25 CIUMAN YANG PENUH GAIRAH

"A-Aiden?"

Aiden semakin tenggelam dalam pelukan Amelia saat itu. "Diamlah, aku sedang fokus!" tegasnya yang membuat Amelia tak bisa melakukan apapun lagi.

"T-tapi ..."

Aiden terus memeluk Amelia. Debaran jantung yang berbeda bisa pria tampan itu rasakan dengan jelas.

"Perasaan ini begitu aneh ... Namun begitu sempurna. Aku merasa seperti akan-" Seketika dia pun melepaskan pelukan itu, dan menatap Amelia dengan bibirnya yang semakin mendekat pada wanita itu.

"A-ada apa?" Amelia pun bertanya lirih pada Aiden. Dia kebingungan namun dia tak bisa tidak terhipnotis oleh tampang sempurna Aiden.

Apalagi ketika mereka berpelukan tadi, ternyata tak hanya Aiden seorang yang berdebar. Amelia juga merasakan perasaan yang sama.

Deg!

Deg!

Deg!

"K-kenapa?" Wanita itu semakin kebingungan ketika bibir Aiden semakin mendekat padanya. Semakin lama, semakin dekat, dan pada akhirnya bibir mereka pun hanya berjarak hembusan nafas saja.

"Amelia, apakah kau pernah berciuman dengan orang lain?" tanya Aiden tiba-tiba yang membuat bola mata Amelia pun membulat sempurna.

"A-apa? K-kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Karena, aku belum pernah melakukan hal itu. Apakah ... Kau mengizinkanku untuk mencobanya?" lanjut pria tampan itu bertanya dengan polosnya.

"Huh!?" Amelia semakin berdebar. Dia tak pernah menyangka bahwa Aiden akan tawar-menawar dengannya seperti yang sedang dia lakukan saat itu. "A-aku ... Aku-"

"Katakan saja, kau bisa ... Atau tidak?"

"Ah, sudahlah! Lagipula ini bukan ciuman pertamaku dengan pria ini," pikirnya dalam hati, sambil memikirkan kembali ketika Aiden mencuri first Kiss-nya malam itu.

Tanpa menjawab, Amelia pun hanya menutup matanya rapat-rapat. Dia berpikir, mungkin dengan hal itu dia akan bisa menyembuhkan Aiden. Kemudian kontrak mereka akan segera berakhir ketika Aiden sudah sembuh nanti.

Melihat Amelia yang sudah menutup matanya, Aiden pun sedikit tersenyum, kemudian lebih mendekat padanya.

Cup!

Satu kecupan singkat pun Aiden daratkan pada bibir merah indah Amelia. Namun, satu kali saja tak cukup baginya.

Sensasi luar biasa yang hanya diberikan oleh satu kecupan singkat itu, malah mengantarkan dia pada hal yang lebih panas dan bergairah.

Aiden pun menarik kembali kepala Amelia yang masih menutup matanya rapat-rapat saat itu.

"Mmm, mmmm!"

Amelia tiba-tiba saja terperanjat, ketika dia merasakan ada sesuatu yang masuk dalam mulutnya.

"Huh? A-apa yang pria ini lakukan? Oh god!" Amelia merasakan lidah Aiden masuk dengan perlahan. Mengisi penuh dan bermain dengan lidahnya di dalam sana.

Nikmat, nikmat sekali. Hanya itulah yang bisa Aiden rasakan saat itu. Dia seperti ketagihan berciuman dengan Amelia.

"Oh astaga! Kenapa berciuman dengan wanita ini begitu nikmat? Perasaan ini tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku seperti mengunyah permen yang begitu manis dan tak bisa kutelan sampai kapanpun. Aku seperti ..." Aiden pun menghentikan pikirannya saat itu, dan melanjutkan fokus pada ciuman dengan Amelia.

Semakin lama, dia semakin liar dan bahkan dia mulai ingin memainkan tangannya tanpa sadar.

"Huh? Pria ini dia ingin-" seketika, Amelia pun mendorong paksa Aiden, ketika tangannya sudah menjalar ke leher belakang Amelia dengan lembut, kemudian mulai turun ke bawah perlahan-lahan.

"Hentikan! Huh, huh, huh!" Amelia benar-benar ngos-ngosan dengan ciuman Aiden yang sama sekali tak membiarkannya bernafas dengan bebas.

Aiden yang saat itu bagaikan terhipnotis, sontak menatap sayu pada Amelia yang serang terbelalak sambil menganga dengan lipstik yang sudah berantakan akibat ulah Aiden.

