1 Difitnah

Di awal semester genap di tahun 2004 di salah satu SMA swasta di Bandung. Tepatnya di ruang BK seorang siswi di temani orangtuanya sedang berbincang serius dengan Guru BK sekolah itu. Tidak hanya guru BK wali kelas nya juga hadir di ruangan itu.

"Jadi begini Bu Minami. Kami sudah tidak bisa mentolerir kesalahan anak ibu di sekolah ini. Kesalahannya kali ini sudah tidak bisa kami atasi," ujar Bu Diah Guru BK sambil menatap Ibu orangtua siswi itu dengan tatapan sedih.

"Maafkan kami Bu, tapi apakah ada cara lain selain harus memindahkan anak saya Azmya ke sekolah lain. Apalagi kan Azmya pernah membawa harum nama sekolah ini, apakah tidak ada kebijakan dari sekolah, karena ini kan sudah kelas XII?" Bu Minami memohon. Sementara itu wajah Azmya hanya menampilkan wajah yang tak peduli dengan perbincangan itu.

"Mohon maaf Bu. Kami tidak bisa membimbing Azmya lagi di sekolah ini. Karena banyak permintaan dari wali murid dan banyak murid yang ingin Azmya dapat pindah dari sekolah ini. Karena mereka takut terpengaruhi oleh sikap Azmya," tambah Bu Adel wali kelas Azmya.

Bu Minami hanya menarik napas panjang mendengar jawaban itu. Lantas dia menoleh ke arah putrinya Azmya. Tidak tampak wajah penyesalan di wajah Azmya atas semua kesalahan yang dia perbuat.

"Andai saja Putri tidak mencoba melukai dirinya sendiri. Mungkin masalah ini akan bisa diselesaikan dengan baik. Tapi karena Azmya sudah membuat Putri mencoba bunuh diri karena Azmya sudah membuat seluruh isi sekolah gempar karena menyebarkan video yang membuat Putri menyakiti dirinya sendiri," jelas Bu Adel.

"Karena masalah ini, pihak sekolah harus berurusan dengan polisi belum lagi media massa yang mencoba meliput atas kasus ini," ucap Bu Diah.

"Bapak Kepala Sekolah pun sampai kena panggilan oleh Kantor Dinas Pendidikan. Maka dari itu untuk bisa memperbaiki dan memulihkan ini semua, kami pihak sekolah harus mengeluarkan Azmya dari sekolah ini."

"Ya sudahlah. Walau berat sanksi yang harus diterima Azmya, apa boleh buat, kami harus menanggungnya."

"Ya, untuk surat pindah sudah disiapkan oleh bagian kesiswaan, dan Azmya Ibu mohon nanti kamu tidak lagi mengulangi kesalahan dan kenakalan yang sama di sekolah kamu nanti yang baru!"pesan Bu Adel.

"Baik Bu, tapi Bu, kalau saya boleh bicara jujur, saya tidak merasa kalau saya sudah melakukan kesalahan itu, saya cuma mengakui kalo kenakalan saya cuma sering bolos, ngantuk di kelas, berantem di kelas tapi ga pernah ikut tawuran, paling sering emang suka gangguin adik kelas di kantin, tapi untuk kasus penyebaran video Putri dan memeras Putri. Itu tidak benar, meskipun ada bukti kalau akun medsos saya yang nyebarin, tapi Demi Tuhan saya tidak melakukan itu," ucap Azmya sambil beranjak dari tempat duduknya dan bersiap meninggalkan ruangan yang membuatnya sering merasa pengap dan tidak betah berlama lama disitu meskipun dia sering berada di ruangan itu. Tetap saja dia merasa sesak.

"Azmya, tunggu dulu, Kamu harus meminta maaf dulu dan pamitan dengan Bu Guru!," pinta Bu Minami. Tapi Azmya tidak mengindahkan ucapan ibunya. Dia sudah cukup kesal dan muak. Dia hanya ingin segera pergi dari tempat itu.

Azmya pun pergi tanpa menunggu ibunya. Dia berjalan dengan tatapan marah dan tidak puas atas segala apa yang dia terima hari ini di ruangan BK. Dia menuju kelasnya untuk mengambil tas sekolahnya.

Sepanjang menuju kelas dia diiringi tatapan penuh kebencian teman-teman sekolahnya. Azmya sudah tidak memedulikan tatapan semuanya. Toh dia tahu semua dan seisi sekolah ini sudah benci dirinya dan memusuhi dirinya. Ada yang bahkan mengumpat dengan sumpah serapah kepadanya. Azmya mencoba tegar dan tidak terlihat lemah di depan semuanya.

Sampai di kelasnya, seluruh isi kelas menatapnya diam. Azmya sadar kalau semua teman sekelas tahu dirinya dikeluarkan dari sekolah. Tapi semua tidak akan merasa keberatan. Karena memang mereka lah yang membuat petisi ke pihak sekolah supaya dia dikeluarkan.

Azmya hanya memandangi wajah teman-temannya satu persatu dengan raut yang sedih. Sedih karena tak ada satu pun yang percaya dengannya.

