webnovel

Dua Kehidupan Yang Berbeda

"Lucu banget ya Cantika anaknya. Udah gitu dia ngehargain orang lain lagi. Coba aja kalo cewek lain yang gua ajak pulang bareng, udah pasti dia bakalan langsung mau dan ninggalin supirnya yang udah jemput dia. Cantika emang beda," ucap Aksa di dalam hatinya.

Kemudian setelah itu Aksa juga langsung pergi ke parkiran sekolahnya untuk segera kembali pulang ke rumahnya. Sebelum ada siswi lainnya yang mengejar-ngejarnya lagi. Apalagi sudah terdengar suara seseorang yang meneriaki dirinya.

"Itu dia Aksa. Aksa….," teriak salah satu seorang siswi.

Sayangnya para siswi itu gagal untuk mengejar Aksa kali ini. Karena Aksa sudah terlanjur masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan sekolah.

"Yahh, sayang banget ya ga bisa foto sama dia."

"Iya. Paling engga bisa saling sapa aja gua udah bahagia banget."

"Iya, betul tuh."

Semua murid yang mengejar Aksa merasa sangat kecewa. Karena Aksa pergi meninggalkan mereka begitu saja tanpa meninggalkan satu kata pun.

*****

Cantika baru saja tiba di rumahnya setelah bermacat-macatan di jalan. Wajar saja Cantika bisa terkena macat. Karena Cantika tinggal di Ibu kota Jakarta dan Cantika bukanlah Presiden yang bisa di kawal dengan beberapa mobil polisi supaya bisa cepat sampai di tempat tujuan.

Cantika adalah anak bungsu dariberempat saudara. Kakak-kakak Cantika semuanya laki-laki. Hanya Cantika saja yang perempuan. Sehingga sangat wajar jika Cantika adalah anak kesayangan Papah dan Mamahnya. Apa saja yang diinginkan oleh Cantika pasti langsung di turuti oleh kedua orangtuanya. Dan sampai Cantika sudah dewasa seperti ini tidak ada keinginan Cantika yang tidak bisa dia dapatkan. Semuanya pasti Cantika akan dapatkan apapun itu caranya.

Dari ketiga kakak laki-laki Cantika, dua diantaranya sudah menikah. Hanya tersisa Cantika dan kakak ketiganya yang belum menikah bernama Helmi yang masih duduk di bangku kuliah semester dua. Di rumah juga ada Papah dan Mamah mereka. Walaupun Papah mereka jarang pulang karena sibuk kerja, tetapi masih ada Mamah mereka yang bisa menjaga kedua anaknya. Sehingga rumah juga tidak terasa sepi seperti rumah Aksa dimana kedua orangtuanya sama-sama sibuk bekerja.

Setibanya di rumah, Cantika sudah di sambut oleh Mamahnya. Sedangkan Papahnya masih sibuk kerja dan kakaknya masih sibuk kuliah. Ada yang beda dari Cantika kali ini. Cantika pulang ke rumah dengan wajah yang berseri-seri. Lengkap dengan senyuman manisnya yang dapat membuat para laki-laki terpanah jika melihatnya.

"Siang, Mamah," sapa Cantika.

"Siang sayang. Kamu kenapa nih? Kok kayanya lagi bahagia banget si? Ada apa nih? Cerita dong sama Mamah."

"Engga, ga ada apa-apa kok, Mah. Aku senang aja sama sekolah baru aku. Ternyata teman-temannya seru-seru semuanya."

"Oh ya? Bagus dong kalo gitu."

"Iya. Apalagi ada Aksa di sana."

Cantika keceplosan menyebut nama Aksa di depan Mamahnya. Membuat Mamahnya penasaran dengan laki-laki yang bernama Aksa itu.

"Aksa? Asa itu siapa?" tanya Mamahnya.

"Teman aku, Mah. Teman kelas aku."

"Hmm, teman apa teman?"

"Masih teman, Mah. Ga tau kalo besok, hehe. Udah ah, aku mau ke kamar dulu ya, Mah. Aku mau bersih-bersih."

"Dasar kamu ini. Yaudah, habis itu kita makan siang bersama ya sayang."

"Iya, Mah."

"Anak itu. Kayanya dia lagi jatuh cinta sama laki-laki yang namanya Aksa itu. Siapapun dia, semoga laki-laki itu bisa membuat Cantika bahagia terus seperti ini. Karena Cantika adalah anak kesayanganku," ucap Mamah Cantika di dalam hatinya.

