webnovel

LOVE MASK

Sinopsis "LOVE MASK" Leyna Putri seorang guru muda, berasal dari kota Yogyakarta yang datang merantau ke Ibukota Jakarta. Baru satu tahun menjadi seorang guru di sebuah sekolah swasta, dengan gaji yang tidak seberapa. Sehingga membuat Leyna harus mencari pekerjaan tambahan, sebagai seorang pramusaji di sebuah tempat karoke. Hanya sekedar untuk menambah penghasilannya, agar dapat membuatnya bertahan hidup di Ibukota Jakarta. Sehingga dapat mengirimkan uang ke kampung, untuk biaya hidup Ibu dan adiknya yang sakit gagal ginjal Yang membutuhkan biaya banyak untuk pengobatannya. Tadinya semua berjalan lancar, tetapi seketika berubah. Sampai Leyna bertemu dengan seorang lelaki tampan Raiden Sebastian. Yang memaksa untuk menikah dengan dirinya. Akankah Leyna menerima tawaran dari Raiden tersebut? Apa mungkin Raiden benar-benar seorang lelaki penyuka sesama jenis? Bagaimana keseruan kisah ini, terus dibaca reader. Karena kamu, akan menemukan sebuah kisah yang bukan hanya menghibur, tapi juga penuh intrik yang tidak terduga enjoy it!

Ifan_Tiyani · Fantasy
Not enough ratings
387 Chs

AKU MASIH VIRGIN!

Leyna menguatkan hatinya yang berdegup kencang, sambil menarik nafas panjang lalu menghelanya perlahan.

"Maaf, Raiden. Apakah pertanyaanmu ini, perlu aku jawab?" ujar Leyna balik bertanya.

"Terserah kau saja Leyna, tetapi jujur saja aku ingin mengetahuinya!" jawab Raiden sambil menyeringai, lalu menyandarkan tubuhnya ke belakang sofa, dan memegang lembut tangan Leyna.

Tatapan mata Raiden yang tajam, terus memandang wajah Leyna. Entah mengapa pada saat ini, Leyna merasa sangat tidak asing sekali. Dengan raut wajah tampan di hadapannya saat ini, seperti sebuah dejavu saja rasanya.

"Aku, masih virgin!" jawab Leyna singkat, sambil terus menatap mata Raiden dengan tatapan mata yang teduh.

Leyna sendiri tidak menyadari, bagaimana kalimat tersebut bisa terlontar begitu saja dari mulutnya. Barangkali karena sebuah rasa harga diri, untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang wanita terhormat yang mendorong hal tersebut.

Mendengar jawaban Leyna tersebut, seketika Leyna dapat merasakan. Bahwa tangan Raiden yang memegang tangannya, semakin keras menggenggam.

Tatapan mata Elang Raiden yang tajam, yang pastinya membuat banyak perempuan lumer hatinya. Seketika dirasakan jadi lembut oleh Leyna, tidak ada lagi rasa jijik di sana.

"Oh ya? Memang sudah berapa lama kau bekerja di sini Leyna?" tanya Raiden lagi.

"Ini adalah hari pertamaku, dan kau adalah tamu pertama yang aku layani," jawab Leyna sambil mencoba tersenyum.

"Yang kuat Leyna, demi Ibu dan Gendis!" bisik Leyna di dalam hatinya.

"Oh good! Aku suka menjadi yang pertama, dalam segala sesuatu!" komentar Raiden sambil tersenyum lebar, nampak sekali binar kebahagiaan di matanya.

"Apakah kau ingin aku bernyanyi lagi? Atau kita bernyanyi bersama?" tanya Leyna berusaha mencairkan suasana.

"Aku tidak pandai bernyanyi, sebaiknya kau saja yang bernyanyi Leyna. Aku suka mendengarkan kau bernyanyi, karena suaramu bagus," puji Raiden sambil mengambil gelas minuman berisikan soft drink, kemudian meminumnya perlahan.

"Baiklah kalau begitu, kau ingin aku menyanyikan lagu apa lagi Raiden?"

"Apa saja, terserah kau Leyna. Hiburlah aku!" pinta Raiden.

"Baiklah kalau begitu," jawab Leyna.

Lalu segera kembali memilih lagu, yang akan dinyanyikan selanjutnya. Leyna langsung kembali mendendangkan lagu-lagu tersebut, untuk menghibur Raiden. Saat ini Leyna sangat bersyukur, karena Raiden hanya menatap dirinya, yang sedang bernyanyi tanpa rasa bosan.

Sambil menikmati makanan dan minuman, yang disajikan di atas meja. Tanpa melakukan apapun, yang tidak senonoh terhadap dirinya.

Saat ini entah mengapa, Leyna pun merasa bahagia sekali. Dia menikmati setiap lagu yang dinyanyikan, seperti melepas rindu masa lalu saja rasanya. Karena memang semenjak Leyna tinggal di Jakarta, dan bekerja sebagai seorang guru.

Dia tidak pernah bernyanyi lagi seperti ini, karena tidak memiliki fasilitas untuk hal tersebut. Jika Leyna sampai bernyanyi di kosannya, nanti bisa-bisa dia di usir oleh pemilik kosan karena mengganggu ketenangan saja.

