1 Oh, Baby!!

PAPA tampan datang guys!!

Season-2 kegilaan apalagi yg akan di lakukannya??

.

.

Tag teman kalian sebelum terlambat!!

🤣🤣

Jangan lupa VOTE & KOMENTAR

Kalau sepi, di lanjut setelah lebaran saja. 🤫

.

Happy Reading!!

***

Selama ini, Valerry tidak pernah menyangka, atau bahkan membayangkan jika hidupnya akan berakhir bahagia seperti saat ini. Memiliki sebuah keluarga yang teramat sangat mencintainya, bahkan memperlakukan dirinya bak seorang ratu di dalam istana. Semua itu, seperti mimpi baginya.

Valerry merasa, jika kehidupan yang di jalaninya saat ini adalah sebuah surga ke dua baginya. Ia pernah merasakan sensasi memiliki sebuah keluarga seperti ini sebelumnya.

Sebelum Ibunya pergi meninggalkannya dan membuat satu-satunya orang yang di sayanginya setelah sang Ibu menjadi tidak seperti yang ia kenal.

Tapi, semua kebahagiaan yang di rasakannya saat ini tidak Valerry dapat dengan cara yang mudah atau pun secara instan. Banyak lika-liku dan beberapa tragedi yang harus di laluinya. Perang batin dan segala macam kejadian yang pernah di laluinya pun masih bisa Valerry ingat dengan sangat jelas.

Jika mengingat bagaimana dulu ia pertama kali bertemu dengan Kenzo, Valerry masih bisa merasakan tatapan pria itu yang terkesan dingin. Meski Kenzo adalah lelaki tampan, tapi jika wajahnya tak menunjukkan ekspresi, bukankah percuma saja?

Lalu siapa sangka, lelaki mesum itu kini menjelma menjadi suami yang hingga sampai detik ini masih terlihat posesif dan protektif padanya. Yang akan selalu bertindak luar biasa jika sudah menyangkut tentang istri tercintanya.

Kenapa Valerry mengatakan itu?

Karena tentu saja, Kenzo Alarix adalah manusia yang tidak suka berbagi apa pun dengan orang lain. Termasuk putranya sendiri, Keanu.

Sejak dulu, hingga putra mereka sudah menginjak usia enam tahun. Pria Alarix itu tetap tidak akan mengalah meskipun Keanu sudah merengek dan akan menangis.

Di dunia ini, adakah orang tua yang memiliki sifat seperti Kenzo Alarix??

Tentu saja. Tidak!

Karena nyatanya, Kenzo dan Keanu seperti musuh jika ingin mendapat perhatian lebih dari Valerry. Jika sedikit saja Valerry tidak memisahkan argumen yang kadang kala sanggup membuatnya sakit kepala, sudah pasti pertengkaran Papa dan Anak itu sudah seperti Terdakwa dan pengacara.

Usia pernikahan mereka sudah berjalan empat tahun. Dan jangan lupakan pula putri mereka yang kini sudah menginjak usia tiga tahun, Keyra Alarix. Gadis mungil yang menjadi pusat perhatian semenjak dia terlahir ke dunia.

Dan jangan tanyakan bagaimana tindak tanduk yang Duo Alarix itu perlihatkan jika sudah menyangkut si mungil Keyra. Dua lelaki itu pun memperlakukan Keyra seperti seorang Princess. Apa pun yang Keyra inginkan, maka detik itu pula harus ada.

Apa yang harus Valerry lakukan jika dirinya sudah sering memperingatkan untuk tidak memperlakukan Keyra seperti itu.

Apa pun yang Valerry katakan untuk tidak memanjakan Keyra secara berlebihan, maka jawaban yang sama pula lah yang Nyonya Alarix dapatkan.

"Dia putriku. Tentu saja aku akan menuruti apa pun yang dia inginkan. Lagi pula, uangku tidak akan habis hanya membeli sebuah mainan untuknya." Kata Kenzo saat itu.

Dan, jangan lupakan pula, si Kakak yang ikut serta menimpali apa yang Papanya katakan. "Key adalah adik yang paling cantik. Sebagai Kakak, tentu aku akan melakukan apa pun agar dia bahagia."

Lalu, apa yang harus Valerry katakan untuk membantah kalimat penuh kasih sayang yang ke dua lelaki itu ucapkan?

Valerry tentu merasa bahagia melihat semua orang yang di cintainya tersenyum dan membuat hari-harinya di penuhi dengan kegembiraan.

Hanya saja, semua kebahagiaan yang ia miliki ini terasa menyesakkan.

