1 Prolog

###

Gemerlap lampu club berhasil membawa presensi seorang laki-laki untuk melangkah lebih dekat pada meja bartender. Sesungguhnya, tempat seperti ini kadang ia kunjungi saat pikirannya kacau atau membutuhkan kepuasan tersendiri. Namun kini, ia harus mengumpat terlebih dahulu saat kedatangannya kemari adalah untuk menyeret kakaknya yang demi Tuhan sangat menyusahkan.

Manik matanya menjelajah, hingga tepat di arah jam satu, ia mendapati kakaknya tengah menegak alkohol, bercumbu manis dengan gelas kaca penuh anggur keras itu. Ia menggeram, apa lelaki ini sudah gila atau memang tidak waras? Besok adalah hari pernikahannya, dan dengan idiot nya Jeon Wonwoo disini—Bersenang-senang dengan kebodohannya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Wonwoo masih belum menyadari kehadirannya, jika bukan karena Ibu dan Ayah yang menyuruhnya mencari si brandal ini, lebih baik ia biarkan saja kakaknya mabuk dan melewatkan hari pernikahannya.

Jahat kah Jungkook? Memang.

"Ya! Jeon Wonwoo."

Jungkook mengambil cepat gelas di tangan kakaknya, membuat lelaki bermarga sama dengannya itu menggeram tertahan.

"Arraso arraso aku pulang."

Tak menghiraukan keberadaan Jungkook, Wonwoo melangkahkan kaki meninggalkan club dengan terseok. Kesadarannya diambang jurang, lengah sedikit saja, ia bisa terjatuh.

###

Hari yang telah di tunggu nyatanya telah tiba. Resepsi di angung-angungkan di gedung mewah, peralatan, souvenir, bahkan busana pun menjadi tolak ukur kemewahan. Jungkook sama sekali tidak berniat untuk melebihkan ekspresi yang ada diwajahnya, datar dan tak terbaca. Beberapa seruan mengenai seberapa tampannya dia oleh beberapa penata rias tak membuat lelaki itu bergeming ataupun tersenyum.

Hingga seruan seorang wanita berhasil membuat Jungkook menolehkan kepala—Memandang ibunya yang datang dengan raut gelisah. Tentu saja Jungkook menautkan alisnya pertanda bingung, sampai Jeon Hana menariknya menuju ruangan dimana mempelai pria tengah disiapkan.

"Jungkook. Wonwoo pergi, dia kabur." mendengar hal anti mainstream tersebut sedikitnya membuat bola mata Jungkook melebar.

Ia baru sadar setelah mengalihkan pandangan dan di ruangan tersebut bukan hanya ada dirinya dan sang ibu, melainkan kedua orang tua mempelai wanita juga ayahnya. Mereka nampak gelisah, dan ada sepercik rasa amarah dan malu di wajah ayahnya.

"Ibu, tenang dulu ya. Jungkook akan mencari Wonwoo, dia pasti kembali."

"Percuma saja, tidak ada waktu. Bersiap saja menanggung malu setelah ini. Astaga putriku ... "

Racauan amarah Jung Jaehyun membuat suasana semakin memburuk, apalagi acara pernikahan akan dilangsungkan kurang dari satu jam lagi.

"Kecuali—Jungkook menggantikan Wonwoo, terutama semua perjanjian kerja sama kita, masih akan tetap berjalan."

Instruksi yang di sampaikan Jaehyun nampaknya menimbukkan presepsi lain tentang baik dan buruknya jika acuan tersebut dilaksanakan. Resiko yang bernilai besar juga mempertaruhkan image dua perusahaan menjadi landasan penting akan keputusan yang akan diambil.

"Aku tidak ingin putriku menanggung malu atas kelakuan putramu Hongbin. Pikirkan baik-baik hal itu."

"Tidak. Jungkook tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini, kita akan mencari Wonwoo. Pernikahannya akan berlangsung." sanggahan tersebut berhasil membuat Jung Jaehyun menggeram, ia adalah pebisnis begitupun Hongbin. Mereka tidak akan membiarkan image buruk menimpa atau kerugian besar menghampiri mereka.

"Lalu, jika gagal bagaimana? Kau siap kehilangan perusahaan mu?"

Jungkook mengepalkan tangannya pertanda kesal. Jika bukan karena Wonwoo dan semua kebodohan lelaki itu, ia tidak harus melakukan ini. Bedebah memang.

"Hajima. Aku akan menikahinya. aku akan menggantikan Wonwoo."

###

avataravatar