webnovel

Love me, please!

Ketika seorang adik angkat jatuh cinta pada kakaknya sendiri. Kim Hae-rim adalah adik angkat dari Kim Dae-woo. Sejak usia 5 tahun, mereka mulai menjadi saudara dan tumbuh bersama.Kim Hae-rim dipungut oleh orang tua Dae-woo dari jalanan. Kim Dae-woo yang selalu bermimpi ingin memiliki adik, menjaga Kim Hae-rim dengan baik dan selalu melindunginya. Ketika mereka mulai remaja, siapa sangka bahwa Kim Hae-rim ternyata mencintai kakaknya sendiri. Bukan, cinta adik untuk kakaknya. Melainkan, cinta yang lain. Sementara, disisi lain Dae-woo mencintai gadis lain. Lalu, apa yang akan Hae-rim lakukan? Seperti apa perjuangan dalam kisah cintanya? Penasaran? Yuk, ikuti saja kisahnya. Selamat membaca!

Teen
Not enough ratings
7 Chs

Bekerja sampai malam

Hari semakin sore. Namun, belum ada satu pun yang mengunjungi kedai Tae-ri. Dae-woo dan Hae-rim masih menunggu, apakah mereka berhasil menarik perhatian orang-orang untuk membeli jajanan di kedai Tae-ri ini?

"Kalian pulang saja. Sudah sore!" ujar Tae-ri.

"Apa kedaimu selalu sesepi ini?" tanya Hae-rim.

"Yah, begitulah. Tapi, ada beberapa juga yang datang saat kalian pergi mempromosikan jajanan disini," balas Tae-ri.

Hae-rim menghela nafas. Padahal, menurut Hae-rim jajanan tradisional yang Tae-ri dan neneknya buat, sangatlah enak. Mungkin, memabg karena letak tokonya yang sulit ditemukan, jadi banyak orang yang tidak tahu.

"Tidak papah, jangan khawatir. Masih banyak cara, untuk kita mempromosikan jajanan Tae-ri. Kan ada internet. Kita bisa memanfaatkannya untuk membuat iklan, dan mempromosikan jajanan-jajanan ini," sahut Dae-woo kembali memberi usul.

"Sudahlah tidak perlu. Kenapa kalian mau repot-repot?" sahut Tae-ri.

"Tidak ada yang repot, kita kan teman!" sambar Hae-rim.

Lantas, tidak lama ketika mereka berbincang-bincang. Tiba-tiba beberapa siswi berdatangan dengan ramai ke kedai Tae-ri.

"Anyeong ghaseyo!" seru para siswi yang berdatangan itu.

"Omo! Itu Oppa yang tadi! Jadi, dia benar-benar ada disini? Apa kita benar-benar bisa berfoto jika kami menjadi pelanggan setia?" tanya salah satu siswi dengan girang sekali.

"Oppa! Apakah, aku bisa mendapatkan foto oppa setiap hari, jika menjadi pelanggan setia disini?" timpal salah satunya lagi lebih girang.

Dae-woo, Hae-rim, dan Tae-ri tidak menduga mereka benar-benar akan datang. Mereka sedikit terkejut.

"Baiklah, baiklah. Kalian akan mendapatkan fotoku setiap kalia berlangganan disini, dengan syarat kalian mau mempromosikan jajanan-jajanan disini, bagaimana?" jawab Dae-woo memanfaatkan mereka.

"Yah, tentu saja! Kalau begitu aku pesan yang ini!" seru salah satu siswi yang berambut panjang.

"Aku juga pesan yang ini..."

"Aku mau yang ini saja..."

Tae-ri disibukkan melayani para siswi yang tidak sabar ingin mendapat giliran berfoto bersama Dae-woo. Sementara Dae-woo kini sibuk melayani mereka yang ingin berfoto dengannya. Dan Hae-rim ia bertugas menjaga Nam-soon agar tidak terganggu karena para siswi yang berisik.

Semua foto-foto itu, mereka post ke media, dengan hastag keda Tae-ri dan mempromosikan jajanannya, dengan menambahkan 'jika membeli jajanan di kedai Tae-ri, kalian akan mendapatkan foto oppa yang tampan ini'. Dalam waktu beberapa jam saja kedai Tae-ri menjadi sangat terkenal dan diperbincangkan oleh banyak orang.

Dae-woo dan Hae-rim membantu Tae-ri di kedai sampai malam. Karena hari ini banyak sekali yang berdatangan. Mereka bekerja dengan sangat keras.

"Ah, lelahnya... Baru kali pertama ini. Aku menerima pelanggan sebanyak ini," ucap Tae-ri ketika akhirnya mereka bisa beristirahat.

"Sepertinya, kamu harus mulai mencari orang untuk membantumu," sahut Hae-rim.

