4 PSIKIATER DADAKAN

Deg!

Deg!

Deg!

Baru saja beberapa saat yang lalu, Amelia—model cantik yang saat itu telah memutuskan untuk dirinya bekerja sama dengan Aiden merasa bahwa mungkin pekerjaan itu akan terasa sangat gampang baginya, namun, di saat dia mendapatkan penjelasan dari seorang dokter yang saat itu entah datang dari mana setelah mendapat aba-aba dari pria tampan itu, Amelia sontak berpikir untuk mengurungkan niatnya untuk menerima permintaan dari pria itu.

"A-apa?" Wanita itu sedikit berteriak dengan matanya yang terbelalak. "Mana mungkin ada seorang pria yang tidak bisa merasakan kasih sayang dari lawan jenisnya? Apakah kau gila? Kok bisa berada di sisi wanita akan tetapi kau tidak bisa merasakan kasih sayang yang ia berikan? Jadi ... dengan kata lain kau juga sama sekali belum pernah merasakan cinta?!" Wanita itu kembali menegaskan apa yang ingin ia tanyakan kepada Aiden.

Pada saat yang sama, Aiden Rhivano—pria tampan yang duduk dengan ekspresi data seperti biasanya itu, perlahan mulai mengerutkan dahinya di saat Amelia menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya tidak ingin terlibat lebih jauh lagi dengan Aiden.

"Kau tidak bisa menolak hal ini begitu saja. Sejak awal kalian sudah mengatakan kepadaku bahwa kau akan memenuhi apapun syaratnya, jika aku memberikan apapun yang kau mau."

"T-rapi, mana mungkin kau menyuruhku untuk menyembuhkan penyakit cinta yang kau derita ini? Aku sama sekali bukan psikiater. Sebaiknya kau-" baru saja wanita cantik itu ingin menyelesaikan apa yang ia ucapkan, Aiden pun sontak memotongnya dengan tatapan tajam yang membuat seluruh bulu yang ada di tubuh Amelia itu merinding.

"Aku sama sekali tidak mempunyai pilihan lain. Karena kau telah mengetahui apa yang aku derita selama ini, maka kau juga tidak akan pernah aku lepaskan."

"Hah? K-kau-" ucapan wanita cantik itu kembali terjeda dengan penjelasan dari dokter yang pada awalnya menjelaskan kepada dia soal penyakit Aiden.

Tap.

Tap.

Tap.

Dokter pria dengan kacamata itu kemudian melangkahkan kaki nya ke depan.

"Nona, Tuan Aiden sudah mencoba berbagai cara untuk menyembuhkan penyakit phobia cinta yang dia derita ini. Akan tetapi dari 10 psikiater terbaik yang ada di dunia, satupun bahkan tidak bisa meringankan gejalanya. Hanya Nona, satu-satunya wanita yang bisa menyembuhkan Tuan Aiden," jelasnya.

Amelia pun tertunduk sejenak. "Akan tetapi, Dari mana kalian bisa mengetahui bahwa aku satu-satunya wanita yang bisa menyembuhkan dia?" Amelia menunjuk kepada Aiden. Pada saat yang sama, berat tampan itu pun langsung melangkahkan kakinya maju mendekati Amelia secara perlahan.

Tap.

"Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba saja dia mulai bangun"

Tap.

"Astaga, kenapa dia semakin dekat kemari?"

Tap.

"Apa yang dia inginkan? Oh noooo!" Amelia berteriak di dalam hatinya setiap kali Aiden melangkahkan kakinya lebih dekat pada wanita cantik itu.

Sret!

Tubuh Amelia pun tanpa aba-aba, langsung ditarik kemudian dipeluk pada saat yang sama oleh Aiden.

"Kyaaaa!" Teriak Amelia, karena terkejut. Saat itu wajah mereka berdua sangat terasa dekat. Bahkan dulu nafas dari mereka berdua pun bisa saling dirasakan satu sama lain. "A-apa yang-"

"Lihat, hanya kau satu-satunya wanita yang bisa ku peluk seperti ini!" Katanya tiba-tiba, yang sontak langsung memecahkan suasana tegang di sana.

"H-hah?"

"Ya, aku tidak pernah bisa berpelukan dengan wanita manapun yang pernah aku temui. Jangankan berpelukan dengan mereka, mendengarkan ucapan cinta dari mereka saja membuatku merinding." Sambungnya.