"Apakah kau lelah Leyna? Jika kau lelah istirahatlah, lalu nikmati makanan dan minuman ini bersama denganku," ucap Raiden menawarkan.

"Oh ya, terimakasih Raiden. Apakah kau yakin, tidak ingin bernyanyi?" tanya Leyna sambil menyodorkan mike, yang berada di tangannya kepada Raiden.

"Tidak Leyna, aku tidak bisa bernyanyi. Aku lebih suka mendengarkan kau bernyanyi!" jawab Raiden lagi sambil tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, terserah kau saja!" jawab Leyna sambil tersenyum, kemudian meletakkan mike di atas meja.

Lalu Leyna pun mengambil segelas air yang berisikan soft drink, yang memang di peruntukkan bagi dirinya. Pada saat yang bersamaan, pintu room pun terbuka. Nampak wajah Virgo menyembul dari balik pintu, sambil tersenyum lebar.

"Hey Bro Raiden! Aku dan Pak Bernadus akan pulang sekarang, karena hari sudah semakin malam. Apakah kau mau pulang, bersama dengan kami, atau ...?" pertanyaan Virgo terputus sampai di situ, karena Raiden langsung menjawabnya dengan cepat.

"Kalian pulang saja duluan, aku masih ingin lebih lama di sini!" jawab Raiden membuat keputusan.

"WOW! Baiklah kalau begitu, sepertinya ada yang merasakan sebuah kenyamanan di sini. Hahahaa!" seloroh Virgo sambil tertawa menggoda.

"Begitulah ...!" jawab Raiden sambil tersenyum tipis, menjawab dengan santainya.

"Tidakkah kau ingin melanjutkannya di luar Raiden, karena Pak Bernadus bersama dengan Carolina. Melanjutkan permainan mereka di luar?" tanya Virgo sambil matanya mengerling nakal.

"Tidak, aku lebih nyaman di sini saja," jawab Raiden lagi.

"Ya sudah kalau begitu, aku balik duluan ya. Sampai jumpa besok di kantor Raiden!" pamit Virgo sambil menunjukkan jari jempolnya.

"Ya!" jawab Raiden singkat sambil membalas Virgo, menunjukkan jari jempolnya.

Pada saat Virgo berlalu dari hadapan mereka, Leyna pun menatap ke arah Raiden dengan tajam dan mengigit bibirnya. Saat ini hari memang semakin malam, bahkan sebentar lagi menjelang pagi.

Menyadari hal tersebut, seketika Leyna merasakan ketakutan. Seperti apa yang di katakan Virgo tadi, Leyna faham maksudnya. Sebuah hasrat lelaki dewasa! Leyna merasa takut, jika tadinya seorang Raiden bersikap diam saja.

Bagaikan seekor kucing yang jinak, karena udara dingin dan hari yang semakin malam. Tiba-tiba saja Raiden, bisa berubah menjadi seekor harimau yang ganas dan siap menerkam dirinya.

"Ada apa Leyna? Kenapa kau memandang wajahku seperti ini?" tanya Raiden sambil tersenyum tipis, karena merasa aneh dengan tatapan mata Leyna saat ini.

"Oh, tidak apa-apa Raiden. Apakah kau tidak mau pulang?" tanya Leyna dengan polosnya.

"Apakah kau mengusir aku Leyna? Apakah kau lebih suka, jika saat ini berganti melayani pelanggan lainnya. Dari pada bersama dengan aku?" tanya Raiden sambil mengerutkan keningnya.

"Tidak! Bukan seperti itu Raiden, maafkan aku ... bukan itu maksudku!" jawab Leyna merasa tidak enak dan menjadi gugup seketika.

"Jam berapa kau pulang kerja, malam ini Leyna?" tanya Raiden.

"Sekitar jam dua, masih dua jam lagi. Memangnya kenapa?" jawab Leyna balik bertanya.

"Tolong panggilkan Mbak Ayu sekarang juga, dan suruh dia ke sini!" pinta Raiden.

"Baiklah Raiden, tunggu sebentar ya," jawab Leyna sambil segera bangkit dari tempat duduknya, kemudian berjalan keluar mencari Mbak Ayu.

Di tengah perjalanan menuju ke lobby, untuk mencari Mbak Ayu. Leyna berpapasan dengan Mbak Ayu, yang baru saja keluar dari dalam sebuah room.

"Kau mau kemana Leyna?" tanya Mbak Ayu nampak terkejut, karena berpapasan dengan Leyna.

"Aku diminta oleh pelanggan ku, untuk memanggil Mbak Ayu agar menemuinya sekarang!" tutur Leyna menyampaikan pesan Raiden kepada Mbak Ayu.

"Wahh, sepertinya akan ada yang mendapatkan job tambahan nih, seperti Carolina! hehehee," komentar Mbak Ayu, sambil tersenyum menggoda melirik ke arah Leyna.

"Maksud Mbak Ayu?" tanya Leyna tidak faham.

"Sudah! Pokoknya kau harus bersiap, memberikan servis yang terbaik kepada pelanggan pertamamu ini ya Leyna. Jangan mempermalukan " Edward Vista" okey!" pesan Mbak Ayu sambil tersenyum, lalu menggamit lengan Leyna.

Kemudian mengajaknya berjalan, menuju ke room dimana Raiden sedang menunggu mereka.