webnovel

Bagian 00

Miken baru saja berhasil lolos dari pelajaran yang paling ia benci selama sisa hidupnya yaitu pelajaran seni dan budaya, ya ia lebih membenci pelajaran seni dan budaya daripada matematika. Alasannya sederhana, menurut Miken seni maupun kebudayaan itu adalah sesuatu yang rumit, bahkan lebih rumit daripada matematika. Jadi gadis itu memutuskan untuk kabur setiap berada di jam pelajaran itu.

"Buk hentikan, menyerah saja ibu tidak akan bisa mengejar ku!" Seru Miken memacu larinya sekuat tenaga menuju keluar gerbang samping sekolahan miliknya. Gadis itu berlari tanpa menghiraukan apapun, yang penting ia bisa selamat terlebih dahulu.

Ibu guru juga ikut berseru, "Jangan salah kira Miken, ibu adalah pelari tercepat di jaman ibu!"

"Itukan jaman ibu! bukan sekara–"

Ucapan Miken terputus saat tubuhnya terasa melayang karena ditabrak sebuah motor yang kebetulan lewat, tubuh Miken terpental beberapa langkah dari tempatnya berdiri. Terlihat jelas tubuhnya terbaring diaspal dengan luka bocor dikepala yang tak sengaja membentur sudut trotoar.

"Tunggu, kenapa aku bisa melihat tubuhku di sana?" Sejurus dengan akhiran kalimatnya, Miken tertarik seolah seluruh tubuhnya terhisap ke dalam black hole. Saat sadar dari keterkejutannya Miken sudah berada di sebuah tempat aneh di mana semuanya begitu putih dengan bola bulu terbang melayang-layang.

"Tempat macam apa ini!?" Miken menepuk dahinya, namun bukannya merasakan tepukan menyakitkan di sana, yang ada malah tangannya menembus dahinya. Miken menatap horror saat sadar tangannya tembus pandang. "Tunggu tunggu, sebenarnya apa yang terjadi padaku!" Miken berseru kembali, suaranya menggema didalam ruangan kosong itu.

Dari belakangnya seorang kakek berjalan dengan tertatih diiringi suara batuk khas orang tua. Kakek itu berjalan mendekati Miken sehingga berhasil mencuri perhatian gadis itu, mata kakek tua itu masih terlihat jernih, tangannya yang rentan memilin janggut panjang di dagunya.

"Anak muda... sungguh beruntung roh milikmu tidak langsung terlempar ke alam akhirat, kau baru saja mati mengenaskan dan kini berada di sini. Aku memberi tawaran kepadamu apakah kau ingin dihidupkan kembali atau langsung menyerah menuju alam baka?" Kakek itu memberi penekanan dikata 'menyerah', entah apa maksudnya melakukan itu yang jelas hal tersebut membuat Miken mengerutkan alisnya dan segera menggeleng kuat.

"Pak tua, tentu saja aku tidak akan menyerah! Cepat sekarang hidupkan aku kembali aku muak tidak memberontak di sekolahan!" Miken mengacak rambut pendek nya, jika bukan karena rok seragam sekolahnya sudah dipastikan orang akan mengira dia adalah seorang laki-laki. Bagaimana tidak, tubuhnya jakung dengan bahu yang lebar, kulitnya kecoklatan dengan rambut cepak yang memerah karna terbakar sinar matahari.

Kakek tua, "pilihan yang benar anak muda, kalau begitu silahkan nikmati kesempatan keduamu" tak lama setelah mengatakan itu tubuh Miken atau yang sekarang bisa di sebut sebagai rohnya terasa seperti terhisap kembali sampai semua terasa gelap.

Mata Miken kembali terbuka saat ia mendengar suara, gemericik air dan orang menangis tersedu-sedu.

'Aku benar-benar belum mati?' batin Miken tak percaya, tapi ia benar - benar disini bukan ke neraka.

