Arash.

"Kau jahat! Kau benar-benar mengesalkan, Bae. Kau tahu, aku sangat cemburu ketika melihatmu memeluk wanita lain. Rasanya—dadaku sesak, sakit sekali," lirih Lauren di dalam dekapan Arash. Pria itu mencium puncak kepala Lauren sambil menggosok lembut punggung Lauren.

"Maafkan aku karena sudah membuatmu kecewa atas semua tindakan gegabahku. Sungguh, aku benar-benar tidak ada maksud lain. Aku hanya berniat membantunya dan aku hanya mencintaimu, Bae." Arash menegakkan tubuh Lauren. Jemari pria tampan itu terulur ke arah wajah Lauren dan menghapus air mata di sana dengan pelan dan lembut. Arash mengecup satu per satu mata Lauren dan berakhir mengecup bibir wanita cantik itu. Tidak ada penolakan, keduanya menikmati ciuman penuh kehangatan itu.

🌳🌳 🌳🌳🌳

"Hai, aku datang!" teriak Cailaen. Pemuda itu menoleh ke sana kemari mencari keberadaan sang pemilik apartemen.

"Kak Spencer, apa kau ada di rumah?" Cailaen melangkah lebih dalam.

Cailaen mengetahui kata sandi apartemen Spencer karena pria itu sering menginap di apartemen Spencer ketika memiliki jadwal pekerjaan di London. Cailaen lebih senang menumpang tinggal di apartemen Spencer dibanding apartemen kakak kandungnya sendiri, Celine.

Spencer sengaja mengabaikan panggilan Cailaen. Pria itu sedang asyik menatap lekat deretan grafik di layar laptop yang berada di atas pangkuannya sembari mencuri lirik tayangan televisi di depannya.

Cailaen berkacak pinggang sambil menggeleng ketika menemukan keberadaan Spencer. Pemuda tampan itu mendengkus lalu berjalan mendekati Spencer.

"Ternyata kau di sini." Cailaen mendudukkan bokongnya di samping Spencer lalu melirik dan mendengkus. "Ya Tuhan, aku bosan sekali melihatmu setiap saat berkutat dengan pekerjaan. Kau lihat, ini sudah hampir tengah malam. Kau masih sibuk dengan angka-angka ini. Kau sama sekali tidak menikmati hidup dengan layak." Cailaen menyampaikan protesnya pada Spencer. Spencer hanya melirik sejenak tanpa menanggapi ocehan Cailaen lalu kembali menatap layar laptopnya.

Cailaen mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Di mana kakakku? Bukankah kau bilang, malam ini kakakku akan menginap di sini?"

"Dia sudah pulang ke apartemennya. Wanita keras kepala itu menolak untuk menginap di sini." Spencer memberikan jawaban singkat, padat dan cukup jelas.

Cailaen terkejut, tetapi ekspresinya berubah dalam hitungan detik menjadi sangat bersemangat. Pemuda itu bertepuk tangan. "Whoa! Ini sesuatu yang spektakuler. Mereka bertemu lagi? Aku sangat yakin, sesuatu pasti akan terjadi di sana. Uhm, seperti—ranjang bergoyang, mungkin? Naik, turun, mendesah lalu mengerang bersama." Spencer melemparkan bantal kursi tepat di wajah Cailaen yang semakin tertawa lebar melihat tatapan tajam Spencer padanya.

"Mulutmu sangat berisik!" desis Spencer dengan nada kesal.

Cailaen melingkarkan lengannya pada bahu Spencer dan menepuknya. "Kenapa kau hanya duduk diam di sini? Kau tidak ingin berusaha untuk menikung kakakku dari si Playboy keparat itu?" Cailaen menggoda Spencer dengan menaik turunkan alisnya.

"Kenapa kau begitu mudah memberinya julukan seperti itu? Apa kau tidak berkaca? Kau juga playboy keparat, satu spesies dengan Gallagher," sindir Spencer tanpa menoleh Cailaen.

Cailaen memukul bahu Spencer kesal. "Ck! Padahal aku sudah memihakmu. Kenapa mulutmu tajam sekali? Untung saja kau lebih tua dariku, kalau tidak sudah aku—" Spencer menoleh Cailaen dan menunggu kelanjutan ucapan Cailaen yang terhenti begitu saja.

"Tidak ada! Sudah, lupakan saja. Aku ingin mandi." Cailaen berdiri dan berjalan menuju kamar tamu.

"Kau dari mana? Pemotretan sampai larut?" tanya Spencer sedikit mengeraskan suara.

"Ya. Jadwalku hari ini sangat padat," jawab Cailaen.

"Sepertinya tidak hanya jadwal pemotretanmu saja yang padat, tapi jadwal memompamu ikut serta. Bahkan hasil pompaanmu menempel di baju. Dasar playboy tidak berkelas!" sindir Spencer membuat Cailaen melotot, segera memeriksa baju yang ia kenakan dan ternyata benar apa yang dikatakan Spencer.

"Ouch, shit! Memalukan sekali." Cailaen bergegas masuk ke kamar dan Spencer tersenyum miring sambil kembali fokus pada laptop di pangkuannya.

