webnovel

Lonely Moon

Ryan adalah seorang pemuda yang memiliki banyak permasalahan sejak masa kecilnya. Dia menghabiskan hidupnya untuk mencari makna dari kehidupannya. Sampai suatu ketika, Lisa yang merupakan teman SMAnya kembali lagi ke dalam kehidupannya. Hari-hari tenang yang dialami oleh Ryan pun berakhir. Permasalahan-permasalahan mulai bermunculan kembali di dalam kehidupannya. Belum lagi ada wanita lain yang bernama Bella juga ikut mewarnai kehidupan Ryan. Sampai pada akhirnya, dia pun membuat suatu pilihan yang merubah hidupnya selamanya.

AliefK · Teen
Not enough ratings
6 Chs

Chapter 1 - Hari Permulaan

19 Tahun Kemudian

AKU

saat ini berumur 25 tahun. Usia dimana kebanyakan orang memulai hidupnya untuk mencari pekerjaan demi mencukupi kebutuhannya. Dan seperti kebanyakan orang tersebut, aku juga Sudah mendapatkan pekerjaan pertamaku sesaat setelah lulus dari bangku kuliahku. Entah bagaimana caranya aku dapat menjalani kehidupanku ini sampai saat ini. Tetapi satu hal yang tidak berubah di dalam hidupku, yaitu tidak terjawabnya pertanyaanku ketika usiaku 6 tahun dulu.

Hari ini adalah hari Senin, seperti orang pada umumnya aku menjalani rutinitasku dengan melakukan pekerjaan sehari-hari. Aku biasa memulai pagi dengan cara minum secangkir kopi hangat dan ditemani oleh pemandangan padatnya jalanan ibu kota di pagi hari dari atas gedung kantorku. Aku memang biasa berangkat lebih awal dari jam masuk kantor. Hal itu ku lakukan bukan karena aku terlalu bersemangat atau ingin terlihat rajin di mata orang lain. Tetapi, aku hanya bingung akan melakukan apa ketika di kamarku setelah bangun pagi dan aku lebih menyukai memperhatikan keadaan jalanan di pagi hari.

Ketika aku mulai hanyut dengan lamunanku, aku dikejutkan oleh salah satu rekan kerjaku yang bernama Deni.

"Hei, lihat apaan kamu? Melamun saja." Tegur Deni sambil menepuk lenganku.

"Biasa lah lihat jalanan, sudah jam masuk nih. Ayo balik kerja." Jawabku.

Deni adalah salah satu rekan kerjaku. Kami berdua masuk ke perusahaan ini hampir bersamaan. Bisa dibilang kami satu angkatan di perusahaan ini.

"Duluan saja, aku mau menghabiskan minumku dulu." Balas Deni.

Setelah mendengar jawaban itu aku langsung meninggalkan cafeteria dan beranjak menuju kursiku. Aku memang kurang bisa berkomunikasi secara santai dengan orang-orang di sekitarku. Mungkin lebih tepatnya aku sedikit menutup diri. Aku hanya akan berbicara jika perlu dan hanya akan diam atau bahkan meninggalkan tempat itu ketika aku merasa tidak nyaman. Ku kira aku adalah seorang introvert, namun sepertinya lebih dari itu. Seperti ada rasa tidak percaya dan enggan untuk berharap terhadap orang lain. Entah sejak kapan aku menjadi pribadi seperti ini, tetapi aku sendiri pun tidak nyaman dengan kepribadianku ini.

Waktu terasa cepat berlalu ketika pekerjaan yang dihadapi sangat banyak dan tidak terasa Sudah menunjukkan waktu jam pulang. Aku pun bergegas untuk segera pulang. Kebetulan tempat tinggalku berada tidak terlalu jauh dari kantorku sehingga aku biasanya pulang pergi dengan berjalan kaki sambil menikmati keramaian jalan ketika jam pulang kerja. Seperti biasa, Jakarta selalu macet ketika jam pulang kerja. Jalanan dipenuhi oleh motor dan mobil serta kebisingan dari suara klakson yang bersautan. Bahkan trotoar tempat pejalan kaki pun juga ikut diramaikan oleh para karyawan yang berjalan secara perlahan dengan capeknya setelah bekerja seharian penuh. Saat ini aku sedikit merasa pusing, mungkin karena hari ini banyak kerjaan. Dan tanpa sengaja aku menabrak seorang wanita yang sedang berpapasan denganku. Aku meminta maaf secara spontan tanpa melihat ke arah wanita tersebut dan melanjutkan perjalananku menuju tempat tinggalku. Tetapi aku dikejutkan oleh tarikan seseorang yang meraih tasku dan dengan terkejut aku melihat ke belakang.