Miken bisa melihat langit-langit berwarna coklat, bukan dicat coklat tetapi langit-langit itu memang berbahan kayu yang terlihat begitu kokoh. Ketika menoleh ke samping, Miken bisa melihat seorang wanita cantik dengan pakaian sutra menangis tersedu-sedu di dada seorang pria yang ia asumsikan sebagai suami wanita itu.

"Tuan besar... Nyonya besar, Nona ketiga sudah sadar!" Seorang wanita lainnya berseru dengan heboh, membuat pandangan wanita yang tengah menangis itu terpaku padanya begitu pula pandangan suami wanita itu dan 2 orang lelaki lainnya yang juga berada di ruangan ini.

"Anakku kau sudah sadar. Terima kasih dewa kau mengembalikan anak ku!" Wanita itu langsung mendekat kearah Miken dan memeluk tubuh Miken begitu kuat, Miken hanya termenung dalam pikirannya. Anak siapa? Miken termenung beberapa saat sebelum menyadari sesuatu.

'apa aku dilahirkan kembali ditubuh orang lain?'

Miken menggigit bibirnya, jika benar apa yang ia pikirkan ia harus bagaimana. Ia bahkan tidak tau siapa wanita ini bagaimana ia harus menjadi anak wanita ini. Terlebih bagaimana ia harus bertindak dihadapan ibu maupun ayah, Miken tidak pernah berurusan dengan 2 predikat itu.

Miken menarik napas, "Kau siapa?" suara lembut keluar dari mulutnya, Miken kaget suara ini begitu merdu jauh berbeda dengan suaranya yang agak berat dan dalam. Ia menelan ludah, satu-satunya cara baginya hanyalah berpura-pura bahwa ia hilang ingatan.

"Sisue apa maksudmu? Aku adalah ibumu! Weni!" Weni melepaskan pelukannya menatap wajah anaknya yang benar-benar terlihat linglung juga bingung.

Miken mencerna ucapan wanita cantik ini, wanita ini adalah ibu dari tubuh yang ia tempati saat ini. Nama wanita di hadapannya ini adalah Weni dan namanya sekarang adalah Sisue. Miken memperhatikan betapa shock nya Weni sedangkan suaminya bergegas memerintahkan wanita yang berdiri di belakang mereka untuk memanggil tabib keluarga. Sedangkan 2 lelaki lainnya juga memasang wajah khawatir memperhatikan Miken atau yang saat ini sudah berubah menjadi Sisue.

Tak lama seorang pria paruh baya memasuki ruangan, memberi salam kepada Weni dan suaminya kemudian meminta ijin untuk memeriksa Sisue.  Pria tua itu memeriksa pergelangan tangan Sisue dan menyentuh belakang kepala Sisue yang kemudian segera menimbulkan nyeri disana.

"Nyonya tuan besar dan nyonya besar, nona ketiga sepertinya mengalami kehilangan ingatan..." Tabib tersebut memberi tahu setelah membungkuk dihadapan Weni dan suaminya. Setelah mendengar perkataan tabib tersebut Weni semakin tak kuasa menahan tangisnya ia bahkan berteriak sembari memukul-mukul dadanya.

"Ya Tuhan... Cobaan apalagi ini? Tidak cukup membuat puteri kami buta sekarang kau membuatnya kehilangan ingatannya!" Miken kaget, jadi gadis ini buta. Namun, mengapa ia tetap bisa melihat? Apa karna sekarang yang hidup sebagai gadis ini bukan Sisue yang asli melainkan Miken?. Miken mengerutkan alisnya, ia tidak hanya terpaksa berpura-pura amnesia tetapi juga harus berpura-pura buta. Ingin rasanya Miken ikut menangis seperti wanita dihadapannya.

TBC

Halo semua,

aku penulis baru disini,

biasanya menggunakan platform lain, tapi aku mencoba menulis di sini juga.

salam kenal, panggil aku Mochi.

Cica_Mochiberrycreators' thoughts