Saat mendengarkan hal itu, Amelia sontak terdiam dan berpikir. "J-jadi, pria ini hanya bisa memeluk diriku saja dan melakukan hal-hal lainnya denganku?" Entah kenapa di lain sisi, kenyataan itu membuat Amelia tersenyum. Seperti ada sesuatu yang mekar di dalam hatinya, akan tetapi dia sama sekali tidak bisa menjelaskan apakah itu.

Dengan ragu-ragu, Amelia pun mengatakan kepada Aiden bahwa dirinya akan mencoba untuk menyembuhkan penyakit fobia cinta yang dia derita.

Akan tetapi tentu saja dia sama sekali tidak bisa menjamin dengan hasil yang akan Aiden terima nantinya.

"Kau tahu, aku sama sekali bukanlah psikiater. J-jadi-"

"Ya, begitu saja sudah bagus. Jadi, mulai sekarang, kau harus pindah ke rumahku!"

Jder!

Bagaikan disambar petir, otak Amelia yang biasanya tak pernah bisa berpikir dengan cepat itu, sontak langsung menangkap dan juga langsung mengelak apa yang dikatakan oleh Aiden.

"A-apa? Bagaimana mungkin aku pindah ke rumahmu? K-kita kan b-bukan ..." Wanita itu sontak menjeda ucapannya.

Seolah mengetahui apa yang ada di dalam pikiran Amelia, Aiden pun menggeleng pelan sambil menjitak kepala Amelia sekali lagi.

"Bodoh! Kau jangan berpikiran macam-macam! Bagaimana mungkin seorang psikiater bisa membantuku dan juga menyembuhkan penyakitku ini, jika dia sama sekali tidak bersama denganku 24 jam."

"Ah, b-benar juga. T-tapi, bagaimana dengan pandangan netizen? Bagaimana kalau media menggosipkan yang tidak-tidak tentang hubungan yang ada di antara kita?"

"Nah, untuk itu ... Kau tenang saja. Aku yang akan mengaturnya!"

***

Beberapa jam kemudian, setelah selesai membahas apa yang harus dan apa yang tidak harus mereka lakukan dan juga membuat kontrak yang menjalin kerjasama diantara mereka, Amelia pun kembali ke apartemennya untuk menemui Katy.

Tok!

Tok!

Baru dua kali ketukan, seperti sudah mengetahui kapan Amelia akan tiba Katy pun langsung membuka pintu apartemen itu.

Krieet!

"Ameliaaaaaa!" Manager gila yang menjadi dalang utama dari setiap masalah dan juga nasib buruk yang Amelia terima itu, tiba-tiba saja langsung memeluknya sambil melompat-lompat kegemasan.

"Ow, ow! Sakit! Sebenarnya apa yang coba kau lakukan, Katy? Jangan katakan padaku bahwa kau menginginkan sesuatu lagi dariku? Aku sudah benar-benar kalah darimu, Katy!" Sindir Amelia sambil menatap tajam ke arah wanita yang saat itu sedang tertawa kegirangan di hadapannya.

Managernya sudah mendapatkan berita bahwa dirinya akan menjalin kerjasama dengan Aiden. Maka dari itu, Katy merasa sangat bahagia karena model satu-satunya sekaligus sahabat baiknya itu bisa berdekatan dengan pengusaha kaya raya yang tajir melintir.

"Amelia, kau benar-benar sangat luar biasa! Padahal aku mengatakan padamu untuk merayunya saja akan tetapi kau langsung bisa tinggal dengannya? Kau memang memiliki bakat alami, Amelia?"

Amelia pun menatap sahabat baiknya itu dengan perasaan jijik. "Iuuuh, kau benar-benar sangat mengerikan, Katy! Kau mengatakan hal itu seolah-olah aku ini sangat terampil dalam hal menggoda pria. Dasar! Pokoknya ini adalah yang terakhir kalinya. Aku tidak akan pernah mau lagi jika kau menyuruhku melakukan hal seperti ini di masa depan. Paham?"

"Paham! Haha."

Setelah membahas hal itu dengan Katy, Amelia pun sontak membaringkan tubuhnya di atas sofa, sambil berpikir.

Namun, di sela-sela pemikirannya itu, ponselnya pun berdering dengan panggilan masuk dari orang yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan akan menghubunginya lagi setelah sekian lama.

Tring!

"Ishhh, siapa-" mata wanita itu pun terbelalak sembari memandang layar ponselnya. "Leon?"

avataravatar
Next chapter