"Tapi harus kau tau, partnerku kali ini adalah yang terbaik. Dia memiliki bokong yang bulat dan balon yang berukuran cukup besar. Lubangnya, masuk dalam kategori tempat paling nikmat untuk aku pompa," teriak Cailaen dengan bangga dari balik pintu kamar. Spencer hanya menggeleng mendengarnya.

Cailaen Huard Davinci, anak bungsu dari pasangan Augfar Andrean Davinci dan Clarista Salsabilla Biantoro. Pria itu berprofesi sebagai seorang model. Jangan ditanya mengenai sifat Cai, ia sama sekali tidak menuruni sifat kedua orang tuanya. Sifat dan sikap Cai adalah perpaduan yang sangat apik dari Alexander serta Jammie Vincent. Namun, untuk perawakan fisik, ia benar-benar mirip dengan ayahnya, Augfar. Tubuh tinggi, wajah tampan dan memiliki lengan kencang berisi otot-otot yang menonjol secara pas. Salah satu daya tarik para wanita menggilainya.

Cailaen dan Gallagher memang di satu frekuensi dan golongan yang sama. Keduanya adalah playboy kelas atas. Yang membedakan hanyalah status mereka. Jika Cailaen seorang single, maka sebaliknya Gallagher sudah memiliki kekasih. Untuk Spencer sendiri, pria itu bukanlah pria suci yang tidak pernah melakukan seks. Spencer sama halnya dengan pria dewasa lainnya, yang sebagian besar pernah mencicipi kenikmatan dunia satu itu, hanya saja tidak pernah ada yang tahu dengan siapa ia melakukannya.

Cailaen sudah menyelesaikan ritual mandi basahnya dan kembali duduk di samping Spencer. "Aku akan mengenalkanmu dengan seorang wanita. Wanita itu sangat mendekati tipemu," kata Cailaen tiba-tiba.

Spencer menoleh lalu menggeleng pelan lantas tersenyum kecil.

"Memangnya kau tahu bagaimana tipeku? Kau sangat sok tahu!" cibir Spencer.

"Tentu saja aku tahu. Kau menyukai wanita boros, ceroboh dan memiliki pacar." Cailaen tersenyum memamerkan deretan gigi putih sambil mengacungkan simbol V ke arah Spencer yang melemparkan tatapan tajam padanya.

Mereka berdua memiliki selisih usia dua tahun, tetapi Cailaen dan Spencer begitu dekat satu sama lain. Hanya Cailaen yang mampu membuat Spencer berekspresi lebih banyak dibanding adik-adik angkatnya yang lain.

🌳🌳🌳🌳🌳

Gallagh menatap Celine sekilas dan melangkah, mengabaikan ucapan tidak masuk akal wanita itu. Melihat kelakuan Gallagh membuat Celine menggeram kesal. Wanita itu segera menahan lengan Gallagh sekuat tenanga agar berhenti dan menatapnya.

"Apa yang kau lakukan, Baby!" Gallagh sedikit membentak Celine. Wanita seksi itu sendiri bergeming, diam, terkejut dengan suara keras Gallagh. Celine tidak menyangka jika Gallagh akan melakukan hal itu padanya.

Celine menatap Gallagh dengan tatapan campur aduk, kecewa, marah dan juga bahagia menjadi satu. Gallagh sendiri, memilih untuk membuang pandangan agar dirinya tidak menatap kedua mata Celine secara langsung.

"Maaf," lirih Gallagh. Pria itu mengusap wajah tampak frustasi.

Celine menarik lengan Gallagh dan memaksa pria itu agar menatap matanya. "Lihat aku, Gallagh!" perintah Celine, tetapi Gallagh tetap bersikeras untuk tidak menatap wanita itu.

"Sampai kapan kau ingin seperti ini, berengsek! Kenapa kau harus menghindariku? Jawab pertanyaanku, keparat! Kau memang pria paling berengsek yang pernah aku kenal," bentak Celine. Wanita itu meledakkan semua emosi di dalam dirinya, sedangkan Gallagh memilih untuk tetap diam, membungkam mulut, meskipun hatinya sangat gelisah.

"Sampai kapan kau ingin memegang teguh prinsip bodohmu itu? Sampai kapan kau terus menutupi semua ini? Sial! Sampai kapan kita harus seperti ini? Sampai kapan? Gallagher! Jawab aku, jangan bisu!" ungkap Celine sambil menangis putus asa.

"Menjauhlah dariku, Celine!" pinta Gallagh dengan suara rendah. Begitu terlihat jelas jika pria itu sedang menahan emosinya yang bisa saja meledak sewaktu-waktu.

Seolah tuli akan permintaan Gallagh, Celine semakin berjalan mendekati pria itu. Gallagh bergeming. Dalam kurun waktu hampir enam bulan terakhir ini, dirinya mencoba menyibukkan diri hanya untuk menjauhi wanita di hadapannya itu. Kejadian delapan bulan lalu sukses mengubah semua pemikiran Gallagh tentang Celine.

"Pria berengsek! Keparat! Jalang yang kau pakai setiap hari itu, ternyata tidak ada bedanya dengan—" Gallagh tiba-tiba mencium bibir Celine untuk menghentikan ucapan wanita itu.

Why can't I say that I'm in love?

I wanna shout it from the rooftops

I wish that it could be like that

Why can't we be like that? 'Cause I'm yours