webnovel

Janjian

Yuedi melihat ponselnya dan melihat bahwa sekarang hampir jam sembilan malam. Sebelumnya, dia akan sangat khawatir bahwa dia tidak akan bertemu Love di dalam game, jika dia pergi makan malam, tetapi sekarang, dia tidak lagi merasa cemas karena Love berdiri tepat di hadapannya.

Yuedi : Beristirahatlah lebih awal malam ini, dan ingatlah untuk meminum obatmu, aku akan meninggalkan nomor ponselku di sini, jadi jika kamu membutuhkan bantuan, telpon saja aku.

Heni : Okay, makasih ya...

Yuedi : Ya, tak apa. Aku pulang dulu ya.

Heni : Oke. Hati - hati di jalan.

Inggit : Bye - bye Yud.

Roni : Nggak ada yang ngucapin apa - apa ke gue. Sedih banget.

Heni : Hehehehe, makasih juga Ron.

Roni : Sudah menjadi kewajibanku untuk menolongmu.

Inggit : Yaelah, drama banget. Sudah sana Ron, tuh Yuedi udah nungguin kamu.

Roni : Ya, ya, ya... Aku pulang dulu Hen.

Heni : Ya. Hati - hati.

Inggit : Bye - bye Ron.

Roni : Huft.

Inggit : ....

Setelah kepergian Yuedi dan Roni, Inggit terus memuji Yuedi. Sebenarnya Inggit ingin meminta nomor ponsel Yuedi, tetapi Yuedi sudah mengatakannya kepada Heni. Bahkan jika Yuedi tidak memberitahukan nomornya terlebih dahulu, Heni pasti akan meminta nomornya. Heni telah berjanji akan mentraktir mereka makan, dan Heni bukan tipe orang yang akan mengingkari janjinya sendiri.

Inggit : Yuedi itu cowok nggak cuma modal tampan tapi juga baik hati. Aku berani bertaruh pasti banyak cewek yang menyukainya. Cewek mana sih yang nggak tergila - gila sama Yuedi.

Heni : Ya, mungkin ada.

Inggit : Menurutmu, Yuedi tampan nggak?

Heni : Tampan... ya lumayan sih kalau dibandingin artis ibukota. Sebenarnya, menurutku tampan itu relatif. Tetapi aku melihat dia memiliki kharisma yang kuat, apalagi matanya, entah kenapa aku merasa dia itu berbeda dari yang lain.

Setelah mengatakan itu, Heni tiba-tiba teringat bahwa dia telah berjanji pada Tears untuk online hari ini. Karena demam, Heni tidur sepanjang hari, jadi dia hampir melupakannya. Heni buru - buru mengenakan jaket dan bangkit dari tempat tidurnya.

Inggit : Kau sedang apa Hen?

Heni : Aku sudah berjanji pada temanku di game, bahwa aku akan online malam ini. Mungkin karena demam, aku hampir melupakannya.

Inggit : Ck, dasar....

Ketika Heni sudah online ke dalam game, dia membuka daftar temannya, dan dia melihat Tears belum online. Kemudian dia melihat bahwa sekarang karakter Love sudah level 80. Mungkin Tears menggunakan akunnya untuk leveling saat siang hari. Heni mengarahkan kursornya ke nama Tears, kemudian dia mengirimkan pesan pribadi.

Love : Maaf, hari ini banyak sekali yang terjadi, jadi aku terlambat untuk online. Apakah kamu punya Line? hn8989 itu nama Lineku. Jika kamu punya akun Line, jangan lupa tambahkan aku.

————————————–

Keesokan harinya, Yuedi online bermain game di sore hari. Dia segera menyadari bahwa Heni ternyata online semalam, dan dia sangat terkejut. Yuedi mengetahui bahwa Heni sedang sakit, namun Yuedi terkejut karena dia masih tetap memaksakan dirinya untuk online dan meninggalkan pesan untuk Yuedi.

Dengan segera, Yuedi membuat akun Line baru, kemudian dia mencari hn8989. Yuedi menyeringai, dan mengirim permintaan pertemanan kepadanya. Dalam waktu kurang dari dua detik, pertemanannya itu diterima.

Tears : Sayang ~

Love : ....

Tears : Kemarin aku menunggumu seharian.

Love : Maaf ya, telah membuatmu menunggu.

Tears : Aku juga membantumu leveling.

Love : Ya, aku tahu.

Tears : Jadi, apa yang ku dapat?

Love : Lalu apa yang kamu inginkan?

Tears : Apapun yang kamu berikan, aku akan menerimanya.

Love : .... Aku tak begitu punya banyak koin di game, di dalam tasku pun itu semua koin pemberianmu. Masa iya, aku membeli barang memakai koinmu kemudian aku memberikannya padamu? =_=

Tears : Hahahaha, aku sudah memberikan koin itu kepadamu, jadi itu sekarang sudah menjadi milikmu sepenuhnya. Terserah mau kamu gunakan seperti apa.

