webnovel

Warna Dunia

Dunia akan berakhir, begitulah caraku melihat dunia ini. Dunia yang penuh dengan berbagai warna masalah. Ada tiga industri besar yang menguasai negara ini yang dimana bagian dari empat negara dominan.

Negara tempat tinggalku bernama Maurea, negara yang memiliki sistem Monarki yang dipimpin oleh Alessya Familia. 500 tahun yang lalu, Clan Ivyar menguasai seluruh daratan Maurea selama 4000 tahun¸ mereka menjadikan clan lain sebagai budak dan mesin tempur untuk mengeksploitasi seluruh sumber daya di daratan ini, tidak, tapi semua daratan yang ada di dunia ini.

Hingga pada suatu momen, salah satu clan berhasil mengambil alih sebagian kecil dari daratan, mereka mengajak clan lain untuk membentuk pasukan demi mengalahkan Ivyar yang absolut. Terjadi peperangan selama beberapa ratus tahun dan pada akhirnya dimenangkan oleh aliansi para clan yang dipimpin oleh Alessya Familia dan keturunannya.

Agar tidak terjadi konflik antar clan, Alessya Familia membagi seluruh daratan yang sempat dikuasai sama Ivyar¸ sedangkan untuk Alessya Familia sendiri mendapatkan daratan Maurea. Alessya Familia juga menghapus sistem clan dan menghilangkan perbedaan yang ada.

Negara Maurea terbagi menjadi delapan distrik bagian dan satu distrik pusat. Setiap distrik mempunyai pemimpin yang dipilih oleh pemimpin pusat. Negara Maurea terus berkembang semenjak perang 500 tahun yang lalu.

Tetapi seperti apa yang aku pikirkan sebelumnya, Maurea masih belum mampu menyelesaikan semua masalah utama yang ada, dari diskriminasi antar golongan, kesenjangan antara orang miskin dan orang kaya, dominasi tiga industri besar yang terdiri dari Pemerintah, Ignite¸ dan Infinite yang menguasai segala bidang dan berdampak terhadap industri kecil. Dan masih ada masalah-masalah lainnya.

Setidaknya, itu semua yang aku pelajari saat masih sekolah dulu, sejarah panjang dari dataran ini. Umurku sekarang sudah 18 Tahun, sudah saatnya diriku melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,yaitu Akademi. Hanya ada empat akademi di distrik Silenthea, dan salah satunya adalah Akademi Lighturns, tempat kakakku bekerja dan juga merupakan tujuanku.

Aku berjalan menyusuri trotoar, lampu-lampu jalan bersinar sangat terang dengan cahaya birunya. Bunyi air laut yang menghantam bibir pantai dan suara kendaraan yang berlalu lalang juga ikut mewarnainya.

Aku mengenakan kemeja hitam yang dipadu dengan celana jeans panjang berwarna biru tua. Rambutku terlihat cukup panjang berwarna coklat kemerahan yang aku biarkan terurai mengikuti arah angin berhembus, kecuali poni yang aku sisikan ke arah samping kanan agar tidak mengganggu penglihatan.

"Light... Light!" Jauh di depan pandanganku, seorang remaja laki-laki melambaikan tangannya, dia memiliki rambut yang tidak terlalu panjang dari punyaku dan berwarna hitam, begitu pula bola matanya yang warnanya sama saja dengan rambutnya. Dia berlari menghampiriku dan saat berada tepat di hadapanku, dia terlihat sedikit pendek tapi dengan tubuh yang cukup berisi.

Dee memakai kemeja putih lengan pendek, dengan kancing yang dibuka semua yang melihatkan dalamannya, yaitu berupa kaos polos berwarna hitam. Dia memakai celana pendek yang melewati lutut sedikit, dan juga dia memakai sepatu hitam dan ada corak coklat di pinggirnya berbentuk sepasang sayap.

"Bisakah kau tidak berteriak Dee?" Kataku sambil melihat sekeliling, berharap tidak ada orang yang menaruh perhatian ke kami berdua.

"Habisnya kau terlihat seperti melamun." Dee berbalik ke arah tempat dia berasal dan menyamakan langkahnya denganku.