"Tapi, bagaimana kalau saat mereka kembali, dan mereka tahu kalau kamu tidak bekerja disini? Apa mungkin mereka akan tetap menjadi pelanggan setia?" tanya Tae-ri ragu pada Dae-woo.

"Sudahlah. Jangan cemaskan hal itu. Kita jalani saja dulu. Kita lihat apa yang akan terjadi kedepannya," balas Dae-woo.

"Itu benar. Semangat!" imbuh Hae-rim.

"Tae-ri! Masuklah! Ajak teman-temanmu untuk makan malam bersama!" teriak Nenek Tae-ri dari dalam.

"Eoh! Kami datang!" balas Tae-ri. "Ayo, masuk! Sepertinya Nenek masak makan malam untuk kita," ajak Tae-ri.

Dae-woo dan Hae-rim menerima ajakan Tae-ri demi menghargainya. Lantas, mereka ikut makan malam bersama. Yah, walau makan malamnya hanya sayur toge dan tumis paprika.

"Maaf yah, hanya ini yang kami punya," ucap Tae-ri merasa tidak enak.

"Gwencana! Ini kelihatan enak! Selamat makan!" sahut Hae-rim sambil melahap makanannya. Yah, tentu saja mereka juga lapar karena sehabis bekerja seharian.

Dae-woo tersenyum senang, karena Hae-rim tidak pernah menjadi orang yang sombong. Ia tumbuh menjadi wanita yang baik. Dae-woo mengacak rambut Hae-rim pelan. Hae-rim menoleh dan tersenyum pada Dae-woo.

Tae-ri tidak pernah menyangka kalau ia akan merasakan kehangatan dengan teman-temannya seperti ini. Baginya ini pertama kali untuknya makan bersama teman-temannya. Ia sangat bahagia karena sekarang ia memiliki seorang teman yang baik, seperti Hae-rim dan Dae-woo.

"Gomawo!" ucap Tae-ri terdengar sendu.

"Kenapa?" tanya Hae-rim ketika melihat Tae-ri yang berkaca-kaca.

"Aniya! Genyang gomawo."

Hae-rim menatap nanar Tae-ri lalu tersenyum. "Sudahlah. Ayo, kita makan saja!" balasnya.

Setelah makan, Hae-rim dan Dae-woo berpamitan untuk pulang. Hae-rim merasa senang akan hari ini. Ia senang bisa membantu orang lain.

"Oppa?" panggil Hae-rim.

"Hmmm?"

"Oppa, memang yang terbaik. Oppa selalu memperhatikan orang-orang disekitarmu. Kamu peduli kepada siapapun. Aku malu pada diriku. Aku bahkan berpura-pura tidak melihatnya ketika ia sedang membutuhkan bantuanku. Sebagai adikmu aku merasa malu," ujar Hae-rim.

Langkah Dae-woo seketika berhenti. Hae-rim ikut berhenti dan menoleh padanya. Dae-woo menatap Hae-rim dengan lekat.

"Aniya! Kamu adalah adik terbaik yang ku miliki. Tidak ada lagi adik yang terbaik di dunia selain dirimu. Jadi, jangan bicara seperti itu lagi. Aku, tidak malu mempunyai adik hebat seperti kamu. Aku malah sangat bangga! Terimakasih, sudah menjadi adikku!" balas Dae-woo sambil meraih kedua pundak Hae-rim dan menatapnya lekat.

DEG~

Hae-rim lagi-lagi merasa deg deg gan ketika Dae-woo bersikap seperti ini padanya. Kenapa ini? Padahal, seharusnya aku biasa saja? Dae-woo sering melakukan itu padaku? Tapi kenapa aku deg deg gan banget sekarang? Bathin Hae-rim menatap penuh bulatan kedua mata Dae-woo.

Sadar jantungnya semakin berdegup kencang. Hae-rim segera berbalik dan melepaskan tatapannya untuk Dae-woo. "Sudah sangat malam. Sebaiknya kita tiba, sebelum mamah kembali dari Seoul," ucap Hae-rim gelapan dan berjalan begitu cepat meninggalkan Dae-woo.

"Hei! Mari pergi bersama! Tunggu aku!" seru Dae-woo menyusul Hae-rim.

"Jalanmu lama sekali!" balas Hae-rim semakin mencepat. Dae-woo tersenyum lucu melihat tingkah adiknya itu. Lantas, ia berlari dan merangkul Hae-rim dari belakang dengan cukup keras.

"Hei! Jalanlah lebih pelan!" seru Dae-woo.

"Aku tidak mau! Kita akan ketinggalan bis," balas Hae-rim.

"Tidak akan!" balas Dae-woo lagi terus saja bermain-main dengan Hae-rim. Ia tidak pernah berubah sejak dulu pada Hae-rim dan masih tetap sama. Kakak yang baik dan juga nakal.