6 Vol I 5 『The Great Demon Forest』

"AAaaGgghhhhHHgg,aaAAaaaaaa....! Bi--Bisa apa memangnya Pisau Pramuka untuk melawan monster seperti naga yang ber-level extreme ini...?!"

The Great Demon Forest. Tempat ini merupakan hutan besar yang ditinggali oleh para monster yang berlevel tinggi. Letaknya berdekatan dengan kastil raja iblis, mungkin karena itulah para monster itu bisa hidup di sini.

Tanah yang lembab, lahan yang subur, serta pepohonan yang tinggi dan lebat membuat lingkungannya tidak jauh berbeda dengan hutan hujan tropis. Hanya saja, kelihatannya ada beberapa jenis flora yang tidak kukenali hidup di sini. Sepertinya, tumbuh-tumbuhan tersebut memang berasal asli dari dunia ini, dan karena alasan itulah aku tidak dapat mengenalinya.

Salah satu dari monster yang hidup di hutan ini adalah Naga Berger. Benar, itu adalah naga yang sedang mengejarku saat ini. Naga tersebut memiliki indra penciuman yang tajam meskipun tidak selalu tepat. Meskipun dia termasuk ke dalam spesies naga, tetapi, dia tidak bisa terbang. Mungkin mereka bisa dibilang sebagai Ayam versi besar. Tidak, mungkin mereka bisa dibilang sebagai bentuk evolusi dari Ayam.

"Hi--... Hi...!"

Apa-apaan ini?

Karena tidak diantar ke kota, awalnya kupikir hanya karena jaraknya dekat. Tetapi. Mengapa malah jadi begini sih?!

Bukankah monster pada level awal itu harusnya yang mudah dikalahkan seperti slime...? Kalau lawannya adalah naga seperti ini, bukan tutorial lagi namanya. Ini malah lebih mirip seperti saat kau langsung meloncat pada level terakhir dan melawan boss tanpa pengalaman.

"Hee, HEE...!"

"Tolong...! Tolong...!"

Gawat! Masa iya aku akan mati tanpa melakukan perlawanan?!

Kalau begitu...

Aku harus menyerang balik.

Aku mengintip ke belakang, untuk mencari kelemahan dari Naga Berger.

Kelemahan, kelemahan.

Apa kelemahan dari naga yang biasanya ada di dalam game? Berpikirlah, diriku!

Aku menyadari sesuatu saat memperhatikan bentuk wajah naga tersebut.

Dia memiliki semacam bentolan tajam yang mengarah ke atas pada wajahnya, apa mungkin bentolan itu adalah kelemahannya?

Itu bisa saja, aku mungkin harus memotongnya untuk melumpuhkan pergerakannya.

Maka dari itu. Ini adalah giliranku untuk menyerang, Ayam Naga! Jangan diambil hati ya!

Namun, saat aku ingin berbalik...

Tidak. Tidak! Itu mustahil! Melihatnya saja sudah bikin merinding, apalagi mau mencoba menyerangnya!

Ditambah lagi, apa Pisau Lipat ini akan cukup kuat untuk menyerang kulit naga yang kelihatan sangat keras itu?!

... Tiba-tiba saja, gerakan Naga Berger tersebut semakin cepat, dan jika ini terus berlanjut, sepertinya naga tersebut akan dengan cepat bisa segera menyusulku.

"Hi... Hi...!"

Sial! Apa benar-benar tidak ada yang bisa kulakukan...?!

Disamping itu, kemana perginya si tuan putri tidak berguna itu? Kalau ketemu, akan kupastikan aku akan memoles kepalanya itu.

Padahal kami tadi bersama, kenapa dia tiba-tiba memisahkan diri dan berkata kalau punya sebuah rencana?!

***

"Oi Lort! Aku punya rencana, maka dari itu, tahanlah dia sebentar ya!"

"Ka--kau! Mengapa tiba-tiba---?!"

"Bertahanlah ya!"

"Woi! Woi...!"

***

Kalau saja rencananya tidak sesuai dengan ekspektasiku, aku pasti akan---...

"Hei, Lort!"

"Apa?! Kau sudah kembali ya?"

"Kelihatannya kau sedang kesulitan ya!"

