webnovel

Love Rules

Seorang gadis bernama Alesha menjadi korban bully karena wajahnya yang buruk, namun beraninya Ia mencintai salah satu senior tampan dan primadona dikampusnya. Alesha adalah mahasiswi fakultas hukum, Ia mengambil jurusan itu semata-mata ingin membalas dendam masa lalu keluarganya. Hanya karna masalah sepele dan karena keluarganya tidak mampu membayar pengacara. Ayahnya pun harus masuk kedalam jeruji besi dan diperlakukan secara tidak adil. Hingga suatu saat Ia mengalami kecelakaan hebat. Alih-alih karena kecelakaan itu membuat keadaannya makin buruk, malah justru sebaliknya. Sampai akhirnya dia mengalami cinta segitiga dengan 2 pria tampan. Akankah kisah cinta Alesha terbalas? Pria mana yang Alesha pilih sebagai pemenang hatinya? Dan bisakah Alesha membalas dendam masa lalu keluarganya ? Pantau selengkapnya hanya di "Love Rules".

Misyaa_ · Teen
Not enough ratings
11 Chs

Panik

Polisi menanyakan perihal kecelakaan bunuh diri tersebut kepada warga yang berada dilokasi, namun tak ada seorang pun yang mengetahui motih dibalik kasus bunuh diri ini.

Kemudian sejumlah polisi menelusuri sepanjang gedung yang menuju lantai 12 untuk mencari bukti-bukti yang berkaitan dengan kasus tersebut dan menanyakan kepada beberapa orang yang berada didalam gedung bioskop itu.

Tak lama kemudian datang sejumlah awak media yang meliput kejadian tragis tersebut yang membuat jalan raya didepan gedung bioskop bertambah macet total. Apalagi ditambah orang-orang yang sudah memesan tiket diminta untuk pulang meninggalkan gedung oleh polisi, dan terpaksa gedung ditutup sementara untuk keperluan evakuasi.

semua orang berlalu lalang ingin mengetahui siapa korban bunuh diri itu. Sampai polisi yang berjaga pun kewalahan menghadapi massa yang terus berdatangan meminta masuk ke dalam gedung.

Garis polisi dipasang mengitari dinding gedung tempat bunuh diri untuk dilakukan olah TKP. Suasana mendadak gaduh bercampur panik.

Disisi lain Alesha yang terbaring tak sadarkan diri diruang IGD itu sedang ditangani oleh dokter. Dan Nadhif yang melihat kejadian bunuh diri didepan matanya itupun merasa cemas mengawatirkan gadis yang tak dikenalnya.

Seketika Nadhif jadi teringat masa lalu saat Ibunya memutuskan mengakhiri hidupnya dengan meloncat dari lantai 2 dirumahnya sendiri. Sebelum kejadian bunuh diri itu, Ia melihat ibunya yang selalu menangis menyendiri didalam kamar.

Kemudian Ia berpikir mungkin beban hidup yang dialami gadis itu sama beratnya dengan beban yang ibunya rasakan, bahkan mungkin jauh lebih berat atau sebaliknya.

Ada sedikit perasaan bersalah dalam benaknya, dulu Ia tidak bisa mencegah ibunya saat bunuh diri, sekarang Ia melakukan kesalahan yang sama. Ia tidak dapat mencegah gadis itu untuk tidak bunuh diri. Sungguh Ia merasa bersalah sembari menggigit jari menunggu kabar selanjutnya dari dokter.

Disisi lain, Jiro yang baru tiba di rumahnya dan meletakkan motornya di garasi rumah itu tampak sedih karena kejadian tadi saat dikedai Babeh Asep. Ia masih tak percaya perihal ayahnya yang dituduh sebagai pengedar narkoba.

Ia membuka pintu rumahnya dan langsung masuk tanpa mengucapkan kata-kata. Langkahnya berjalan mendekati meja makan yang bersebelahan dengan ruang keluarga, Ia mengambil sepotong steak dan memakan dengan tangan kanannya.

Benar-benar tidak beradab, harusnya makanan seperti itu dimakan dengan pisau dan garpu. Tapi Ia malah menyantapnya menggunakan tangan.

"Ehh.. anak ibu yang ganteng sudah pulang," Ucap Bunda Ririn, Bundanya sang laki-laki tampan itu.

Jiro hanya menaikkan kedua alisnya tanpa menjawab pertanyaan dari sang Ibunda, Ia tetap membisu apalagi saat melihat wajah Bundanya yang belum tau soal ayahnya.

"Bagaimana cara bilang ke Bunda soal ayah?," Pikirnya dalam benak.

Ia tak tega jika harus melihat Bundanya sedih jika mendengar kabar itu. Ia pun tetap diam sembari melepaskan jaket Levis berwarna hitam dan menaruhnya di kursi.

Kemudian Bu Ririn menyodorkan tangan kanannya didepan Jiro, laki-laki itu pun menjabat tangan ibunya.

"Kenapasi anak ibu yang ganteng ini? Kok dari tadi diam? Ada masalah dikampus? Cerita dong sama Bunda?" Pertanyaan beruntun datang dari Bunda Ririn yang merasa aneh dengan sikap anaknya.

Hendak saja Jiro duduk di kursi untuk makan malam, tiba-tiba Ia terkejut mendengar suara televisi yang memancar dari ruang sebelah. Ia pun berjalan mendekati televisi.