Valerry masih mengingat pria yang ia sebut sebagai Ayah. Valerry masih mengingat dengan jelas bagaimana pertemuan terakhir mereka yang nyaris membuat Valerry akan kehilangan segalanya. Valerry bahkan tidak percaya ketika sang Ayah hanya menatapnya dengan raut wajah penuh penyesalan tanpa melakukan tindakan apa pun ketika ia hendak di paksa untuk menjadi pelunasan hutang.

Adakah Ayah yang seperti itu di dunia?

"Hahhh..." Valerry menghela napas panjang jika mengingat tragedi yang hampir saja mengguncang dunianya. Jika saja Kenzo tak segera datang, maka bisa di pastikan bahwa hidupnya akan berakhir dengan kematian. "Untung saja,"

"Apanya?"Valerry terperanjat begitu mendengar suara yang tak asing di pendengaran. Pun dengan ke dua lengan kokoh yang melingkar sempurna di pinggangnya yang ramping. "Apa yang sedang kau pikirkan??"

Valerry mengedikkan bahu dan tersenyum tipis, "hanya mengenang masa lalu."

Alis Kenzo terlipat, "Masa lalu?"

Valerry mengangguk pelan, "Hmm..."

Kenzo tak lagi mempertanyakan apa yang sedang istrinya pikirkan. Selama ini, Kenzo sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk membahagiakan wanita dalam pelukannya. Memberi yang terbaik yang dia bisa agar wanitanya ini tetap berada di sampingnya dan melalui kehidupan bersamanya. Tidak ada yang lebih penting dari pada itu sejak Kenzo bertemu Valerry. Tidak ada yang lebih sempurna jika sudah ada Valerry di sampingnya dengan dua anak yang menjadi pelengkap kebahagiaan yang sudah di capainya.

"Nyonya Alarix," Kenzo berbisik tepat di telinga Valerry. Membuat wanita itu bergidik geli begitu embusan napas Kenzo menerpa kulitnya. "Menurutmu, bagaimana dengan kelanjutan bayi kita berikutnya?"

Dan pertanyaan itu sukses membuat Valerry membalikkan tubuhnya menghadap Kenzo yang sudah menyeringai penuh godaan. "Masih ada waktu beberapa bulan lagi kan? Bukankah kita sudah sepakat."

"Tck!!" Kenzo langsung berdecak sebal begitu mendengar kata yang sama keluar dari bibir istrinya. "Apa kau tidak punya alasan lainnya?" gerutu Kenzo. Mencubit pipi Valerry hingga wanita yang masih dalam pelukannya itu mengaduh kecil.

"Aku hanya mengingatkan, Sayang." ujar Valerry dengan mengusap rahang Kenzo yang sedikit di tumbuh bulu-bulu halus, "lagi pula, bukankah hampir setiap malam kita membuatnya. Yaa... Meski hal seperti itu akan percuma saja. Karena aku masih menggunakan alat kontrasepsi." terang Valerry pada akhirnya. Mengingat malam ini mereka baru saja selesai bergulat di atas ranjang.

"Tapi... "

Kalimat Kenzo terpotong begitu saja saat Valerry memberi satu kecupan singkat di bibir suaminya. "Jika kita membahas masalah ini, aku berani jamin jika kita akan berdebat."

Kenzo menghembuskan napas dan membenarkan perkataan Valerry. "Terserah kau saja."

Dan setelah mengeluarkan kalimat itu, Kenzo melepaskan pelukannya dari tubuh Valerry. Berbalik dan berjalan ke arah ranjang mereka dan membaringkan tubuhnya dengan dengusan tertahan.

Melihat reaksi yang Kenzo perlihatkan, tentu saja sanggup membuat Valerry tersenyum kecil. Lelaki yang terlihat penuh wibawa, minim ekspresi dan suka sekali menjilati ujung putingnya itu ternyata bisa merajuk bak seorang anak kecil seperti ini.

"Apa kau marah?" tanya Valerry pada akhirnya. Duduk di depan Kenzo yang berbaring dengan sebelah tangan ia gunakan sebagai penutup mata. Menghindar dari tatapan Valerry yang bisa saja melenyapkan rasa kesalnya yang tiba-tiba menggerogoti dadanya.

"Hn,"

Valerry terkikik kecil saat mendapat jawaban ambigu dari Kenzo. "Oh... Apa sekarang kau sedang menjelma menjadi Big Baby, eh?" goda Valerry.

Mendengar penuturan itu, Kenzo langsung membuka mata dan menatap Valerry dengan mata menyipit.

"Aku, Kenzo Alarix menjadi Big Baby?" tanya Kenzo, memastikan pendengarannya.

Valerry mengangguk pelan. "Apa namanya jika bukan?"

Kenzo memunculkan smirk andalannya. "Benar, kalau aku Big Baby, berarti aku harus minum susu sebelum tidur, kan?"