Tentu saja aku sedang kesulitan dasar tuan putri bodoh! Bukankah kau sendiri yang meninggalkanku?

"Daripada itu, bagaimana soal rencana yang kau ucapkan tadi? Apa sudah siap? Kalau sudah, tolong cepatlah! Karena sepertinya aku sudah tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi!"

Meskipun dia itu sangat mengesalkan, tetapi saat dia berkata sudah memiliki rencana, aku bisa langsung jadi percaya padanya. Lagipula, dia adalah seorang tuan putri, dia pasti merupakan seseorang yang dapat diandalkan.

Aku mengandalkanmu tuan putri!

"Rencananya sudah siap kok! Kau hanya perlu berjalan lurus ke arahku dan melompat di atas pohon yang tergeletak persis di depanku ini!"

Pohon yang tergeletak di depannya? Apa yang dia maksudkan? Apa dengan melompat di pohon itu benar-benar bisa menyelematkanku dari situasi ini?

Saat memperhatikannya, aku menyadari sesuatu.

Mengapa di bagian kiri dan kanan pohon yang tergeletak itu kelihatannya tertutupi oleh pohon-pohon yang lainnya?

"Lompatlah yang tinggi Lort!"

Aku berlari ke arah Rord. Seperti yang dikatakannya aku akan melompat dengan tinggi saat berada di atas pohon yang tergeletak di depannya itu.

"Lompatlah yang sangat tinggi!"

Aku memijakkan kakiku pada pohon yang tumbang tersebut.

Dan saat aku melihat ke bawah, aku melihat jurang yang sangat dalam, jurang itu sangat sempit dan dalam sampai-sampai aku tidak bisa melihat apapun kecuali kegelapan yang tidak berdasar.

"Ju--Jurang?!"

Aku melompat dengan sekuat tenaga.

Naga itu sepertinya masih berada di belakangku.

Rord berada di depan tebing. Sepertinya dia berencana untuk menangkapku atau semacamnya.

Kalau begitu, akan kuikuti rencananya!

Sedikit lagi! Aku sudah dekat dengan Rord.

Aku hanya perlu menggapai tangannya saja, dan situasi hidup-mati ini akan selesai!

Rord mengulurkan tangannya agar aku bisa menggapai tangannya.

....

Lompatanku hampir saja tidak sampai, namun aku berhasil menggapai tangan sang tuan putri.

Aku berhasil!

Aku melihat ke arah jurang dan aku bisa mendengar suara dari Naga Berger jatuh ke dalamnya. Suara itu perlahan-lahan padam, sepertinya itu dikarenakan jurang itu benar-benar sangat dalam.

Itu hampir saja.

Aku sangat lega karena aku sudah baik-baik saja sekarang.

"Oke, aku sudah baik-baik saja! Tarik aku sekarang tuan putri!"

... Eh?

Tuan putri kelihatannya sedikit kesulitan, ia sudah menarikku dengan kedua tangannya tetapi dia masih terlihat sangat kesulitan sampai-sampai suara ngedennya terdengar dengan sangat jelas.

"Be--berjuanglah tuan putri!"

"Berisik...! Iiiiiiiiyaaaaah.....!"

Dia berhasil menarikku ke atas dengan sekuat tenaga dan membuatku terjatuh ke depan.

Tuan putri juga terjatuh, tapi sepertinya dia baik-baik saja.

Jantungku berdetak sangat kencang, nafasku juga jadi ngos-ngosan karena kelelahan berlari.

Tuan putri sepertinya juga merasakan hal yang sama.

"Yang barusan itu nyaris saja, namun, syukurlah kita berakhir baik-baik saja...!"

"... Ya, kau benar!"

Sudah lama sekali sejak aku lari-larian seperti itu, sepertinya itu benar-benar membuatku sangat kelelahan.

Aku mengalihkan pandanganku pada jurang tempat naga tersebut jatuh untuk memastikan sesuatu.

"Naga itu... benar-benar sudah jatuh kan?"

"... Seharusnya sih sudah..."

Kalau aku tadi jatuh seperti naga tersebut, kira-kira apa yang akan terjadi kepadaku...? Itu terdengar sangat menyeramkan, aku tidak ingin membayangkannya.

"Hei tuan putri. Aku ingin menanyakan sesuatu..."