Bunda Ririn merasa bertambah bingung dibuatnya,

"Ada apasi sayang? Kamu kenapa nak?" Ucap Bunda Ririn sembari mengikuti langkah Jiro dari belakang.

Jiro tetap terdiam tanpa mengeluarkan kata-kata, matanya mendadak terbelalak melihat berita di televisi itu,

"Permisa, telah terjadi kecelakaan tragis bunuh diri, Jakarta Selasa malam. Menurut keterangan saksi, seorang gadis yang belum diketahui identitasnya terjun dari lantai 12 gedung bioskop dijalan keramat no.43 Jakarta pada malam hari ini.

Belum diketahui motif bunuh diri serta identitas jelas korban. Diduga korban merupakan seorang mahasiswi yang mengenakan jas almamater berwarna kuning.

Saat ini polisi sedang menyelidiki motif dibalik bunuh diri tersebut. Dan korban dilarikan kerumah sakit terdekat Cahya Purnama. Seketika suasana dijalan keramat mancet total. Bisa anda lihat sendiri suasana yang masih tegang dan cemas ditambah suara sirine yang terus bersautan membuat....." Suara nyaring terdengar dari televisi yang disiarkan langsung oleh wartawan.

Mendengar siaran langsung itu Jiro pun terkejut. Apalagi saat melihat gambar yang ada didalam televisi itu, pasalnya ikat rambut yang dikenakan korban sama persis dengan yang biasa Alesha pakai. Ditambah jas almamater berwarna kuning dengan logo kampus harapan bangsa.

"Hahh..." Lirih Jiro sembari menatap ke arah televisi.

"Ada apa Jiro? Kenapa? Kamu kenal dengan gadis itu?" Tanya Bunda Ririn

Tanpa berkata apa-apa, Ia membalikkan tubuhnya mengambil jaket yang berada di kursi dan mengenakannya, lalu Ia melangkahkan kakinya mengambil helm yang diletakan diatas meja dan segera mengeluarkan motor sport yang Ia parkiran di garasi.

Bunda Ririn yang melihat tingkah anaknya itu pun semakin bingung, Ia terus mencecar Jiro dengan pertanyaan- pertanyaan cemas, namun tidak ada satupun pertanyaan itu yang dijawab oleh anaknya.

Kemudian Jiro menyalakan motor sport nya dan menarik gas ditangan kanannya, Ia mulai meninggalkan Bundanya yang sedang berdiri didepan garasi.

"Jiro kamu mau kemana nak!" Teriak Bunda Ririn

"Hati-hati nak, kalau ada apa-apa jangan lupa kabarin Bunda!" Sambung Bunda Ririn sembari menatap Jiro dengan motornya yang perlahan keluar dari gerbang rumahnya dan membelok ke arah kanan.

Ia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dan menyalip kendaraan yang ada didepannya. Ia penasaran dengan gadis yang bunuh diri tersebut, dan kalau memang benar itu Alesha, Jiro merasa sedikit bersalah atas bunuh diri itu karena siang tadi ia sempat memarahi Alesha disaat detik-detik terakhir hidupnya.

Ia terus berprasangka kalau bunuh diri yang terjadi oleh gadis cupu itu ada hubungannya dengan kejadian tadi siang didepan Kedai Babeh Asep.

Sesampainya tiba dilokasi bunuh diri yang dikabarkan di televisi, Jiro langsung masuk kedalam gedung. Awalnya semua orang dilarang masuk karena telah dipasang garis polisi untuk tindakan penyelidikan, namun Jiro yang keras kepala tersebut menerobos dan memaksa masuk kedalam. Polisi yang berjaga pun kecolongan dan akhirnya Jiro berhasil masuk kedalam.

Di teras gedung Jiro melihat darah yang berserakan di paving blok. Seketika hatinya merasa terketuk betapa tragisnya bunuh diri itu. Kemudian datang dua orang polisi membawa barang bukti yang didapat dari lantai 12.

"Lapor komandan, kami menemukan tas berwarna biru yang diduga milik korban," Ucap seorang polisi.

Jiro terkejut melihat tas yang dibawa polisi itu, pasalnya tas tersebut mirip dengan tas Alesha yang dipakai tadi siang. Jiro benar-benar tidak menyangka ternyata gadis itu bisa berbuat nekat seperti itu.

"Bodoh! Nekat sekali gadis ini," Pikir Jiro dalam benaknya.

Saat ini perasaannya campur aduk antara marah, kesal dan juga iba kepada gadis itu.

"Segitunya, sampai mengakhiri hidupnya dengan cara serendah ini!" Sambungnya dalam benak, Jiro benar-benar tak habis pikir.

Tanpa lama, Ia kembali keluar dari tempat itu. Polisi yang melihat tingkah aneh tersebut hanya melongo.

"Tadi aja maksa- maksa minta masuk, baru masuk malah langsung pergi. Dasar manusia aneh!" Gumam seorang polisi yang menjaga gerbang sambil mengerutkan kening menatapi laki-laki tampan itu.

"Mungkin dia merasa terpanggil karean bau darah gan," Celetuk rekannya.

"Ah bisa saja, dikira zombi?," Jawab pak polisi tadi.

Jiro mengambil motor yang diparkirkan didepan polisi itu. Ia menyetater motornya dan mencoba menyela keluar dari kerumunan orang-orang. Ia pun kembali membawa motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.