Kali ini, Valerry terperangah dengan kata minum yang Kenzo ucapkan. Di tambah dengan wajah Kenzo yang menunjukkan bahwa kata minum yang baru saja ia luncurkan adalah sesuatu yang sangat di sukainya selama ini. Dan sepertinya, Valerry menyesali apa yang baru saja di katakannya.

"Sepertinya aku salah bicara." Ucap Valerry.

Dan sebelum Valerry beranjak berdiri dari tempatnya, lengan wanita yang terlahir di musim semi itu sudah di pegang erat oleh Kenzo.

"Mau ke mana?"

"Ummhh... Sudah malam. Seharusnya kita segera tidur."

"Tidur?" Valerry mengangguk pelan sebagai jawaban, "sepertinya aku baru akan bisa tidur jika minum sesuatu." Goda Kenzo. Meta jelaga nya langsung tertuju pada tubuh Valerry yang berbalut piama dengan corak yang sama seperti yang Kenzo gunakan. "bukankah kau mengatakan jika aku adalah Big Baby?"

Valerry mendesah putus asa di buatnya. Sepertinya ia benar-benar harus menjaga kalimatnya agar tidak menyinggung kata Big Baby untuk ia pergunakan untuk menggoda Kenzo.

Alih-alih senang dengan ekspresi yang Kenzo berikan, nyatanya Valerry lebih di kejutkan dengan tanggapan yang Kenzo perlihatkan atas godaan yang seharusnya bisa membuatnya tersenyum jemawa.

"Tapi Kenz, kita baru saja... "

Kalimat Valerry terputus begitu Kenzo sudah duduk tepat di hadapan Valerry. Lelaki itu tersenyum simpul dan semakin mendekat ke arah Valerry.

"Sudah setengah jam berlalu." Bisik Kenzo. Membuat Valerry menggelengkan kepala frustrasi mendengar penuturan lelaki yang menjadi suaminya tersebut.

"Tidak. Hari sudah sangat malam. Sebaiknya kita istirahat."

Dan sebelum Valerry beranjak dari duduknya, lengan mungil itu sudah di tarik hingga membuat tubuh Valerry terbaring dengan Kenzo yang sudah berada di atas tubuhnya.

"Papa!" pekik Valerry.

"Biarkan aku minum, Mama."

Valerry menggeleng dan menyilangkan ke dua tangannya di depan dada, "sudah cukup."

"Aku sudah puasa selama dua tahun semenjak Putri kita lahir."

"Lalu?"

"Jadi, biarkan aku melepas dahagaku."

"Apa perlu kuingatkan sekali lagi, jika baru beberapa menit yang lalu kau sudah melakukannya."

"Mama..."

Valerry menggeleng, "sudah cukup."

"Jika aku memaksa?"

"Papa, apa kau tidak lelah. Besok pagi bukankah kau ada meeting dengan para klien?"

Kenzo menggerang frustrasi. Sorot matanya menukik menatap Valerry yang sejak tadi tak henti-hentinya membalas ucapan Kenzo.

"Boleh atau tidak?"

Valerry diam tak menyahut. Sekali saja ia menolak apa yang Kenzo inginkan, maka neraka di dalam rumah ini akan terasa sangat mencekam seperti beberapa bulan yang lalu ketika Valerry menolak ajakan Kenzo untuk pergi ke kantor. Sedangkan dirinya sudah berjanji akan pergi ke cafe dengan sahabatnya, Inara.

Dan hasil dari penolakan itu, semua karyawan yang ada di bawah naungan Suaminya itu menjadi pelampiasan amarah dari Kenzo Alarix.

Lalu, jika Valerry menolak apa yang sangat di inginkan Kenzo, apa yang akan terjadi nantinya?

Valerry meneguk salivannya dengan gusar. Menatap wajah Kenzo yang sejak tadi menanti jawaban darinya.

"Mama..."

Valerry menghela napas dan mengangguk singkat. "Tapi," Valerry mengantungkan kalimatnya sebelum jemari tangan Kenzo mulai beraksi membuka kancing miliknya. "Jangan di gigit."

Setelah itu, Kenzo segera membuka semua kancing kemeja Valerry. Memperlihatkan bentuk payudara Valerry yang bulat dan menggoda.

Dalam diam, Kenzo melepaskan penutup yang menghalanginya untuk melihat dengan jelas payudara Valerry yang sudah lama tidak ia hisap.

"Ahhh... Rasanya aku sudah lama tidak menghisap puting dadamu, Mama." Desah Kenzo. Sembari meremas dada Valerry hingga wanita berparas cantik tersebut mendesah lemah akibat ulah tangan dari lelaki yang membungkuk di atas tubuhnya.

***

TBC

..

Ada pesan untuk Kenzo??

avataravatar
Next chapter