Love : ....

Tears : Mungkin ada cara lain, kalau kamu mau.

Love : Apa?

Tears : Kamu cukup panggil aku 'sayang'.

Love : .....

Tears : Bagaimana?

Love : Perjanjiannya kan tiga hari.

Tears : Tapi kamu sendiri yang tidak online kemarin. Aku tak mau mengundurnya.

Love : Kok begitu.

Tears : Ya begitu.

Heni merasa tak berdaya, dan melakukan pertimbangan di dalam hatinya, dia sangat yakin bahwa mustahil bagi Tears untuk mengetahui identitas asli Heni. Dan cepat atau lambat, Heni juga pasti harus melakukannya. Heni menyakinkan dirinya sendiri bahwa semua ini hanya dalam permainan. Hanya sebuah permainan, hanya sebuah permainan ... (← Heni mencoba mencuci otaknya sendiri, dan mengulanginya dalam pikirannya tiga kali.)

Love : Sayang...

Tears : Ya sayang ~

Love : ....

Yuedi menatap satu kata yang diketik oleh Heni, dan membayangkan ekspresi canggung Heni. Yuedi merasa sangat bahagia. Sementara itu, Heni berbaring di tempat tidurnya, dia merasa integritas moralnya jatuh.

—————————-

Malam itu, ketika Heni online, Tears membawanya berlatih untuk menaikkan levelnya. Heni tidak ingin menjadi pemungut lagi, jadi dia juga memukul beberapa monster sesekali, tapi sayangnya, keterampilannya masih sangat mendasar, jadi itu sia-sia.

Sementara mereka tengah asyik membunuh monster, Yuedi menggunakan ponselnya untuk mengirim pesan teks ke Heni dan menanyakan apakah dia sudah merasa lebih baik atau belum. Pada saat yang sama, dia menggunakan Tears untuk berbicara pada Love di dalam game, jadi respons Heni agak lambat.

Heni : Aku sudah mendingan. Makasih ya atas perhatiannya. Besok kamu ada acara? Aku ingin mentraktir kamu dan Roni.

Yuedi : Sudahlah, tak perlu.

Heni : Tapi aku ingin mentraktir kalian, atau aku jadi merasa bersalah.

Yuedi : Oh, okelah kalau begitu. Jam berapa dan mau bertemu dimana?

Heni : Sehabis isya' aja, jam delapan aja kali ya. Kamu ingin makan apa?

Yuedi : Terserah kamu aja, kan kamu yang traktir.

Heni : Oke besok ketemuan di Fullmoon aja ya.

Yuedi : Sip, ntar aku kasih tahu Roni, sampai jumpa besok.

Heni : Ya.

Yuedi menggunakan tangan kanannya untuk mengirim pesan teks, sementara tangan kirinya mengendalikan keyboard-nya, bermain game.

Tears : Sayang, mengapa kamu diam?

Love : Oh, aku sedang mengirim SMS ke temanku.

Sudut mulut Yuedi melengkung, jawaban Heni menegaskan kecurigaannya tentang hubungan antara Heni dan Love. Karena dia tahu mungkin demam Heni masih belum sepenuhnya sembuh, Yuedi berpura-pura ingin tidur lebih awal, sehingga Heni bisa offline lebih awal juga, dan beristirahat. Setelah Yuedi melihat Love sudah offline, dia segera menghubungi Hendra.

Yuedi : Besok aku ada acara, mungkin aku tak bisa melakukan siaran langsung. Tapi tenang saja, aku sudah menyiapkan rekaman video untuk disiarkan. Buat jaga - jaga kalau aku belum datang.

Hendra : Kau begitu merepotkan akhir - akhir ini, meninggalkan penonton, melarikan diri di tengah siaran langsung, kau telah menyebabkan begitu banyak masalah! Dan sekarang kau juga ingin melakukan siaran rekaman. Tidakkah kamu peduli pada nasibku?

Yuedi : Aku begitu sangat peduli, makanya aku menyiapkan rekaman video.

Sebenarnya tidak ada masalah menyiarkan video rekaman, tetapi dengan siaran langsung mereka bisa secara langsung berinteraksi dengan penonton. Jika tidak ada interaksi seperti itu, itu akan terasa jauh lebih tidak menyenangkan. Jika tidak ada interaksi dengan penonton untuk waktu yang lama, maka mereka mungkin akan dimarahi oleh penonton dan dijuluki sebagai "siaran palsu". Tentu saja, kejadian seperti ini tidak berlaku untuk Yuedi, karena dia jarang berinteraksi dengan para pendengarnya.

Hendra : Apa ini ada hubungannya dengan kekasihmu?

Yuedi : Ya.

Hendra : Aku harap komputer kekasihmu meleduk, jadi dia tidak akan pernah online lagi!

Yuedi : Kau bilang apa?

Hendra : Oh, tak apa. Kirimkan aku rekamannya, itu jauh lebih baik daripada tidak melakukan apa - apa, ~~~!