"Eh, kamu Ryan kan?" Sapa wanita itu dengan senyumnya.

"Iya, maaf ini siapa ya?" Jawabku kebingungan.

"Ini aku Lisa, teman SMAmu. Masa kamu lupa sih?" Jawabnya dengan atidak kecewa.

"Oh iya Lisa, sorry aku atidak lupa." Jawabku.

"Ah kamu memang dari dulu seperti itu orangnya. Suka tidak perhatian ke orang lain." Jawabnya dengan kecewa lagi.

"Kamu kelihatan beda sih jadi aku tidak ngenalin." Jawabku dengan spontan.

"Ah bisa aja, eh btw Sudah makan belum? Makan bareng yuk sambil bernostalgia." Ajaknya.

"Wah sorry aku tidak pusing nih. Lain kali saja ya." Jawabku dengan malas.

"Sudah aku tebak kamu akan Jawab seperti itu. Sudahlah ikut aja." Jawabnya sambil menarik tanganku secara paksa.

Akhirnya kami sampai di salah satu tempat makan yang tidak jauh dari lokasi tadi. Sembari menunggu pesanan kami tiba, kami saling berTanya bagaimana kabar masing-masing. Lisa merupakan salah satu dari beberapa orang yang dekat denganku di SMA. Hal itu karena kami 2 tahun ada di kelas yang sama dan sering berada di kelompok yang sama. Dari segi penampilan, Lisa juga orang yang menarik. Dengan tubuh proporsionalnya dan rambut panjang tergerai lurus serta kepribadian yang mudah bergaul membuat Lisa menjadi salah satu orang yang terkenal di angkatanku. Berhubung kami melanjutkan kuliah di kampus yang berbeda, kami Sudah mulai tidak saling kontak satu sama lain. Setelah lulus kuliah, Lisa juga mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan di Jakarta yang kantornya tidak terlalu jauh dari tempatku bekerja.

"Eh btw bagaimana nih? Masih single?" perTanyaan yang memecah suasana ketika aku sedang menikmati makananku

Hal tersebut tidak membuatku terkejut lagi karena Lisa memang orang yang suka frontal ketika menanyakan sesuatu.

"Iya masih single." Jawabku singkat.

"Hah orang seperfect Ryan masih single? Masa tidak ada yang mau sama cowok bak model sepertimu." Jawabnya dengan terkejut.

Aku hanya tersenyum menanggapi pembicaraan ini karena aku memang kurang tertarik dalam hal percintaan. Setelah itu kami melanjutkan menyantap makanan kami.

"Kamu sudah ketemu sama papamu yan?" Tanya Lisa.

Sekali lagi, karena rasa penasaran Lisa yang sangat tinggi dan sifatnya yang frontal dengan mudahnya dia berTanya seperti itu.

"Sudah tidak perlu dibahas masalah ini." Jawabku dengan nada kesal.

Suasana canggung menyelimuti kami hingga hidangan kami habis. Kami saling berdiam diri dan fokus menghabiskan makanan kami masing-masing tanpa bercakap sepatah kata pun. Setelah kami membayar bill makanan kami, Lisa pun mulai mengajakku berbicara lagi

"Eh sorry ya masalah tadi." Sesalnya.

"Iya tidak apa-apa kok." Jawabku.

"Minta kontakmu dong agar kita bisa komunikasi lagi." Ucap Lisa sambil menyodorkan HPnya kepadaku.

Kami pun saling bertukar kontak. Biasanya aku tidak dengan mudah memberikan kontakku ke sembarang orang karena aku tidak mau terlalu banyak berinteraksi dengan orang lain. Tetapi, karena ini Lisa yang Sudah ku kenal jadi aku memberikannya dengan mudah. Setelah itu kami pun berpisah dan pulang ke tempat masing-masing.

