webnovel

Bagian 1

Langit indah seperti biasanya, angin sepoi-sepoi, juga kilauan matahari yang terpancar dari atas sana yang menampilkan siluet gadis cantik yang tengah berdiri menatap langit seolah ingin ikut berdiri di atas sana juga.

Gadis itu memejamkan matanya menikmati angin lembut yang membelai pipi mulusnya.

Sudah 10 menit sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di atap sekolah. Rasanya menenangkan sekali bagi gadis itu. Tidak ada suara, tidak ada orang lain kecuali suara klakson dari kendaraan yang lewat di depan sekolah.

Gadis itu kembali merentangkan kedua tangan dan mengayunkannya seakan ia akan ikut terbang bersama burung-burung kecil di sana. Kalau saja gadis itu memiliki sayap, mungkin ia akan terbang jauh meninggalkan dunia. Tapi tenang, itu semua tidak akan pernah terjadi.

Gadis itu membuang napas kasar. Ia bingung siapa yang harus disalahkan atas semua ini. Dunia atau dirinya. Entahlah.

"Kalo mau bunuh diri jangan di sini!"

Gadis itu tersentak kaget. Kalau saja ia tidak mundur beberapa langkah, mungkin ia akan benar-benar jatuh dari atap ini.

"Entar arwah lo gentayangan dan gangguin siswa di sini. Terus gak ada deh yang mau masuk ke sekolah ini lagi. Kalo bangkrut, emang lo mau tanggung jawab?"

Gadi itu diam saja tak bereaksi menatap manusia di depannya tanpa ekspresi.

"Lo punya masalah?" Tanya orang itu lagi.

Dan diam adalah menjadi jawaban gadis itu.

"Kalo lo punya masalah, lo bisa cerita ke BK," Orang itu menjeda kalimatnya, "atau ke gue bisa kok." Lanjutnya sambil mendekat ke arah gadis itu dengan hati-hati.

"Gue mau kok dengerin cerita lo." Orang itu masih mencoba mendekat, yang membuat gadis itu juga ikut melangkah mundur.

"Hidup emang gitu kali. Kadang ada masalah kadang juga enggak." Ucap orang itu lagi sambil terus melangkah maju.

Orang itu maju

Gadis itu mundur

Orang itu maju

Gadis itu mundur

"Aaaaa..."

Kalau saja orang itu tidak langsung menangkap tubuh gadis itu, mungkin kali ini ia akan benar-benar jatuh dan arwahnya akan gentayangan.

1 detik

2 detik

3 detik

Gadis itu mundur dan melepaskan pelukannya.

Orang itu batuk kecil untuk menghilangkan kecanggungan yang menyelimuti mereka.

"Lo sih mundur-mundur!" Omel orang itu.

"Yang nyuruh lo maju siapa?!" Ucap gadis itu tak kalah judes.

"Gue kan ngeri kalo lo tiba-tiba lompat."

"Yang mau bunuh diri siapa coba?"

"Ya lo lah!"

Gadis itu memutar bola matanya.

"Jadi lo gak niat bunuh diri?" Tanya orang itu masih tidak percaya.

"Ya kali gue mau bunuh diri."

Mereka terdiam. Orang itu menatap dada gadis itu dengan saksama. Dengan reflek gadis itu menutup bagian dadanya dengan kedua tangan yang ia punya.

"Mesum otak lo ya!" Ucap gadis itu melebarkan matanya tak percaya.

Orang itu mengalihkan tatapannya menjadi menatap mata gadis itu. "Gue liat nama lo Flora Zelina." Ucap orang itu dengan senyum manis di akhir kalimatnya.

Gadis yang bernama Flora itu menurunkan kedua tangannya kikuk. "Terserah!" Gadis itu pun pergi dari sana.

"Nama gue Zeno Savian Madava." Ucap orang itu yang berhasil menghentikan langkah kaki Flora.

Flora membalikkan tubuhnya, "Gue gak mau tau!" Dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Salam kenal ya Flora." Ucap orang itu setengah berteriak.

Dan yang terdengar selanjutnya hanya suara pintu yang tertutup dari Flora.

🌥️🌥️🌥️

Tinnn...

Flora membunyikan klakson sekali lalu pergi dari sana dengan mobil merah miliknya.

