17 Permintaan di Tolak

        Setelah mengatakan hal tersebut, pria itu berbaring dan memejamkan matanya. Ia terlalu lelah untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting seperti di mana mereka akan tidur. Sekarang baik Mira atau Dika sudah memiliki area tidur masing-masing dan masalah pun sudah terselesaikan.

 

        Mira pun berbaring kembali. Ia menoleh ke arah kiri tempat di mana Dika tidur. Ini kali pertamanya gadis itu tidur bersebelahan dengan seorang laki-laki. Rasanya sangat berbeda ketika ia tidur bersama teman perempuannya yang menginap. Dika tidur membelakanginya, sepertinya pria itu melakukan hal tersebut agar dirinya percaya bahwa Dika tidak akan melakukan hal negatif padanya. Melihat punggung pria itu membuat Mira tersenyum, ternyata Dika adalah pria yang baik.

 

 

       Kesokan paginya, Mira dan Dika bangun pagi-pagi sekali.

 

        Setelah mendapatkan taxi untuk Mira, tak lama sebuah mobil berhenti tepat di depan pria itu. Di dalam kendaraan tersebut ada Maria yang siap sedia menjemput bossnya, sebagai sekertaris Maria cukup bisa di andalkan karena selalu sedia ketika Dika membutuhkannya.

 

        "Terimakasih, Maria," ucap Dika masuk ke dalam kendaraan tersebut.Pria itu memakai sabuk kendaraannya. Detik kemudian, Maria melajukan kendaraan tersebut menuju perusahaan sponsor di mana Dika akan melaksanakan meeting.

 

        "Bapak sudah baca proposal yang saya kirimkan?" tanya Maria pada pria itu. Sekarang keduanya sedang berada di perjalanan menuju perusahana sponsor, ia harus memastiakan apakan atasannya ini sudah mempelajari proposal yang ia kirin senalam.

 

        "Belum, handphone saya di ambil Ibu semalam," jawab Dika menceritakan kejadian semalam. Mendengar jawaban tersebut saat lampu merah, Maria menghentikan mobilnya, ia mengeluarkan ponselnya kemudian memberikan proposal yang tersimpan di handphone tersebut pada Dika.

 

        "Terimakasih," ucap Dika langsung mempelajari proposal tersebut.

 

        "Oh ya, jadwal meetingnya sudah saya ubah satu jam," info maria.

 

        "Syukurlah, kamu mengundurnya," lega Dika.

 

        "Oh ya, untuk wawancara karyawan baru juga akan di undur menjadi jam 10 siang."

 

        "Bagus, gak salah saya menyerahkan semuanya ke pada kamu. Terimakasih."

 

Sementara Maria fokus dengan kemudi, Dika mempelajari proposal untuk meetingnya nanti. Pria itu sangat serius melihat proposal yang ada di depan matanya.

 

        Maria menoleh ke arah kiri di mana Dika duduk, pria itu sangat fokus mempelajari proposal yang ia berikan. Sebagai wanita normal, tak heran jika wanita itu menyukai pria yang duduk di sebelahnya. Dirinya mengabdi pada pria itu selama ia bekerja di sini.

 

        Namun sayang, hubungan mereka hanya bisa sampai sebagai rekan kerja saja. Tidak bisa lebih.Saat dirinya pertama kali bekerja di perusahaan tersebut, satu yang harus diketahui oleh karyawan. Tidak ada hubungan cinta antara atasan dan bawahan atau sesame karyawan. Oleh sebab itu Maria menyimpan perasaanya pada pria itu dan memutuskan untuk selalu ada ketika Dika berada dalam keadaan genting sekalipun.

 

        Sementara Syifa sedang berada di perjalanan pulang. Gadis itu sampai ke rumahnya dalam waktu satu jam. Ia masuk ke dalam rumah dengan keadaan masih mengantuk, sepertinya Syifa merindukan kasur di rumahnya dan akan tidur seharian ini.

 

        "Mira, kamu harus bersiap, kamu bukanya kerja hari ini," ucap Ibu Mira, mendengar itu mata Mira langsung terbuka lebar.

 

        "Sekarang jam berapa, Bu?" tanya Mira pada Ibunya.

 

        "Jam setengah Sembilan," jawab sang Ibu.

 

        "Oh tidaaak!!!" teriak Mira frustasi,

 

        "Kenapa?" tanya Ibu heran dengan tingkah laku anaknya.

 

        "Ibu kan tahu saya msauk kerja jam delapan!" panik Mira, dirinya sudah telat setengah jam untuk datang bekerja.

 

Kalau sampai terlambat bekerja Mira akan kehilangan seperempat dari gajinya dan ia tidak mau itu terjadi. Gadis itu pun segera mandi dan bersiap untuk berangkat menuju tempat kerjanya, meskipun dalam keadaan mengantuk ia tetap berangkat.

 

        Setelah semuanya siap Mira pun berpamitan pada Ibunya, ia berlari keluar rumah dan berjalan menuju Halte Bus. Di sana gadis itu menunggu Bus selanjutnya yang masih sepuluh menitan lagi. Dengan rasa gundah Mira menunggunya, pasalnya gadis itu sudah telat setengah jam sejak dirinya bangun tidur ditambah ia harus  menunggu lagi selama sepuluh menit.

 

        "Duuuh, bisa dipotong 80% nih gaji gue," keluh Mira yang tidak sabar menunggu Bus yang biasa mengantarnya berangkat kerja.  Biasanya gadis itu selalu mengeluh ketika dirinya menunggu sambil bermain game di ponsel karena kendaraan umum tersebut datang terlalu cepat namun kali ini gadis itu mengeluh karena waktu seakan berjalan lama. Bus yang tidak ia hiraukan kini dinanti-nantikannya.

 

        Akhirnya setelah sekian lama menunggu Bus yang ditunggu-tunggu datang juga, Mira pun segera naik dan duduk di kursi penumpang.       

 

"Huh, semoga saja gaji gue gak habis dipotong-potongin," ucap Mira di sana.

 

        Gadis itu bersandar di tempat duduknya kemudian dan menghela napas dalam-dalam.

 

        Ia menghembuskan napasnya secara perlahan lalu menenangkan pikirannya.

 

        Mira berusaha berpikir positif. Dirinya pasti masih bisa menyelamatkan gajinya yang terancam itu.

 

        Setelah perjuangannya, akhirnya Mira sampai juga di depan perusahaan. Gadis itu segera berlari masuk ke dalam perusahaannya dan naik ke lantai 15 di mana ruangannya berada.  Pintu lift terbuka dan gadis itu segera masuk ke dalam.

avataravatar
Next chapter