1 Alone-Azriel

Sendiri ku berharap

Sendiri ku menghayal

Sendiri ku mengiba

Sendiri ku kesepian

FujimotoKumiko

~~~

"Bagaimana Azy? Apakah kau menyetujui permintaan ibu?". Tanya ibuku, Elena.

"Aku tidak tahu bu, sungguh ini terasa sulit bagiku".

"Ibu tidak memaksamu nak, ibu hanya ingin kau bertemu dengan orangnya terlebih dahulu". Ibu dengan lembut mengusap tanganku, mencoba untuk menguatkanku atas keputusan yang akan ku ambil.

Lama ku berpikir. Baik, buruk dan segala resikonya. Ketika ku menatap kedalam mata ibuku yang sendu akhirnya aku menghela nafasku dan mengambil keputusan yang sangat terasa sulit bagiku.

"Baiklah bu, aku mencoba".

Senyum terbit di wajah ibuku yang sudah terlihat tua. Diusianya yang sekarang dia malah masih sibuk memikirkan nasib anaknya yang belum menikah.

"Cobalah nak, tidak ada salahnya. Kalaupun suatu hari 'dia' datang ibu akan membantu menyelesaikan semuanya".  Kata ibuku menenangkan hatiku yang masih saja gundah.

Yah, inilah yang menjadi pertimbanganku. Aku takut ketika 'dia' datang, kami tidak akan bisa bersama ketika aku mengambil keputusan yang salah akan tetapi sekian lama aku menunggu 'dia' tetap tidak datang juga. Entah 'dia' ada dimana sehingga tidak mendatangiku sampai sekarang, atau mungkin dia juga sudah tidak ada sebelum kami berjumpa?.

~~~

Setelah bertemu dengan ibuku dan berbincang sebentar akhirnya aku pun kembali kekantor. Aku sedang tidak dalam mood yang baik saat ini sehingga membuatku menjalankan mobilku dengan kecepatan tinggi menembus jalan kota jakarta yang tidak dalam keadaan macet.

Sesampainya dikantor aku disambut dengan senyum dan sapaan karyawanku yang ku hiraukan begitu saja. Ketika sampai dilantai ruanganku berada aku pun menghentikan langkahku tepat didepan pintu.

"Bayu, batalkan semua sisa jadwalku hari ini dan jangan terima mereka yang ingin bertemu denganku". Aku berbalik sedikit kearah kanan, letak meja sekretarisku berada.

"Baik pak. Ada intruksi lain pak?".

"Sediakan aku secangkir kopi".

"Baiklah pak". Ucapnya dan kemudian beranjak pergi kepantry khusus untukku yang ada dibelakang meja sekretaris.

Aku pun masuk dalam ruanganku dan duduk dikursiku menatap kosong keluar jendela.

"Apakah aku membuat keputusan yang benar zac?".

"Aku pun tak tahu". Jawab zac.

Zac adalah panggilanku kepada zacrise yang merupakan serigalaku. Dia menjawab dengan lesu pertanyaanku tadi. Aku dan dia sama-sama bingung harus berbuat apa lagi. Segala cara telah kami lakukan demi menemukan dia. Mulai dari mencari di semua pack lain yang ada dibumi ini dan meminta bantuan semua alphanya juga untuk membantuku tapi tetap saja hasilnya nihil.

Dia, mateku sampai sekarang tidak kami temukan juga, mungkin dia memang sudah tidak ada.

"Jangan berpikir seperti itu tentang mate kita, mungkin dia akan datang sebentar lagi".

"Akupun berharap demikian zac tapi sampai kapan kita harus mencari dan menunggunya?".

Yah, sampai kapan?. Didunia ini mungkin aku adalah Hewolf yang paling sial. Diusia yang hampir 35 tahun aku masih saja belum menemukan belahan jiwaku. Para Alpha atau Hewolf lain menemukan matenya diusia mereka 20 tahunan bahkan ada yang menemukannya ketika mereka baru saja bisa melakukan sift diusia yang ke 17.

17 tahun adalah usia yang sudah ditetapkan moon goddes sebagai usia kedewasaan dimana werewolf bisa berganti shift dengan serigala mereka dan juga mereka bisa mengeluarkan aroma dan mencium aroma dari mate mereka.

Tiap hari aku selalu berharap kepada moon goddes agar segera dipermukan dengan mateku.

Mate bagi seorang werewolf adalah hal penting bagi mereka. Mate adalah belahan jiwa mereka, jadi tanpa seorang mate hidup seorang werewolf akan terasa hampa. Selain belahan jiwa, mate bagi seorang Alpha lebih penting lagi karena mate bagi seorang Alpha atau di sebut Luna adalah pemimpin kedua bagi sebuah pack, jadi tanpa kehadiran seorang Luna keberadaan dan keutuhan sebuah pack akan goyah bahkan bisa membuat pack tersebut hancur karena tanpa seorang Luna, tidak akan ada generasi alpha selanjutnya. Sepenting itulah tugas mate dari seorang Alpha.