"Ada apa?"

"Bagaimana kau bisa memikirkan rencana seperti ini? Dan juga, bagaimana bisa kau bisa tahu kalau ada jurang di sekitar sini?"

"Ah itu. Hanya kebetulan saja. Aku tidak sengaja melihat jurang ini saat sedang memikirkan sebuah rencana. Aku sedang menggambar-gambar di tanah untuk menyusun sebuah rencana, tetapi karena melihat jurang ini, aku jadi kepikiran soal rencana ini. Bagaimana? Aku jenius kan?"

Bicara soal cerdik... Tunggu sebentar, jadi dia tadi meninggalkanku tanpa memiliki sebuah rencana...?

Yah, yang penting sekarang kami sudah baik-baik saja. Naga itu juga sepertinya tidak akan kembali lagi. Jadi menurutku tidak apa-apa untuk dia sedikit besar kepala.

"Ya, kau benar, kerja bagus. Kau benar-benar sangat cerdik, tuan putri."

"Nah, begitulah seharusnya. Pujilah aku lebih banyak."

"Ya. Ya. Kau sangat cerdas tuan putri."

Akibat peristiwa ini, aku rasa pandanganku padanya lumayan sedikit berubah.

***

Cuacanya sudah mau gelap. Bergerak pada malam hari juga kelihatannya tidak efisien. Apalagi, karena senjata yang kumiliki saat ini hanyalah Pisau Pramuka.

"Kurasa sekarang kita harus bergegas untuk pergi ke kota, apa aku benar tuan putri--?"

"Hei, kau tahu! Aku ini juga punya nama loh. Namaku adalah Rord, bukankah aku sebelumnya pernah bilang? Dan juga, pilihlah satu panggilan, jangan gonta-ganti seperti itu terus. Aku jadi merasa tidak nyaman tahu!"

Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba memasang wajah cemberut begitu?

"... Erm, Rord."

"Iya! Iya! Ada apa?"

Setelah aku mengatakan namanya, tiba-tiba wajahnya yang cemberut itu berubah menjadi senang, tidak, mungkin lebih tepatnya kelihatan tertarik.

"Bukankah kita sekarang seharusnya bergegas untuk pergi ke kota...?"

"Bergegas?"

"Iya benar, langitnya sudah mulai gelap dan aku rasa kita tidak akan bisa sampai tepat waktu. Maka dari itu kurasa kita harus bergerak lebih cepat."

"... Meskipun kau berkata begitu, tetapi sepertinya akan mustahil untuk pergi ke kota sebelum langit gelap dengan berjalan kaki begini loh."

... Eh?

Apa kota awal lokasinya sejauh itu?

"Memangnya sejauh itu ya?"

"Iya benar, bahkan walaupun kita bergerak dengan cepat, kurasa kita tidak akan bisa sampai ke kota dengan tepat waktu."

"... Kira-kira kapan kita bisa sampai?"

"Kalau kita cepat, mungkin kita bisa sampai dalam waktu 2 hari."

... Eh?!

Jadi, tempat ini bahkan tidak dekat dengan kota awal ya?

Yah, itu wajar saja. Lagipula, mana mungkin kastil raja iblis terletak dekat dengan kota awal dimana lokasi para petualang pemula berada.

***

"Langit sudah hampir gelap dan sepertinya sebentar lagi akan malam hari. Dan kau sudah melakukan hal ini sejak sore, tetapi... Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan?"

"Aku sedang membuat tenda loh! Tenda!"

Bertahan di alam liar seperti ini menurutku sangat mustahil tanpa membuat tempat berlindung. Setidaknya, walaupun kau berhasil pada hari pertama, hari kedua pasti tidak akan berjalan dengan lancar.

Dengan memakai dua pohon yang berdekatan, aku akan menaruh kayu gelondongan diantaranya, dan menyebarkan kayu yang banyak pada kayu tersebut secara berjejer serta menaruh perdu padanya untuk membuat tenda.

"Daripada itu, bantulah aku Rord!"

"Oh. Baiklah! Kurasa aku tidak punya pilihan! Bantu membuat tenda kan? Serahkan saja padaku!"

"... Tidak. Kau carilah ranting-ranting pohon yang kering."

