1 PROLOG

Waktu petang sudah berlalu sesuai dengan kehendak-Nya. Seorang gadis berparas cantik dengan kulit yang begitu indah serta mulus tengah bersiap-siap untuk menemani seseorang datang ke acara yang sudah ditentukan sebelumnya.

Peyvitta dengan santai menggunakan outfit yang simple. Peyvitta kali ini menggunakan celana jeans hitam, dengan atasan kaos putih polos yang dia padukan dengan jaket jeans. Penampilannya begitu simple.

Sekarang Peyvitta menunggu kedatangan Devian di kamarnya, tak lama dari itu Peyvitta melirik ke arah jam yang menggantung apik. Waktu sudah mendekati waktu yang sudah Devian katakan untuk menjemputnyaa.

Dengan begitu santai, Peyvitta melangkahkan kaki lenjangnya dengan cukup teratur. Belum sempat menunggu, tapi Peyvitta sudah melihat kalau orang yang dia tunggu sudah datang. Peyvitta langsung menghampiri Devian.

Senyuman indah Peyvitta ukirkan sambil menatap cowok yang memiliki hidung mancung dengan bola mata yang indah untuk dipandang. "Mau langsung pergi Kak?" tanya Peyvitta.

"Boleh."

Peyvitta akhirnya melangkahkan kaki menuju ke arah yang lain. Peyvitta membuka pintu mobil dan langsung masuk. Devian langsung melajukan mobilnya menuju ke tempat tujuannya.

*****

Sesampainya di sana, mereka melakukan berbagai acara yang rutin mereka lakukan, sampai akhirnya balapan dimulai. Jalanan sudah ditutup sengaja sebab ada banyak acara yang akan dilakukan oleh mereka yang termasuk anggota geng mobil.

Balapan dimulai dengan urutan tertentu dan sudah pasti untuk balapan antara ketua geng akan diadakan nanti pada akhir acara. Balapan antar ketua geng masing-masing ini biasanya dijadikan sebagai puncak acara dan menjadi penutup dari acara malam ini.

Sambil menunggu giliran mereka atau tidak menunggu giliran juga ada sebagian yang lebih memilih untuk menonton sambil menikmati minuman yang di dalamnya mengandung alkohol.

"Kak Dev mau minum?" Nada tanya Peyvitta terdengar ada sebuah kekhawatiran di dalamnya.

"Ya."

"Nanti setelah balapan saja ya, aku takut kalau minumnya sekarang nanti kenapa-kenapa."

Memang Peyvitta khawatir kalau ada sesuatu yang tidak dia inginkan malah terjadi di malam ini. Tidak, Peyvitta tidak mau kalau dirinya kehilangan Devian dan pada akhirnya dia merasakan kesendirian.

Devian menggelengkan kepalanya dan kembali meneguk minuman yang ada di tangannya. "Gue gak bakal kenapa-kenapa."

Pada akhirnya Peyvitta hanya bisa pasrah dan menyaksikan Devian yang tengah minum. Sepertinya ada sebuah hal yang sudah terjadi dan menjadi alasan kenapa Devian memilih untuk minum, karena Peyvitta tahu kalau Devian bukan orang yang suka mabuk.

Devian malam ini seperti sedang melampiaskan perasaannya. Semua hal yang sekarang Devian lakukan tidak jauh pasti alasan utamanya karena hal itu, sulit bagi Devian untuk menerima hal itu.

Waktu berlalu begitu saja. Sekarang hari sudah berganti. Acara yang sudah banyak ditunggu-tunggu semua orang akhirnya tiba. Sekarang giliran masing-masing ketua geng mereka yang balapan.

Mereka memarkirkan mobil mereka di tempat yang sudah di sediakan. Hanya ada 4 orang yang akan balapan dan dipisahkan menjadi 2 jalur di mana dalam satu jalur hanya terdapat 2 mobil.

Masing-masing dari pemilik mobil itu berdiri di depan mobil masing-masing dengan para cewek yang menemani mereka di sampingnya, baik itu pacar atau hanya sekedar model yang mereka pilih.

Peyvitta memperhatikan Devian sejenak. Peyvitta melihat kalau Devian sekarang sudah tidak sepenuhnya berada dalam kesadaran. "Kak Dev udah mabuk ya?" Nada bicara Peyvitta terdengar begitu lembut.

"Enggak."

Tatapan mata Peyvitta semakin menunjukkan kalau dirinya begitu sayang pada orang yang sekarang tengah dia pandang. "Aku gak mau Kak Dev kenapa-kenapa," jujur Peyvitta.

Dengan santai Devian menggelengkan kepalanya. "Tidak akan."

"Janji?" Peyvitta menaikkan jari kelingkingnya seperti anak kecil yang membutuhkan sebuah pegangan.

"Gue gak bisa janji untuk hal ini."

Mendengar jawaban yang baru saja keluar dari mulut Devian membuat perasaan yang sedari tadi sudah tidak beraturan menjadi semakin menjadi-jadi. "Hmm." Peyvitta agak kesulitan untuk mengutarakan perasaannya.

Dengan begitu lembut Devian mengusap puncak kepala Peyvitta. "Sudah, gue tidak akan kenapa-kenapa."

"Untuk masing-masing yang akan balap, silakan kalian masuk ke dalam mobil masing-masing."

Saat terdengar kalimat itu, maka para cewek langsung membuka pintu mobil untuk masing-masing orang yang mereka dampingi. Mereka langsung menutup pintu saat orang yang akan balapannya sudah masuk, sedangkan hal itu tidak berlaku untuk Peyvitta.

