1 Prologue

____________________________________

Tubuh ringkih itu dihempaskan dengan kuat dan kasar ke atas ranjang berbalut seprei berbahan sutra. Sedikit rintihan tanda rasa sakit terdengar dari mulut si empunya tubuh. Deru napas ketakutan beradu dengan napas penuh amarah dan nafsu juga mulai menggema sangat jelas karena ruangan yang begitu sepi.

Yang berbaring sesekali berujar dengan nada suara begitu lirih. Memohon agar tidak lagi diperlakukan dengan kasar dan berjanji bahwa ia akan melakukan semua yang diinginkan sosok di hadapannya itu tanpa perlu dipaksa. Namun, semua rentetan kalimat itu tidak didengar oleh yang bersangkutan. Entah tidak mau atau justru hanya berpura-pura tuli.

Sejurus kemudian, terdengar suara kain yang robek dan denting benda-benda kecil berjatuhan ke lantai. Teriakan sakit dan memohon ampun mulai terdengar di detik selanjutnya. Pemilik tubuh kurus bak seorang manusia kurang gizi itu nampak berusaha berontak dari kungkungan pemilik tubuh atletis yang kini asyik menjilati, menggigit, dan menghisap setiap jengkal kulit putih bagian atas tubuh.

Seberapa keras usahanya untuk lepas itu sama sekali tidak berarti. Tenaganya hanya terbuang sia-sia saja. Tidak ada jalan lain kecuali pasrah diperlakukan sebagai budak yang mesti melayani tuannya tanpa banyak protes. Hukuman menanti jika satu kata protes saja terucap.

"Kau yang menyetujuinya, Manis. Kau sendiri yang menandatangi kontrak itu!" Nada suara seduktif itu membuat bulu kuduk si Manis langsung meremang.

"A-Aku mohon-- aaahhh!" Suaranya tercekat dan berganti dengan erangan sakit yang perlahan berubah menjadi sebuah desahan.

"Teruslah mendesah seperti itu, Jalang! Teriakkan juga nama lengkapku!" Dia yang mendominasi itu berteriak frustasi sambil terus bergerak menghentak tubuh yang lebih lemah. "Ah, sialan! Lubangmu Masih terlalu sempit!"

Kegiatan panas itu dimulai tanpa persiapan apapun. Si Dominan memasukkan miliknya secara paksa tanpa bantuan liquid pelicin sama sekali. Tidak mau peduli kalau nyatanya lubang yang tengah digagahinya itu mengalami pendarahan hebat. Si empunya juga terlihat pasrah dan berusaha tetap sadar meski rasa pusing sudah menyerang kepalanya.

Sakit!

Terlalu sakit rasanya!

Bukan hanya tubuh, tetapi hati dan harga dirinya juga sangat sakit seperti diinjak-injak dengan sepatu berduri.

Akan tetapi, semua risiko harus ia tanggung akibat sikapnya yang selalu gegabah dalam mengambil sebuah keputusan. Mempertaruhkan tubuhnya untuk bisa mendapatkan uang dalam waktu singkat. Haruskah ia menyesal! Tidak perlu karena sudah sangat terlambat.

Bisakah ia mengulang waktu? Bisakah semua ini tidak pernah terjadi? Bisakah takdirnya berjalan dengan lurus seperti orang lain pada umumnya? Bisakah ia tidak pernah bertemu dengan satu hal yang bernama 'cinta'?

Bisakah? Bisakah?!

Maaf! Tidak akan bisa!

__________________________________

avataravatar
Next chapter