"Eh? Ba--baiklah! Aku hanya harus mencari ranting-ranting pohon seperti yang ini kan?"

Dia menunjuk ke arah sebuah batang pohon.

"Bukan, itu batang pohon."

"...?! Kalau begitu yang mana?"

Bahkan perbedaan ranting dan batang pohon saja tidak tahu. Dia ini, pernah sekolah apa tidak?

Aku menunjukkan ranting pohon yang ada pada tangan kiriku.

"Ranting pohon itu seperti ini. Ingatlah dengan baik, Rord."

"Aku sudah paham! Baiklah, aku akan mengingatnya!"

Rord pun pergi dengan tatapan cemberut untuk mencari ranting kayu.

"Carilah yang banyak ya!"

"... Baik."

....

Pada awalnya, aku sangat tidak menduga bahwa petulangan di dunia lain yang kukira akan sangat luar biasa ini bisa berubah menjadi acara kamping liar seperti ini.

Tak ada peralatan basic, bahkan tenda pun harus dibuat sendiri. Kemana perginya petualangan yang menyenangkan itu?

Apa-apaan yang sebenarnya sedang terjadi di sini?

Padahal aku dipanggil ke sini untuk berpetualang dan mengalahkan raja iblis. Lantas, petualangan macam apa ini?

Menghela nafas saat menatap langit, aku lalu kembali melanjutkan pekerjaanku untuk membuat tenda.

***

Dengan ranting-ranting kayu yang sudah di pungut oleh Rord, aku akan memakainya untuk membuat api.

Dengan tinder, ranting kecil yang diambil Rord, dan kayu bakar dengan ukuran besar. Aku akan membuat api.

"Pertama-tama aku akan membuat sarang tinder. Sarang kecil pun tidak masalah, karena ini hanya dibutuhkan sebagai wadah api pertama. Yang kedua adalah membuat teepee, tumpukan kayu tempat api akan terbakar nantinya. Dan dengan bahan-bahan lainnya, aku akan membuat fireboard, drill, busur, dan soket. Jika saja ada pemantik, mungkin aku tidak akan perlu repot-repot membuat semua ini. Sisanya aku hanya harus menyiapkan papan api dan menyalakan apinya dengan membuat bara.----"

"----Hei."

Rord menatapku saat aku sedang berusaha untuk membuat api.

"Aku sudah memerhatikanmu dari tadi, tapi, apa yang sebenarnya sedang kau lakukan? Dan juga, kau sedang bicara dengan siapa?"

"... Apa kau masih belum paham juga? Aku akan membuat api loh, api. Langit sebentar lagi akan gelap, dan kita butuh setidaknya cahaya untuk penerangan. Cahaya dari bulan saja tidak akan banyak membantu, maka dari itu api akan lebih efisien, ditambah, kita membutuhkan kehangatan yang bisa di dapat dari api."

Setelah aku selesai menjelaskan, Rord hanya diam termenung saja sembari menatapku.

"... Kamu ini, ternyata hebat juga ya."

"...Biasa saja kok ... Dan juga, itu pujian, atau hinaan?"

"Hah? Aku memujimu kok..."

Pujian ya... Biasanya aku hanya menerima sebuah pujian saat sedang bermain game. Itupun kurasa mereka tidak sedang memujiku, melainkan mereka memiliki perk untuk mengatakan "GG" setelah pertandingan selesai. Dan entah kenapa, ini membuatku merasa sedikit senang.

"Yah, di sekolah dasar dan menengah dulu aku pernah mengikuti ekskul pramuka, mungkin karena itulah aku jadi lumayan paham mengenai hal-hal seperti ini."

"Heeh..."

***

Api sudah menyala, tenda juga sudah selesai dibangun. Sisanya hanya perlu menaruh alas dan tenda ini sudah akan siap.

Langit juga sudah gelap, kurasa sekarang sudah waktunya untuk tidur dan mengistirahatkan diri.

Aku melihat ke arah Rord yang memakai baju tidur.

"Hei Rord, bagaimana bisa kau tiba-tiba memakai baju tidur? Darimana kau mendapatkannya?"

"Pertanyaanmu tidak penting, jadi aku tidak akan menjawabnya."