Peyvitta terlihat seperti orang yang belum ikhlas untuk melepas Devian untuk balapan. Sampai saat ini Peyvitta masih memperhatikan Devian dengan tatapan yang sangat terlihat penuh dengan kekhawatiran.

Devian melirik ke arah Peyvitta. Devian juga melihat kalau Peyvitta terlihat begitu khawatir sekarang. Devian tahu apa yang memberatkan Peyvitta untuk menutup pintu. "Gue gak bakal kenapa-kenapa."

"Hmm, aku khawatir."

Devian kembali keluar dari mobil, dengan santai dirinya memegang kedua bahu Peyvitta dan memperhatikan Peyvitta dengan tatapan yang terlihat begitu intens. Dalam tatapannya, Devian berusaha untuk menenangkan pacarnya.

Cup

Sebuah kecupan mendarat di kening Peyvitta, kecupan itu terasa penuh dengan sebuah kelembutan. Kelembutan dalam kecupan yang baru saja Devian berikan terasa begitu menenangkan hatinya, tapi tetap saja sebuah perasaan khawatir itu tidak hilang begitu saja.

"Jangan khawatir, kalau lo khawatir nanti pikiran gue gak bisa fokus."

Peyvitta menarik napasnya dalam-dalam sambil menenangkan hatinya. Saat dipikirkan ulang, Peyvitta juga kebingungan kenapa dirinya bisa khawatir sampai seperti ini, faktor pendukungnya adalah Devian yang sudah mulai mabuk.

"Aku dukung Kak Dev. Aku sayang Kak Dev."

Cup

Peyvitta mengecup pipi kanan Devian dengan kecupan yang penuh dengan ketulusan dan juga penuh kasih sayang. Peyvitta mengecup Devian sambil berjinjit, sebab tinggi badannya yang tidak seimbang dengan Devian.

Setelah itu, Devian mengangguk dan kemudian kembali masuk ke mobil. Peyvitta sekarang menutup pintu mobil saat Devian sudah berada di dalam. Semuanya sudah bersiap-siap dengan memainkan gas mobil mereka dan mencari posisi yang enak untuk berkendara.

Saat bendera hitam putih dikibarkan, mereka semua langsung menancap gas mobilnya dan balapan sudah dimulai. Balapan ini bukan semata sebab mereka mengejar uang, tapi melakukan hobby mereka dan juga menjaga jabatan mereka sebagai ketua.

Peyvitta masih merasakan yang namanya tegang saat menunggu kembalinya mereka semua. Sepanjang balapan berlangsung, Peyvitta hanya berharap dan berdoa kalau apa yang dia khawatirkan sejak tadi tidak terjadi.

Sebuah perasaan lega sekarang Peyvitta rasakan dan juga perasaan bahagia dia rasakan saat Devian keluar sebagai pemenang balapan malam ini. Sebuah tepukan terdengar begitu meriah saat orang yang mereka jagokan memenangkan balapan ini.

Semua cewek yang tadi menemani mereka saat start, akhirnya kembali berjalan untuk menghampiri cowok mereka. Begitu juga dengan Peyvitta, Peyvitta membuka pintu mobil dan akhirnya Devian melangkahkan kakinya keluar.

Saat Devian keluar dari mobilnya, Peyvitta langsung memeluk Devian dengan pelukan yang terlihat begitu bahagia. Di sini bukan hanya Peyvitta yang bermesaraan, yang lainnya juga sama, banyak yang memeluk, bahkan ada juga yang berciuman.

"Sayang ya?" tanya Devian saat Peyvitta masih memeluknya dengan penuh kelembutan.

"Sayang bangetlah, kalau gak sayang gak mungkin aku sekhawatir ini." Peyvitta mengerucutkan bibirnya manja.

"Sekarang gue gak kenapa-kenapa kan?"

"Ya enggak, lagian jangan sampai kenapa-kenapa."

*****

Saat di tengah perjalanan, Peyvitta kembali terpikir akan hal yang sudah dia rasakan saat tadi.

Kenapa gue bisa sampai takut kehilangan dia?

Peyvitta bertanya dalam hatinya sambil memandangi sebelah wajah Devian. Peyvitta tersenyum kecil setelah beberapa lama dia memperhatikan Devian.

Saat mobil sudah berhenti, Peyvitta memperhatikan Devian sejenak. "Kenapa aku takut banget kehilangan Kak Dev?"

Peyvitta menanyakan pertanyaan yang sudah sejak tadi terpikirkan di pikirannya. Peyvitta sendiri ingin tahu apa alasan yang membuat dirinya seperti ini.

"Tanyakan pada hati lo."

Peyvitta terdiam sejenak saat Devian mengatakan hal itu. Peyvitta memikirkan apa alasan yang kemungkinan membuat dirinya seperti ini. "Aku belum tahu akan hal itu, tapi jujur aku gak mau kehilangan Kak Dev."

"Kalau gak mau kehilangan gue, maka jaga gue."

"Aku sedari dulu juga jaga Kak Dev."

Peyvitta memang merasa kalau sedari dulu dirinya terus menjaga Devian, bahkan sampai suatu keharusan yang membuat dirinya melepas Devian saja belum dia lakukan, karena dia masih ingin bersama dengan Devian.

"Lo memang menjaga gue, tapi hati lo juga dijaga sama orang lain."

"Untuk hal itu aku tidak ikut campur. Itu di luar kendali aku."

"Lo harus bisa mengendalikan hal itu, kalau lo gak mau kehilangan gue."

avataravatar
Next chapter