webnovel

Peminpin Dua Perusahaan

Lingkaran Setan CEO Muda

Ditto Adiguna adalah seorang CEO yang meminpin dua pusat kantor perusahaan "Adiguna Furniture" karena ayahnya, Surya Adiguna yang memilih untuk pensiun dan menikmati masa tuanya dengan istri, ibu Surya dan keluarganya, hal itu yang membuat jabatannya sebagai CEO di dua kantor di embankan kepada Ditto yang masih berumur 25 tahun, awalnya ia sangat enggan menerima jabatan itu karena ia adalah seorang pemuda yang ingin membuat bisnis sendiri. Ditto adalah seorang pria tampan yang selalu bersikap dingin, namun sikap dingin dan cool itu tidak membuatnya menjadi orang yang tidak sopan, ia mempunyai sikap sopan dan baik, ia juga mempunyai dedikasi yang tinggi akan hidupnya sendiri. Namun, karena ia tahu kalau ayahnya selalu menginginkan hidup bebas dari dunia kerja membuat ia akhirnya memutuskan untuk menerima jabatan itu dan menjadi seorang CEO termuda dalam kota B tempatnya tinggal.

Setahun setelah ia menjabat sebagai CEO di dua perusahaan yang sangat besar itu, Ditto yang kurang berpengalaman di tambah dengan sifat anak muda yang masih sangat lekat dalam dirinya membuat ia tidak bisa bekerja maksimal di kantor itu. Akhirnya kantor yang ia jabat itu hampir bangkrut, Ditto merasa sangat bersalah dengan itu semua, ia pulang dari kantor dan langsung duduk bersujud dikaki ayah dan ibunya untuk meminta maaf.

"Pah! Mah! Ditto minta maaf karena tidak bisa menjaga apa yang sudah Mama dan Papa serahkan kepada Ditto," ucap Ditto meminta maaf pada ayah dan ibunya. Saat itu ibu dan ayahnya belum tau mengapa anaknya itu meminta maaf pada mereka, mereka hanya tertawa dan tersenyum manis menganggap anaknya itu hebat dan mengira kalau anaknya itu mungkin sangat merindukan mereka, duduk di pangkuan mereka layaknya waktu balita.

"Oh, Ditto, kamu kenapa Nak? Mengapa kamu terllihat begitu bersedih?" tanya ibunya dengan belaian di helaian rambut lurus layaknyage lombang yang menunjang ketampanan CEO muda itu.

"Iya Ditto, tumben kamu pulang kerja langsung datang menghampiri Papa dan Mama?" sambung ayahnya juga kebingungan dengan apa yang dilakukan oleh Ditto terhadap mereka. Dengan rasa ragu dan belum siap menjadi orang pertama yang disalahkan, Ditto berusaha meyakinkan dirinya kalau apa pun yang terjadi ia harus tetap menjadi orang yang bertanggung jawab, apapun konsekuensinya ia meyakinkan dirinya kalau ia akan menerima kemarahan dari kedua orangtuanya.

"Pah! Mah! Ditto ingin mengatakan sesuatu yang,-"

"Yang apa Sayang?" sambung ibunya dengan mengkerutkan keningnya.

"Pah, Mah maafin Ditto. Ditto gagal dalam menjaga apa yang sudah kalian berikan dan percayakan pada Ditto, walau sangat meneyesal Ditto harus menyampaiakan kalau perusahaan kita sedang … huff jadi perusahaan kita sedang mengalami kerugian yang sangat besar Mah, Pah dan kita harus membayar semua hutang kita segera. Jika tidak maka kita akan mengalami kebangkrutan," Ditto menjelaskan dengan suara getir karena takut dan merasa bersalah, air matanya juga sudah berada di garis kelopak bawah matanya hampir jatuh membasahi pipinya. Namun, ia tetap menahannya karena ia tau yang dibutuhkan saat itu adalah sebuah semangat. Mendengar apa yang disampaikan oleh Ditto membuat ayah dan ibunya hanya bisa terdiam tanpa satu katapun yang keluar dari mulut mereka. Tak lama juga setelah keheningan itu terjadi, tiba-tiba ayah Ditto mengangkat tangannya dan menyentuh dadanya dengan nafas yang begitu berat, ia terlihat bernafas dengan begitu susahnya. Ibu Ditto langsung tersadar saat ia mendengar suara nafas berat dari ayah Ditto itu, ia langsung berteriak meminta Ditto menyiapkan mobil dan segera membawa ayahnya ke rumah sakit.