"Kenapa kau ini? Padahal aku hanya menanyakan pertanyaan biasa, tetapi kau malah jutek begitu..."

"Karena kita punya genre komedi, seharusnya hal semacam ini tidak perlu dipermasalah kan?"

Tetapi... Tuan Putri Rord ini, auranya terasa sangat berbeda dibandingkan biasanya. Baju tidurnya lebih tertutup daripada dengan pakaian yang biasa ia pakai. Meskipun begitu, aku rasa pakaian tidurnya ini jauh lebih imut dibandingkan dengan pakaian biasanya yang terlihat terbuka.

Yah, selera orang beda-beda. Dan aku tidak bisa memaksakan Rord untuk memakai pakaian yang kuiinginkan.

... Aku rasa aku adalah pria yang lebih menyukai gadis yang lebih tertutup soal pakaian.

"... Kenapa kau menatapku begitu?"

"... Tidak, aku hanya merasa jika kau terlihat cocok memakai pakaian yang lebih tertutup seperti itu."

"Daripada itu, sekarang sudah waktunya untuk tidur. Mari kita akhiri hari ini dengan terlelap di tenda buatan sendiri ini!"

... Eh? Responnya agak berbeda dengan apa yang kubayangkan. Padahal kupikir dia akan jadi seperti "A--Apa maksudmu berkata seperti itu? Bu--bukannya aku senang atau semacamnya karena dipuji olehmu ya!" atau "Be--berisik! Aku memakai pakaian ini bukan untukmu, jadi jangan salah paham ya!" Atau kata-kata yang mirip dengan itu..

"... Ya, kau benar. Sisanya, kita hanya perlu berharap tumpukan kayu yang ada di atas ini tidak akan roboh dan jatuh mengenai wajah kita saat sedang tidur."

"... Hei, Lort. Aku rasa kau baru saja mengatakan suatu persoalan yang serius..."

"Aku hanya bercanda saja kok."

"... Aku tidak yakin soal itu."

Tenda darurat ini kurasa sangat tidak efisien, tidak menutup kemungkinan jika nanti malam hujan bisa saja turun. Aku harap ini akan bekerja...

"Kalau begitu aku mau tidur!"

"Tunggu!"

"A--Ada apa?"

Aku mengambil ranting kayu yang ada di tanah, dan mulai mengitari tenda.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku sedang membuat lingkaran."

"Mengapa kau membuat lingkaran?"

"Agar dapat mengusir beruang."

"Di zaman seperti ini kau masih percaya dengan mitos seperti itu ya..."

"Berisik. Ini penting tahu. Berterimakasihlah kepadaku nantinya jika kita selamat berkat lingkaran ini."

Aku mengitari tenda dan membuat lingkaran di tanah sekeliling kami.

"Dengan begini sudah siap. Hoi Rord, tadi kau bilang jika ini sudah waktunya untuk tidur kan? Nah, ayo, mari tidur. Mari tidur..."

"Tu--tunggu! Apa kau berniat untuk tidur di sampingku?! Aku yakin. Kau pasti berniat untuk mencuri kesempatan dan melakukan hal-hal tidak kepadaku kan?!"

"Hah...? Tentu saja tidak, dasar kau ini. Tidakkah kau melihatnya? Benda itu?"

Aku menunjuk ke arah benda yang berada di tengah-tengah tenda.

Benda itu merupakan bantal penghalang untuk memisahkan jarak antara kami berdua.

"Bantal penghalang?"

"Ya, benar. Aku sudah berpikir jika situasi seperti ini pasti akan terjadi. Maka dari itu, aku sudah menyiapkannya lebih dulu."

"O--oh... jadi kau sudah memikirkannya ya?"

....

"Kau tidur di sisi kanan dan aku di sisi kiri, mengerti, Lort?"

"Oke."

"... Kalau begitu, aku tidur duluan."

Rord berjalan ke sisi kiri tenda dan berbaring di sana.

"Kalau begitu, aku juga. Permisi..."

Aku mengikuti Rord dan berbaring di sampingnya.

"Ho--Hoi! Kenapa kau juga ke sini? Bukankah tempatmu itu di sebelah sana?!"

"Aku hanya bercanda, bercanda. Aku tidak akan menganggumu, jadi tidurlah dengan nyenyak."