Sesampainya di apartmenku, aku langsung mandi untuk menyegarkan badan dan pikiranku. Dinginnya air di malam hari menusuk sekujur badanku dari kepala hingga kaki. Memberikan kesegaran dan melepas penat seharian. Setelah itu aku menghabiskan waktu untuk bersantai dengan menonton TV. Aku duduk di sofa depan TV dengan meminum soda kalengan. Tiba-tiba terdengar bunyi pesan masuk di HPku. Aku Sudah menebak yang mengirim pesan tersebut adalah Lisa. Dan sesuai dugaanku ternyata Lisa yang mengirim pesan tersebut.

"Lagi ngapain nih?" Tanya Lisa.

"Lagi santai aja nonton TV." Jawabku sambil meneguk minumanku.

"Tanya balik lah, jahat banget." Ketus Lisa.

Setelah itu aku menuruti kemauan Lisa dan kami pun mulai chattingan sampai tengah malam membahas masa-masa SMA. Mungkin karena aku terlalu lelah hari ini sehingga aku pun tertidur di sofa ketika TV masih menyalah.

Keesokan harinya aku pun menjalani rutinitas seperti biasa. Bekerja hanya untuk menjalani hidup. Kalau boleh jujur, aku tidak terlalu tertarik dengan uang atau pun kekayaan. Karena pencapaianku saat ini bagi orang lain Sudah dapat membahagiakan diri, tetapi hal itu berbeda denganku. Entah apa yang aku cari. Aku pun tidak mengetahui hal tersebut.

Hari pun cepat berlalu seperti biasa. Ketika aku hendak berniat pulang, seketika aku terpikir untuk mengajak Lisa makan malam. Bukan karena hal-hal romantis yang dipikirkan kebanyakan orang. Hanya saja aku merasa bosan dan berniat untuk mencari kegiatan lain. Aku pun menelpon dia.

"Malam ini kosong tidak? Makan malam yuk?" Tanyaku kepada Lisa.

"Hah? Tidak salah nih? kamu mengajakku makan malam?" Tanya Lisa terheran-heran.

"Mau tidak? Kalau tidak mau ya sudah." Jawabku dengan kesal.

"Haha mau dong pasti tapi agak malaman ya? Masih ada kerjaan nih." Jawab Lisa.

"Oke, nanti kabarin saja." Jawabku sambil mengambil tas untuk segera pulang.

Aku pun langsung kembali ke apartemenku. Sekitar satu jam lebih aku sudah menunggu Lisa sambil menonton TV. Karena sudah merasa lapar aku pun mengirim pesan ke Lisa.

"Masih lama tidak? Sudah lapar nih." Tanyaku.

"Sudah selesai nih, kamu kesini aja." Jawab Lisa.

Aku pun bergegas untuk menjemput Lisa. Kali ini aku berangkat dengan mobilku karena aku berniat untuk mengantar Lisa pulang. Sesampainya di depan kantornya, aku terkejut dengan orang di sebelah Lisa, seorang wanita yang tingginya tidak setinggi Lisa dengan rambut terurai sepanjang bahu. Berbeda sekali dengan penampilan Lisa yang saat ini mengikat rambut panjangnya. Ternyata Lisa berniat mengajak temannya. Sebenarnya aku kurang merasa nyaman dengan orang asing tetapi karena sudah berada di sana dan sudah terlihat oleh mereka, jadi apa boleh buat.

"Cepetan naik, tapi jangan di belakang semua. Aku tidak mau jadi supir." Seruku terhadap mereka.

Mereka pun bergegas masuk ke dalam mobilku. Lisa yang duduk disebelahku memperkenalkan temannya.

"Eh sorry ya aku mengajak teman. Karena sudah ada janji duluan sih sama dia." Ucap Lisa

"Iya santai aja." Jawabku.

"Eh btw kenalin ini sahabatku namanya Bella." Ucap Lisa sambil menunjuk temannya yang duduk tepat di belakangku

"Salam kenal ya, aku Ryan." Sapaku kepada Bella dengan melihat dia dari kaca mobilku.

"Iya salam kenal juga Mas Ryan, aku Bella." Ucap Bella.

"Eh santai aja, tidak perlu panggil mas lah." Jawabku.