"Pah, Papa! Ditto kamu segera ambil dan siapkan motor, kita akan segera pergi ke rumah sakit. Papa mu mengalami serangan jantung," teriaknya sambil menahan kepada ayah Ditto agar tidak langsung terletak di sofa.

"Baik Mah!" jawab Ditto dengan sangat panic, kemudian ia lari keluar dan memanggil supir pribadinya agar membantunya membawa ayah Ditto kerumah sakit.

"Pak, sini!" panggil Ditto keras dan sangat panic, dengan segera supir yang sedang duduk minum kopi dengan satpan rumahnya lari menghampirinya tanpa memikirkan apapun dan tanpa alasan apapun.

"Iya Mas Ditto, ada apa ya Mas?" tanya supir itu dengan tangan yang seakan ingin mengambil sesuatu. Karena biasanya ia ingat kalau Ditto memanggilnya pasti karena ingin memberikan sesuatu dan ia akan membawanya ke mobil mewah milik Ditto.

"Pak, tolong bantu saya untuk membawa Papa ke rumah sakit!" pinta Ditto, tanpa menunggu jawaban dari Pak Supir itu, Ditto langsung kembali ke ruang tamu dan berusaha untuk mebawa ayahnya ke rumah sakit, begitu juga dengan supir itu langsung mengikuti Ditto masuk dan ia sangat terkejut ketika melihat ayah Ditto yang merupakan Tuannya sudah terbujur kaku dengan tangan yang masih memegang dadanya yang terasa sangat sakit sedang di temani oleh ibu Diito.

"Astaga Tuan!" ujar supir itu dan langsung membantu Ditto membawanya ke mobil, setelah mereka sampai di mobil, supir itu langsung mengebut ke rumah sakit agar Tuannya itu masih bisa di selamatkan. Sesampainya di rumah sakit, para dokter dan perawat yang sudah sangat mengenal keluarga kaya raya itu, langsung mengutamakan perawatannya di bandingkan dengan semua pasien yang ada di rumah sakit itu.

Dengan sangat lemas dan penuh dengan tangisan kekhawatiran, ibu Ditto tak hentinya berdoa untuk keselamatan suaminya itu. Ditto juga dengan sabar memeluk ibunya itu sembari menunggu para petugas rumah sakit selesai menangani ayah Ditto dan mereka akan segera tau bagaimana keadaan dari ayah Ditto.

"Mah, Mama jangan khawatir ya, Papa pasti baik-baik saja dan kita akan bisa segera pulang ya Mah," ujar Ditto menenangkan ibunya itu karena ia tau ibunya itu sangat panik dan takut kehilangan suaminya itu.

"Ya ampun Ditto, Papa sakit dan perusahaan kita bangkrut, bagaimana kita akan membayar semua biaya rumah sakit Papa dan bagaimana … bagaimana kita akan membayar semua hutang ktita Ditto?" tanya ibunya sambil menangis tak rela jika perusahaan yang sudah berdiri sejak lama dan perusahaan yang hancur hanya dengan hitungan waktu yang singkat sahaja.

"Mah, Mama tenang saja. Ditto akan usahakan apa pun itu untuk bisa membangkitkan perusahaan kita kembali Mah, Ditto akan membuat perusahaan itu lebih kuat lagi dari yang sudah hancur ini. Mah, gimana kalau perusahaan yang satu lagi itu kita jual aja dulu Mah, setelah itu kita akan membayar hutang untuk perusahaan utama itu," ujar Ditto memberi masukan pada ibunya, namun entah apa yang membuat ibunya malah terdiam dan merasa semakin khawatir lagi, ekspresi itu terlihat jelas dari kegelisahan di wajahnya.

Next chapter