webnovel

Pengasuh Baru

Ruri mempersilakan masuk pengasuh baru Oma Triya. Ia menyambutnya dengan sebuah senyuman lebar. "Silakan masuk dan tunggu sebentar. Saya akan memanggil Oma Triya."

Pengasuh baru tersebut menganggukkan kepalanya. Dan ia berjalan ke arah sofa untuk duduk. Menatap ke sekelilingnya dengan raut wajah yang takjub.

Tak lupa juga dalam hatinya ia terus saja memujinya. Tetapi itu harus terhenti ketika mendengar suara Ruri. "Mau dibuatkan minum apa?"

"Teh atau kopi?" tanyanya. Lalu, pengasuh baru itu malah tersenyum kepadanya. "Air putih juga sudah cukup. Saya tidak ingin merepotkan." jawabnya.

Ruri kemudian menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju dapur untuk mengambilkan minumnya. Ia juga membuatkan minum untuk Oma.

Setelah sudah, ia langsung saja menaruhnya. "Silakan di minum." ucapnya dengan hangat dan tersenyum ramah. "Saya akan bawa Oma ke sini. Tadi beliau menyuruh saya untuk membuatkan minumnya terlebih dahulu." jelas Ruri yang membalikkan badannya dan menuju ke arah kamar Omanya.

"Permisi, Oma." Mengetuk pintunya terlebih dahulu. "Ya, kamu sudah membuatkannya minum?" tanyanya. "Sudah Oma." Jawab Ruri seraya membuka pintunya secara perlahan.

"Yaudah. Antar saya kepadanya." Ruri menganggukkan kepalanya. Lalu, ia langsung saja memegang gagang kursi roda untuk mendorongnya.

"Apa itu sudah pasti akan menjadi pengasuh baru Oma?" tanya Ruri yang penasaran tentang kebenarannya. "Sudah pasti! Dan tidak perlu kau ragukan lagi!!" Tegasnya.

Ruri yang mendengar itu tersenyum kecut. Sudah tidak ada harapan baginya untuk menghentikan keputusan Oma Triya.

"Memangnya ada apa?" tanya Oma yang sedikit memutar kepalanya untuk melihat ke arah Ruri. Dan jawaban dari Ruri hanya gelengan kepala dan tersenyum tipis saja.

Ruri menghentikan kursi rodanya. "Ini Oma pengasuh barunya. Kalau boleh tahu siapa namanya?"

Pengasuh baru tersebut bukannya menjawab pertanyaan dari Ruri, ia malah tersenyum malu. "Lila." Mengucapakannya dengan yang kecil sekali.

Tetapi Ruri mampu untuk mendengarnya. "Lila namanya. Perkenalkan, kalo saya namanya Ruri." Menjulurkan tangannya pada Lila yang memang menjabatnya juga.

"Kalau sudah pada kenal. Kamu pasti tahu siapa saya kan?" Lila menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Nyonya besar."

"Panggil saya saja Oma. Sama seperti dengan Ruri." Lila menjawabnya dengan anggukan kepala dan tersenyum lebar juga ke arah keduanya.

"Baiklah. Kamu bisa langsung mengemasi barang-barang kamu di sini. Dan taruh di kamar." Ruri yang mendengar hal itu membulatkan matanya. Kenapa tidak ditanya-tanya terlebih dahulu seperti waktu dirinya pertama kali melamar kerja di sini.

Dan mengapa langsung saja bisa menaruh barangnya. Padahal barang-barang Ruri sendiripun belum dipindahkan.

"Ruri tolong nanti kamu bantu dia dalam segala hal ya. Kasih tahu saja semuanya dengan Lila. Dan—"

"Oma." potong Ruri. "Oma tidak mewawancarainya terlebih dahulu. Mengapa bisa langsung diterima."

"Oma tidak menelusuri latar belakangnya atau...." Menggantungkan kalimatnya dengan kedua bola mata yang ke atas. Ruri sedang berpikir apa saja yang waktu itu ia rasakan sebelum akhirnya benar-benar kerja di sini.

"Tidak usah! Tidak perlu. Oma percayakan semuanya pada asisten Oma yang memang mencarikannya."

"Dan Oma juga sudah tahu latar belakang dari Lita. Ketika merasa cocok. Yasudah dia bekerja di sini." Ruri yang mendengar itu membulatkan mulutnya dengan membentuk huruf O. Diikuti anggukan kepalanya juga.