Kelompok yang beranggotakan enam orang itu baru saja menyelesaikan tugas mereka.

Gadis itu menyetir mobilnya dengan santai lantaran jalanan yang sedikit dipadati oleh kendaraan lain.

Flora melihat jam cantik yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata sudah menunjukkan pukul 18:15. Wajar saja jalanan macet, sebab para karyawan kantoran biasanya akan pulang pada jam-jam saat ini.

Gadis itu menghela napas dan tetap fokus menyetir.

Biasanya ia akan sampai di rumah hanya dengan 30 menit. Kali ini dua kali lipat dari biasanya.

Saat sampai di depan rumah, seorang satpam membukakan gerbang dan mempersilakan Flora masuk dengan mobilnya.

Setelah memarkirkan mobil, Flora masuk ke dalam rumah mewah tersebut.

"Dari mana saja kamu?"

Kalimat itu yang pertama kali Flora dengar saat menginjakkan kakinya di ruang tamu.

Flora berhenti dan menatap sang Mama yang tengah duduk di ruang tamu dengan pandangan yang tertuju pada laptop di depannya.

Flora tersenyum miris. Untuk melihat ke arahnya saja Mamanya tidak sempat lagi. Barang sedetik pun.

"Emang mama peduli?"

Kalimat Flora membuat mata sang Mama tertuju padanya.

"Kamu ya, ditanyain malah jawabnya begitu."

Flora memutar matanya dan langsung pergi dari sana. Tamara-Mamanya Flora hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putri semata wayangnya itu.

Setelah di dalam kamar, Flora dengan asal melempar tasnya di atas kasur dan langsung bergegas ke kamar mandi.

Begini saja setiap hari, tidak berubah sama sekali. Dalam sehari, bisa dihitung ada berapa percakapan yang terjadi antara Flora dan Mamanya.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar gadis itu. Tanpa menunggu lama, pintu terbuka dan seorang wanita berusia tiga puluhan tahun masuk dengan senyum ramah yang menghiasi wajahnya.

Dia Andin. Tante Flora. Adik Tamara.

"Habis dari mana Flo?" Tanya Tante Andin setelah duduk di atas kasur, di samping Flora.

Flora menatap Tante Andin, "Habis kerja kelompok Tan di rumah temen," jawab Flora.

"Oohh," Tante Andin mengangguk kecil. "Tumben kamu gak ngabarin Tante."

"Iya, soalnya handphoneku ketinggalan Tan." Flora mengarahkan pandangannya pada meja belajar. Di sanalah ponsel Flora tergeletak dengan manis.

"Pantesan. Tante khawatir juga kenapa kamu gak kasih kabar kayak biasanya." Tante Andin tertawa kecil.

Diam beberapa saat, sampai Tante Andin kembali bersuara.

"Tadi Tante gak sengaja dengar pembicaraan kamu sama mamamu Flo," Tante Andin menjeda kalimatnya.

"Kamu kenapa jutek banget sih sama mamamu?" Tanya Tante Andin dengan hati-hati.

"Tante kan tau sendiri. Mama selalu sibuk dengan kerjaannya, sampe gak pernah perhatian sama aku." Ucap Flora kesal.

Tante Andin mengelus kepala gadis kecil di depannya itu, "Mama kamu kerja kan buat kamu juga Flora. Buat sekolah kamu, buat masa depan kamu nanti." Ucap Tante Andin dengan lembut.

"Aku gak butuh semua itu Tante, aku cuma butuh perhatian." Flora bangkit dari tidurannya dan duduk menatap Tante Andin.

"Kan ada Tante yang perhatian sama kamu."

"Iya, tapi beda Tante."

"Bedanya di mana?"

"Udah ah, Tante gak akan tau gimana perasaan aku."

Tante Andin tersenyum melihat tingkah Flora, "Ya udah, sekarang kamu mandi, ganti baju, terus turun ke bawah ya, kita makan malam bareng." Ucap Tante Andin.

Flora mengangguk, "Iya Tante," lalu bergegas ke kamar mandi.

🌥️🌥️🌥️

Follow ig aku ya @febyxixi

Dan tungguin terus cerita ini :)

Salam sayang

dari AKU