Dan seperti itulah keadaan pack Azriel sekarang, Blackmoon pack. Blackmoon pack yang sebelumnya adalah salah satu pack terbesar dan terkuat se Asia sekarang mulai sedikit goyah karena tidak adanya seorang Luna. Mulai dari cibiran dari werewolf lain yang memandang sebelah mata Alpha tua mereka yang belum memiliki mate hingga serangan dari para rougue yang mulai sering menyerang wilayah mereka dan mengancam ketentraman anggota pack. Walaupun selama ini masih bisa diatasi oleh Azriel tapi jika terus seperti ini entah apa yang akan terjadi.

Inilah yang membuatku akhirnya memutuskan untuk mencoba untuk bertemu dengan shewolf lain walaupun itu bukan mateku. Demi pack dan anggota packku. 

Tok... tok....

Suara ketukan pintu mengentikan khayalan Azriel.

"Permisi pak, saya membawa kopi pesanan bapak". Ucap Bayu.

"Masuk". Jawabku singkat. Aku pun kemedian membuka berkas-berkas yang sedari tadi tidak ku sentuh dan mulai mengerjakannya.

Bayu kemudian meletakkan kopi diatas meja.

"Maaf sebelumnya pak, tapi ada yang ingin bertemu dengan bapak". Ucap sekretaris ku gugup yang juga merangkap sebagai Gamma di Packku.

"Bukankah aku sudah memberitahumu aku tidak ingin bertemu dengan orang lain saat ini?". Tanyaku dengan suara Alpha tone yang bisa membuat para werewolf untuk patuh terhadapku.

"Tapi pak...". Sepertinya Bayu memaksakan dirinya untuk membantah ucapanku walaupun aku sudah menggunakan Alpha tone.

"KE...". Belum selesai ucapanku ada seseorang yang memotongnya.

"Sepertinya kau masih saja sensitif Azriel". Orang yang tidak tahu diri dengan seenaknya masuk keruanganku adalah seorang laki-laki dengan setelan jas abu-abunya.

Aku kenal siapa orang ini. Alpha dari Redmoon pack, Chris sekaligus sahabat brengsekku.

"Bisakah kau tidak menganggu ku saat ini chris? Aku tidak dalam mood yang baik saat ini". Lanjutku mengerjakan dokumenku dan mengabaikannya.

"Oh C'mon Azriel sejak kapan moodmu baik? Jika kau masih saja belum menemukan matemu". Inilah yang tidak kusukai darinya, dia sering mengganggu ku dengan mulut brengseknya itu walaupun dia hanya sedang bercanda tapi aku tidak dalam mood yang baik saat ini. Sangat tidak baik hingga membuatku menggeram padanya.

"Grrr...".

"Ow..  easy boy". Katanya lagi yang masih saja santai dan kemudian duduk di sofa ruanganku.

"Katakan apa urusanmu datang kesini?". Tanyaku to the point.

"He he he. Aku hanya berkunjung untuk melihatku temanku yang masih saja menjomblo di usia tuanya".

"Kau...". Geramku hingga melemparkannya pulpen yang daritadi ku pegang.

"Keluar sekarang juga". Usirku.

"Sepertinya mood terlihat lebih jelek dari biasanya. Baiklah karena aku berbaik hati aku hanya akan memberi tahumu bahwa Cila kangen padamu". Ucapnya dengan senyum kebahagiaan menghias wajah brengseknya kemudian melemparkan kembali pulpenku.

Cila adalah anak Chris dengan adikku Sila yang berumur 5 tahun. Yah, selain sahabatku dia juga telah menjadi adik iparku. sudah selama 10 tahun mereka menikah dan mempunyai dua anak, selain Cila yang merupakan anak kedua mereka ada Brian yang merupakan anak pertama mereka yang berumur 9 tahun. Aku akrab dengan keduanya karena Sila selalu mengajak mereka menemuiku, terutama Cila yang selalu saja manja denganku. Yah, walaupun jarak pack kami cukup jauh tapi karena packku tepat berada di wilayah ibukota makanya mereka masih tetap datang karena Chris sering melakukan bisnis kesini.

"Baiklah, aku akan kerumah mu nanti malam". Moodku sedikit membaik karena akan bertemu Cila.

Aku sebenarnya sangat menyukai anak-anak dan berharap memiliki beberapa, tapi karena matepun tak punya jadi keinginan ku ini tidak bisa terkabulkan. Makanya aku akrab dengan Cila yang juga sepertinya lebih menyayangiku dari pada ayahnya sendiri.

"Kalau begitu aku pergi dulu. Aku sudah kangen ingin bertemu dengan Sila". Jawabnya dengan senyum berseri-seri.

"Kau masih saja seperti anak muda yang dilanda kasmaran".

"Kau masih belum merasakannya Bro. Kalau begitu aku balik dulu". Pamitnya dan keluar dari ruanganku diantar oleh Bayu.

"Yah... kalau saja aku bisa merasakannya". ucapku sendu.

~~~

12 januari 2019

Fujimoto Kumiko

avataravatar
Next chapter