"A-ada apa?" Tanya pria tampan itu bingung dengan polosnya.

"K-kau!" Amelia menunjuknya. "Kau! Apakah kau gila!?"

"Gila? A-ada apa?"

"Kau! K-kenapa kau malah bernafsu seperti itu? K-kita ini adalah partner b-bohongan, bukan ... Aku tidak bisa ... Argh!" Amelia pun menjambak rambutnya sendiri kemudian langsung membuka pintu mobil itu ketika ada kesempatan, dan berlari masuk ke dalam bagaikan sedang dikejar predator buas.

Tak!

Brak!

"Huh!?"

Sementara Amelia yang sudah berlari meninggalkan Aiden di dalam mobil sendiri, Aiden pun masih melongo karena masih kebingungan terhadap apa yang baru saja dia lakukan dengan Amelia.

"S-sebenarnya apa yang sudah aku lakukan?" Pria itu menyentuh bibirnya sendiri. Sensasi panas bagaikan tersengat listrik itu masih bisa dia rasakan dengan jelas.

***

Sementara itu, disisi lain, Amelia yang baru saja masuk ke dalam rumah Aiden, terus saja ditatap oleh semua orang yang ada di sana.

"Oh astaga! Ada apa dengan Nona?"

"Oh, Lihat lipstiknya berantakan!"

"Astaga! Apakah sebentar lagi akan ada pernikahan di keluarga besar ini? Apakah pada akhirnya Tuan muda kita yang tak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun akan menikah? Dengan model cantik pula? Luar biasa!"

"Hah?! Lipstik?" Amelia yang saat itu bisa mendengarkan apa yang mereka katakan dengan jelas, sontak melihat ke arah jendela.

"Haaaaaaaaa!" Amelia refleks lihat dengan suara nyaring ketika ia telah menyadari apa yang dilihat oleh para bawahan Aiden itu.

Beberapa orang dari mereka pun datang ketika mendengarkan Amelia yang berteriak begitu keras. "Ada apa, Nona? Apakah ada sesuatu?" Tanya salah satu maid yang datang mendekati Amelia namun dengan sedikit tersenyum.

Melihat ada yang datang mendekati dirinya, membuat Amelia pun langsung menutup mulutnya secara tiba-tiba.

"T-tidak! A-aku tidak apa-apa! Hahaha, hahaha! K-kalau begitu ... Aku akan langsung masuk ke dalam kamar," katanya dengan cepat, sambil berlari masuk ke dalam kamarnya.

Tap. Tap. Tap.

Brak!

Para pelayan yang saat itu telah ditinggalkan begitu saja oleh Amelia, sontak menatap satu sama lain beberapa saat, kemudian tersenyum penuh arti.

"Astaga! Ternyata calon Nona muda kita wanita yang sangat pemalu, yah!"

"Ya, aku sama sekali tidak paham akan tetapi dia sangat manis, dan tentu saja sangat cocok dengan Tuan muda Aiden."

"Ya, benar!"

Deg!

Deg!

Deg!

Bella—wanita yang baru saja tiba dan bisa mendengarkan apa yang mereka berdua bicarakan saat itu, benar-benar terbakar oleh rasa cemburu yang tak bisa ia jelaskan lagi bagaimana sakitnya.

"Apa? Apa yang baru saja mereka berdua lakukan? Jangan bilang kalau mereka sudah-" dia tak bisa berkata-kata lagi saat itu, dan hanya menatap Amelia yang telah masuk ke dalam kamarnya dengan sempurna.

Darah di dalam dirinya itu benar-benar bergejolak, bersamaan dengan rasa cemburu yang benar-benar membakar jiwanya pada saat yang sama.

"Bagaimana ini? Bagaimana nasibku nanti? Kalau Aiden benar-benar telah jatuh cinta pada wanita itu, maka apalagi yang aku tersisa untukku? Tidak! Pokoknya aku harus melakukan sesuatu dan membuat mereka berdua menjauh. Yah! Aku harus melakukan hal itu secepatnya." Dia pun berpikir di dalam hatinya sambil merencanakan sesuatu yang telah ia pikirkan dari lama.

Setelah berpikir seperti itu, Bella kemudian mengirimkan sebuah pesan singkat kepada seseorang.

"Ya, sebentar lagi kau pasti akan kena batunya, Amelia." Batinnya, setelah selesai mengirimkan pesan singkat itu.

avataravatar
Next chapter