"Take care guys, moga kalian happy dan puas kalau gue sudah gak di sekolah ini!"ucap Azmya sambil mencoba tersenyum pahit. Ucapannya itu hanya disambut dengan tatapan dingin.

"Ayo Azmya, loe bisa lewatin ini semuaaa!" teriak Azmya menyemangati dirinya sendiri. Dengan langkah yang pasti Azmya mencoba meninggalkan kelas dengan kepala tidak tertunduk. Dia tidak mau semua siswa sekolah ini menganggapnya kalah. Dia harus menjaga gengsinya sebagai anak yang jago berantem.

****

Belum cukup Azmya diceramahi di sekolah. Kali ini dia harus kembali menelan kemarahan kedua orangtuanya di rumah. Azmya hanya berharap semua ini cepat berakhir. Dia sudah lelah harus menjadi kambing hitam atas kejadian yang dia tidak sama sekali dia lakukan.

"Mau ditaruh dimana muka papih. Kalau semua kerabat teman teman papih tahu, kalau anak papih jadi pelaku

penyebaran video asusila di sekolah." Papih marah sambil menunjuk nunjuk muka Azmya.

"Sudah Mya bilang kan pih. Mya gak pernah nyebarin video Putri, Mya dijebak pih," bela Azmya mencoba meyakinkan.

"Kalau kamu memang benar dijebak. Apa ada bukti kamu dijebak?" tanya mamih.

"Mya gak punya buktinya mih. Tapi masa papih sama mamih ga percaya sama anaknya sih," sewot Azmya sedikit kesal.

"Mamih sama papih mungkin bisa percaya. Tapi kan selama ini kelakuan kamu di sekolah yang sering buat onar dan kasus di sekolah buat semua orang pasti yakin kamu pelakunya!" ujar papih.

"Azmya tidak butuh pengakuan percaya dari orang lain. Yang penting buat Mya mamih dan papih percaya. Itu sudah cukup buat Mya jadi kuat buat lewatin ini semua,"ungkap Azmya dengan nada sedih. Dia tidak berani mengatakan apa yang telah dia alami dan kejadian itu.

"Anggap saja kami percaya kamu bukan pelakunya. Terus rencana kamu sekarang bagaimana. Kamu udah mau kelas XII, sebentar lagi Ujian Nasional?" tanya mamih.

" Begini saja, kita pindahin ke Tangerang.Di sana papih punya teman punya yayasan dan SMA swasta, papih sering ngasih donasi buat sekolahnya.Gimana kalau kamu pindah kesana?"tanya Papih.

Azmya menarik napas panjang. Itu berarti dia harus jauh tinggal dengan keduaorangtuanya.

"Terus Mya harus ngekos gitu disana?"tanya dia melas.

"Papih kan punya rumah singgah disana, kalau papih ada urusan kerjaan papih di sana, nanti kamu tinggal disana ajak aja Bi Limah sama Mang Parmin kesana!"tegas papih.

"Pih, apa kita ga bisa cari sekolah di Bandung aja, mamih agak keberatan kalo Azmya pindah ke Tangerang!"pinta mamihnya yang mungkin tidak mau berjauhan dengan anaknya.

"Sekalian jadi pelajaran buat Mya, kamu harus bisa mandiri tanpa papih dan mamih disana. Sikap kamu yang tidak bertanggung jawab akan hal apapun yang kamu perbuat. Disana kamu harus bisa belajar memecahkan permasalahan kamu sendiri disana. Papih pingin tahu apa kamu bisa bertahan tidak berbuat kesalahan dan kenakalan lagi. Kalau tidak kamu sama papih kirim ke Kakek kamu di Jepang!"ancam papih.

"Pih, mamih tidak setuju kalau Azmya ke Tangerang, bagaimana bisa dia hidup terpisah jauh,"ungkap mamih khawatir.

"Mih, ada benernya juga kata papih, Mya siap aja toh nanti Bi Limah sama Mang Parmin ikut, jadi nggak apa-apa kok mih, mungkin dengan cara ini semuanya akan terlewati."Azmya penuh keyakinan.

" Kalau begitu, papih akan coba menghubungi Pak Arya temen papih itu," kata papih mengambil handphonenya mencoba menghubungi Pak Arya yang katanya pemilik yayasan sekolah itu.

Mamih terlihat raut kesedihan bercampur kekhawatiran. Mungkin dia tidak tega melepas anaknya pergi jauh. Andai saja Bu Minami tidak punya pekerjaan, mungkin dia ingin menemaninya pindah.

*** ***

Salam dan sapa untuk pembaca

Halo Para Pembaca yang baru gabung ke novel ini. Kalian bisa luangkan waktu sebentar untuk mereview novel ini dan memberi rate yang bagus untuk karya ini. Jangan lupa untuk memberikan vote PS dan juga komentar di setiap chapternya.

Siapin mental agar tidak kaget dengan jalan ceritanya. ^.^

avataravatar
Next chapter