Cantika pun masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan tubuhnya setelah seharian sekolah. Sedangkan Mamahnya menyiapkan makan siang untuk mereka semua. Walaupun yang menyiapkan semuanya adalah asisten rumah tangganya, tetapi tetap saja Mamah Cantika memantau semua pekerjaan asisten rumah tangganya itu. Mamah Cantika tidak mau ada satu makanan yang tertinggal atau terasa tidak enak di mulut. Karena Mamah Cantika adalah tipe orang yang sangat perfeksionis.

*****

Berbeda dengan Cantika yang di sambut hangat oleh Mamahnya sepulang sekolah. Aksa seperti biasanya ketika dia pulang sekolah atau pulang dari tempat mana pun itu selalu tidak ada kedua orangtuanya yang menyambut dirinya di rumah. Karena mereka berdua sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Apalagi Aksa adalah anak semata wayang. Tidak mempunyai saudara kandung yang bisa di ajak bicara atau sekedar menjadi teman. Aksa selalu di sambut dengan asisten rumah tangganya selama dia hidup. Asisten rumah tangga yang sudah bekerja sejak Akds masih di dalam kandungan katanya.

"Siang, Den. Aden mau minum apa? Biar Bibi buatin ya," sapa Bi Inah.

"Mamah sama Papah belum pulang ya, Bi?"

"Belum, Den."

"Yaudah kalo gitu saya langsung ke kamar aja. Saya cape."

"Yaudah atuh kalo gitu, Den. Nanti kalo ada apa-apa panggil Bibi aja ya."

"Iya, Bi. Makasih."

Aksa memilih untuk langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa makan siang terlebih dahulu atau sekedar meminum minuman yang di tawarkan oleh Bi Inah. Setibanya di dalam kamarnya, Akss tidak langsung membersihkan tubuhnya, tetapi Aksa justru malah langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Kemudian Akss menyetel lagu dengan speaker sekencang-kencangnya. Itu adalah salah satu kebiasaan Aksa ketika dirinya sedang merasa kesepian.

Ketika Aksa sedang mendengarkan lagu dengan menikmatinya sambil memejamkan matanya, tiba-tiba saja Aksa terbayang wajah Cantika yang sangat cantik. Aksa terbayang dimana ketika Cantika pertama kali menyapanya dan memberikan senyuman kepadanya. Senyuman yang sangat manis dan mampu membuat Aksa langsung jatuh cinta kepadanya. Tanpa di sadarinya Aksa senyum-senyum sendiri sambil membayangkan wajah Cantika yang sangat manis.

"Cantika. Kenapa gua jadi kebayang wajahnya dia terus ya? Apalagi senyumannya itu. Manis banget. Apa gua lagi jatuh cinta sekarang?" pikir Aksa di dalam hatinya.

Kemudian Akss kembali membayangkan Cantika lagi detik demi detik ketika dirinya sedang bersama dengan Cantika. Mulai saat Cantika menyapanya hingga mereka ternyata satu kelas.

"Ah, gua ini mikir apa si. Cantika itu kan cantik banget. Banyak laki-laki yang suka sama dia. Mana mungkin dia mau sama gua," pikir Akss kembali.

Setelah itu Akss mencoba untuk menghempaskan segala pikirannya tentang Cantika. Aksa berusaha untuk menikmati lagu yang sudah dia setel tadi. Hingga akhirnya Akss tertidur pulas dengan suara music yang sangat keras. Aksa belum juga terbangun sampai kedua orangtuanya pulang ke rumahnya.

"Itu suara berisik apa ya?" pikir Papah Aksa.

Papahnya Akss mencoba untuk mendnegar dari mana suara musik yang sangat keras itu berada. Hingga akhirnya dia menyadari jika suaranya berasal dari dalam kamar Aksa.

"Pasti ini semua kelakuan Aksa. Memang anak itu bukannya belajar yang benar supaya bisa melanjutkan usaha Papah dan Mamahnya. Ini malah dengarin musik ge jelas kaya gini," ucap Papah Aksa.

Papah Akss langsung melangkahkan kakinya menuju ke kamar Aksa. Tetapi Mamahnya berusaha untuk menahannya supaya suaminya tidak memarahi anak semata wayangnya itu.

"Pah. Udah, Pah jangan marahin Aksa."

-TBC-

Next chapter