Aku lalu berdiri dan berbaring di sisi kanan tenda.

Yah, tapi itu bohong sih...!

Saat dia sudah tertidur, aku akan menyingkirkan bantal penghalang yang menganggu ini dan berbaring ke sebelahnya. Tidak lupa juga, jika dia masih bangun, ini akan membuat situasi romansa antara pria dan wanita di ranjang. Atau mungkin jika dia masih belum bangun, aku akan melakukannya sendiri pada tubuhnya yang tidak terlindungi itu! Ha Ha Ha...

Semuanya berjalan persis seperti yang aku rencanakan...

***

Beberapa jam kemudian.

Beberapa jam telah berlalu sejak aku memikirkan itu.

Aku sempat beberapa kali hampir tertidur, tetapi entah bagaimana, aku masih bisa menahannya.

Dia... sudah tertidur kan?

Aku mencoba untuk mengintip ke sebelah, untuk melihat kondisi Rord.

Bagus, sepertinya dia benar-benar sudah tertidur.

Saatnya menjalankan rencana.

Aku memindahkan bantal penghalang dari tengah tenda ke tempat sembarang, dan mencoba untuk berbaring di sebelah Rord dan berhadap-hadapan dengannya.

Saat sedang tertidur seperti ini, wajahnya benar-benar terlihat imut... Dia terlihat seperti seorang gadis polos berhati baik yang selalu kau impikan. Kalau dipikir-pikir lagi, saat dia tersenyum, dia juga terlihat seperti ini. Kurasa perkataan soal wajah gadis yang sedang tertidur seperti malaikat itu benar-benar nyata. Yah, bedanya dia ini iblis sih.

Bibirnya yang mulus itu benar-benar memikatku dan aku mulai mendekat ke wajahnya.

Bau perempuan itu, wangi sekali ya...

Wangyy tuan putri...

Gawat. Jantungku jadi berdebar-debar.

Uuhh.... Meskipun sebelumnya aku sempat berpikir untuk melakukan sesuatu, tapi saat sudah dekat seperti ini, entah mengapa aku malah jadi malu-malu sendiri.

Karena merasa berdosa, aku pun berbalik dan menghadap ke arah yang berlawanan dengan Rord.

I--ini bukan tindakan kriminal kan?

Maksudku, dialah yang membiarkan tubuhnya penuh celah begini, dan dia jugalah yang telah mengizinkanki untuk tidur di sebelahnya. Sampai memperbolehkan seorang pria untuk tidur di sampingnya, bukankah itu tidak hanya karena situasi sedang darurat saja? Sehingga memaksa kami untuk tidur bersampingan begini. Tetapi, itu artinya bisa saja dia memang sengaja membuatku untuk tidur di sampingnya dari awal. Tidak, meskipun dia memperbolehkanku untuk tidur bersama, apa itu sudah cukup untuk sebagai bukti jika aku tidak bersalah?

Rileks, santai saja, bawa santai saja...

Lagipula di hutan ini, kecil kemungkinan ada orang yang sedang kemping seperti kami, dan jarak ke pemukiman juga sepertinya masih jauh dari sini. Tidurnya Rord kelihatannya juga nyenyak sekali, kecil kemungkinan jika dia akan bangun. Meskipun dia bangun, kurasa aku bisa berpura-pura sedang mengingau. Tidak, kurasa berpura-pura ngigau itu terlalu mudah untuk disadari, dan juga kurasa Rord tidaklah sebodoh itu.

Sial... apa tidak ada alasan untuk mengganti statusku menjadi tidak bersalah...?

Saat aku memikirkan itu, tiba-tiba saja Rord menarik bajuku.

...?!

A--Apa? Apa dia sudah terbangun dari tidurnya?

Aku memalingkan wajahku untuk mengintip.

Dia masih tertidur...

... Lagipula mangsa sudah ada di depan mata. Persetan dengan hukum! Kalau begitu...

Sikat aja bos...!

....

Singkat cerita. Karena Lort merasa bersalah, pada akhirnya dia tidak berhasil melakukan apapun. Dia mengembalikan bantal penghalang kembali ke tengah dan pergi tidur di sisi kanan tenda..

avataravatar
Next chapter