Lalu, Ruri menatap Lita sejenak. "Mari, saya akan antar ke kamar kamu." Berjalan terlebih dahulu. Dan Lita sebelum beranjak ia melihat terlebih dahulu kepada Oma.

Seolah-olah meminta izin, apakah ia boleh untuk mengikuti Ruri. Tetapi setelah Oma Triya tersenyum tipis. Lita langsung saja menyusul langkah Ruri di belakang.

"Maaf, mau tanya." Ruri memberhentikan langkahnya. Dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Lita. "Ingin bertanya apa?"

"Huem...." Berdehem sejenak dengan tatapan yang ke bawah. Kemudian, Lita mengangkatnya kembali. "Kita nanti tidurnya barengkan ya?" Menunjuk ke arah Ruri dan dirinya sendiri.

"Maaf saya bertanya seperti itu. Karna saya—"

"Tidak." Potong Ruri secara cepat. Dan kembali melanjutkan langkahnya dengan cepat. Mengapa tiba-tiba dia bisa bertanya seperti itu. Pikir Ruri yang sudah memberhentikan langkah kakinya.

"Kamu kamu ada di sini. Dan tidak tidur bareng dengan saya." Tunjuknya dengan membukakan pintu kamarnya juga.

Lalu, Ruri langsung saja mengemasi barang-barangnya yang memang masih berada di dalam kamar ini. "Saya akan pindah ke atas." Lita yang mendengarnya hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Boleh bertanya lagi?" Ruri mengerutkan dahinya. "Tanyakan saja. Mengapa harus meminta izin?"

Lita menyengir. "Kamu sama jugakan kerja di sini. Jadi pembantu?"

'Deg!'

Tiba-tiba saja hati Ruri tertohok dengan ucapan Lita barusan. Ia tersenyum miris. Apa memang dirinya ini terlihat seperti seorang pembantu di mata orang lain.

Padahalkan yang sebenarnya. Ia adalah seorang istri dari anak majikannya. Mungkin jika diberi tahu yang sebenarnya. Lita akan terkejut dan tidak percaya dengan omongannya.

Dan bisa dibilang Ruri pembohong. Dengan mengatakan hal seperti itu. "Apa saya terlihat seperti seorang pembantu di matamu?" Ruri sengaja membalikkan pertanyaannya kembali dengan menatapnya secara lekat.

"Maaf. Tapi ketika saya datang kamu yang menyambutnya secara hangat. Mengantarkan Oma dan juga membuatkannya minum."

"Lalu, bajumu juga sama seperti dengan pakaianku dulu yang memang jadi pembantu." Ruri melihat ke arah pakaiannya. Ah, ternyata ia memakai baju yang memang diberi dari sini.

Ruri tersenyum miris, benar juga apa yang diucapkan oleh Lita barusan.

Dan seharusnya ia menyadari hal itu. Bagaimana mau dianggap sebagai istri Revin jika dari penampilannya saja masih begini.

Ruri menghela napasnya panjang. "Benar juga katamu." bergumam pelan dengan tatapan yang beralih ke kaos-kaos kucel miliknya sendiri.

Dan hanya ada beberapa baju bagus yang memang layaknya dipakai untuk pergi. Tidak ada gaun panjang yang mewah nan megah.

Dan juga dress yang memang Nyonya Maya sering kenakan untuk sehari-hari. Tidak seperti dirinya. Dan seharusnya Ruri lebih berintrospeksi diri serta mengingat siapa ia sekarang.

"Ada apa?" tanyanya Lita yang melihat pergerakan Ruri jadi aneh seketika. Dan jawaban Ruri juga hanya gelengan kepala saja.

"Kamu bisa taruh bajumu semuanya di sini." Menutup tasnya dan juga duduk di atas kasur.

Ruri masih memikirkan nanti Revin akan marah atau tidak jika dirinya tidur bersamanya. Dan Ruri merasa malu sekali dengan Lita jika itu terjadi.

Pastinya Lita akan bertanya-tanya kepadanya membuat Ruri malas jika harus menceritakan keseluruhannya.

Lalu Ruri membuang napasnya secara berat serta memejamkan matanya sejenak tak lupa ia juga mendongakkan kepalanya ke atas.

Lita yang melihat itu terheran-heran. Mengapa tiba-tiba saja Ruri jadi seperti itu. Apa jangan-jangan karna ucapannya tadi. Tapi terlihat sekali dari wajahnya yang seperti banyak pikiran.

Apa lebih baik ia diam saja dan membiarkannya begitu saja. Atau bertanya kembali. Tapi ia urungkan dan memutuskan untuk diam saja.

***