"Oh iya Ryan." Jawab Bella sambil tersenyum.

"Bella memang orangnya kalem Yan." Sahut Lisa.

"Iya, tidak sepertimu." Jawabku memecah suana dan mereka pun tertawa.

"Mau makan di mana kita?" Tanyaku kepada Lisa.

"Ke mall aja yuk? pilihannya banyak." Jawab Lisa.

Aku pun menuruti permintaan Lisa karena aku sendiri juga tidak tahu akan ingin makan apa. Sesampainya di mall, kami segera mendatangi salah satu tempat makan. Kami pun langsung memesan berbagai makanan karena sudah merasa lapar. Kami menyantap makanan kami sambil berbincang-bincang agar aku dapat segera akrab dengan Bella. Ternyata Bella adalah teman dekat Lisa di kantornya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama sehingga keakraban mereka sangat terasa. Setelah ku perhatikan, Bella merupakan orang yang lemah lembut dan sopan. Berbeda 180 derajat dengan Lisa. Bella memiliki tubuh yang mungil jika dibandingkan dengan Lisa. Ditambah dengan suara lemah lembutnya membuat Bella tampak menarik.

Setelah kami menghabiskan makanan kami dan beranjak pulang, Lisa pun membuka pembicaraan.

"Makasih ya Yan sudah ditraktir." Ucap Lisa dengan tersenyum.

"Iya makasih ya Yan." Ucap Bella mengikuti Lisa.

"Ah iya. Kan aku yang ajak kalian makan." Jawabku kepada mereka.

"Nah sebagai gantinya karaokean yuk." Ajak Lisa.

"Males aku, capek, balik aja yuk." Jawabku dengan lemas.

Mengingat sifat Lisa yang seperti itu, dia tidak meghiraukan jawabanku serta langsung menarik tanganku dan Bella ke arah tempat karaoke sambil berkata.

"Ah sudah ikut aja, aku yang bayarain, tidak ada kerjaan juga kan kamu Yan." Ucap Lisa sambil menyeretku.

Aku sempat menarik tanganku dan terlepas dari genggaman Lisa. Tetapi tangan Lisa langsung menggapai tanganku dan menariknya lagi dengan kuat. Aku pun akhirnya pasrah karena melihat Bella juga pasrah ditarik oleh Lisa. Mungkin karena kami berdua sudah paham dengan sifat Lisa yang tidak akan menerima kata tidak dari orang lain.

Kami pun sampai di tempat karaoke dan segera memesan ruangan beserta makanan ringan dan minuman. Sesampainya di dalam ruangan, Lisa segera mengambil mic dan langsung bernyanyi dengan semangatnya. Setelah Lisa selesai bernyanyi, dia memberikan micnya kepada Bella. Bella pun bernyanyi menggantikan Lisa. Saat Bella bernyanyi dengan merdunya, Lisa pun berbisik kepadaku.

"Habis ini kamu nyanyi ya." Ucap Lisa.

Aku hanya terdiam mendengar ucapannya. Jujur saja aku tidak pernah bernyanyi di depan orang lain. Karena Lisa yang meminta dan aku enggan untuk berdebat dan dipaksa lagi oleh Lisa akhirnya aku hanya menganggukan kepalaku. Sambil menunggu giliran untuk bernyanyi, aku pun memakan cemilan yang telah disediakan. Ruangan yang dingin membuatku merasa ingin memakan cemilan lagi sampai aku tersadar oleh tepukan Lisa untuk memintaku segera bernyanyi.

Aku pun segera beranjak dan mengambil mic dari Bella. Setelah memegang mic, aku kebingungan untuk menyanyikan lagu apa. Melihatku yang hanya berdiri dan terdiam, Lisa segera berdiri dan mengambil mic yang lain sambil berkata.

"Duet aja yuk. Kita nyanyi lagu perpisahan angkatan kita dulu aja." Ajak Lisa.

Karena aku juga bingung untuk memilih lagu apa, akhirnya aku menyetujui ajakan Lisa.

"Ya sudah." Jawabku.

Kami pun bernyanyi bersama. Di pertengahan lagu, Lisa mengajak Bella untuk berdiri dan bernyanyi bersama. Kami sampai lupa terhadap Bella karena Bella hanya diam saja mendengarkan kami bernyanyi. Setelah itu, kami bertiga bernyanyi bersama sampai waktu sewa ruangan kami selesai. Sebelum meninggalkan tempat karaoke, Lisa berkata kepadaku dan Bella.

"Eh kalian tukar-tukaran kontak lah agar makin akrab." Ucap Lisa.

"Boleh minta kontaknya Yan?" Tanya Bella setelah mendengar ucapan Lisa.

Sebenarnya aku kurang nyaman memberikan kontak kepada orang yang baru kenal. Tetapi karena Bella adalah temannya Lisa dan aku juga merasa dia orang yang tidak akan merepotkan nantinya, akhirnya aku bersedia memberikan kontakku kepada Bella. Aku juga merasa sudah sedikit akrab dengan Bella karena sudah karaoke bersama. Mungkin ini salah satu kelebihan Lisa yang memiliki kepribadian yang humble sehingga dapat membuat orang disekitarnya merasa nyaman dan dekat, bahkan orang yang baru berkenalan seperti aku dan Bella.

"Sini pinjam HPmu" Ucapku kepada Bella.

Bella pun memberikan HPnya kepadaku. Setelah memasukkan nomorku, aku mencoba menelpon HPku dari HP Bella. Kami pun menyimpan kontak masing-masing.

"Pulang yuk, sudah ngantuk nih." Ucap Lisa.

"Siapa yang minta karaokean tadi kalau sekarang aja sudah mengantuk?" Jawabku dengan ketus.

"Hehe" Jawab Lisa sambil memeluk tangan Bella dan menatapku dengan senyuman.

Kami pun segera keluar dari mall yang sudah sepi pengunjung. Pantas saja mall sudah sepi karena jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Aku pun mengantar mereka ke tempat mereka masing-masing. Karena jarak rumah Bella lebih dekat dari mall, Bella kami antar terlebih dahulu. Sesampainya di depan rumahnya, Bella segera turun dari mobilku. Aku membuka kaca mobil dan Lisa berteriak kepada Bella.

"Makasih ya Bel sudah menemani hari ini." Ucap Lisa.

"Iya Sa, makasih juga ya Yan hari ini. Nanti gantian aku yang traktir kalian." Jawab Bella kepada kami.

"Oke." Jawabku bersamaan dengan mulai menjalankan mobilku.

Setelah berjalan cukup jauh dari rumah Bella, Lisa memulai pembicaraan denganku.

"Gimana? Cantik tidak Bella?" Tanya Lisa sambil tersenyum.

"Yah lumayan lah." Jawabku.

"Cantik mana sama aku?" Tanya Lisa lagi.

"No comment." Jawabku dengan malas.

"Hahaha, tapi jangan deket-deket ya. Nanti cemburu nih aku." Ungkap Lisa.

Mendengar perkataan Lisa tersebut, aku tidak terkejut sama sekali. Dia dari jaman SMA sering berkata seperti itu kepada teman dekatnya.

"Ah bosen denger kamu ngomong seperti itu ke semua orang. Ke aku lah, Ilham lah, Fery lah." Jawabku pada Lisa.

"Hahaha ngerti aja kamu" Jawab Lisa sambil tertawa.

Setelah itu kami pun bercakap-cakap selama perjalanan ke apartmen Lisa. Sesampainya di apartemen Lisa, Lisa segera turun dan berterima kasih kepadaku.

"Makasih ya Yan hari ini, jangan bosen ya kalau mau jalan lagi sama aku dan Bella." Ucap Lisa.

"Gampang deh. Makasih juga ya." Jawabku.

Setelah itu aku pun segera pulang. Sesampainya di apartemen, aku segera membersihkan badan dan berbaring di kasur. Menjalani kegiatan malam ini membuatku sedikit melupakan kebosananku tetapi setelah kembali lagi ke apartmenku, perasaan itu muncul lagi. Entah kenapa aku selalu merasakan seperti ini. Perasaan bosan dan sepi seakan menghapus semua kesenangan yang ku rasakan seharian ini. Karena Sudah merasa capek akhirnya aku pun segera tidur agar terlepas dari perasaan ini untuk sesaat.

Kesepian adalah teman sejati bagi orang yang telah kehilangan arah hidup.