Kami berdua sudah saling mengenal sejak kecil, tumbuh bersama, berada di sekolah yang sama, dan memiliki tujuan akademi yang sama juga.

"Kau tahu Light?"

"Apa?"

"Aku gugup dengan tes malam ini." Tangan kanan Dee menyentuh dada kirinya, dia tersenyum sambil melihat ke arah bulan, "Aku takut dapat elemen dasar yang tidak aku inginkan."

"Hah? Kau gugup hanya karena itu?, lagian itu bukan tes tapi penentuan."

"Hanya?! Kenapa kau bilang Cuma hanya?! Apa kau tidak gugup sama sekali?" Aku melirik ke arah Dee, dia menoleh ke arahku.

Aku hanya menggelengkan kepala, kenapa aku harus gugup? Setiap elemen dasar punya kelebihan dan kelemahan masing-masing, yang membedakan hanyalah penggunanya.

Kami berdua berjalan menuju ke Infinite Realm, satu dari tiga tempat penentuan untuk menemukan elemen dasar, Infinite Realm dipegang oleh perusahaan Infinite. Dua lainnya adalah Ignite Way yang dipegang sama perusahaan Ignite, dan True Path yang dipegang sama pemerintah.

Untuk mengakses elemen dasar, penggunanya akan diberi sebuah alat bernama Pather, yang merupakan alat untuk menstabilkan aliran mana ditubuh pengguna dan mengeluarkan mana itu untuk menciptakan banyak teknik. Pather bersifat selamanya untuk pengguna, dan setiap Pather hanya bisa menggunakan maksimal dua elemen dasar, tapi mayoritas setiap pengguna hanya satu elemen dasar dan sangat langka untuk menemukan pengguna dengan dua elemen dasar.

Jika beruntung, Pather pengguna juga akan bisa mengakses elemen khusus. Aku tidak tahu banyak tentang itu, tapi aku tertarik untuk mengaksesnya.

Kami akhirnya berada di depan gedung dengan bentuk bola yang hampir seluruhnya diselimuti dengan kaca. Kami berdua memutuskan untuk memilih Infinite karena tempat inilah yang paling sedikit orang yang daftar, walaupun biayanya cukup mahal. Lagipula, tidak ada perbedaan yang signifikan dengan dua lainnya, yang membedakan hanya Pathernya. Pather dari Infinite berupa gelang, Pather dari Ignite berupa kalung, dan Pather dari pemerintah berupa cincin.

Sesuai dugaanku, aku hanya menemukan beberapa remaja seperti kami, sekitar 20 orang. Tidak masalah, itu tidak terlalu banyak.

Tidak ada wajah orang yang aku kenali, bahkan Dee juga terlihat tidak mengenali siapapun. Kami terus berjalan ke arah aula sampai mataku menemukan sosok wajah yang familiar.

Seorang remaja putri dengan warna rambut coklat gelap panjang yang diikat ke belakang, memiliki bola mata yang indah berwarna coklat terang. Dia mengenakan sweater putih dan celana jeans hitam panjang, sepatu putihnya menjadi pelengkap yang sempurna.

Aku dan Dee mendekati wanita itu, dia menoleh ke arah kami dan tersenyum.

"Hai Light!" Dia memandangku, lalu menatap ke arah Dee, "Hai Dee."

"Hai Anna." Ucapku dan Dee berbarengan.

"Bagaimana kau bisa disini? Kukira kau bakal ke True Path." Kataku.

"Disana terlalu ramai, dan aku tidak punya waktu lama untuk itu." Anna berjalan ke tengah Aula, aku dan Dee mengikutinya, "Dan aku lebih suka memakai gelang daripada cincin."

"Hanya itu?" Dee pindah ke samping kanan Anna dan mencoba untuk menyeimbangkan langkahnya. Anna Cuma mengangguk. "Bagaimana dengan Ignite Way?"

"Ignite Way juga, peminatnya sangat tinggi semenjak Total Arena tahun kemarin."

Total Arena adalah turnamen tahunan yang diselenggarakan sama Alessya Familia yang disponsori oleh dua industri besar, Ignite dan Infinite. Juara dari turnamen itu akan mendapatkan hak khusus dan menjadi bagian dari tim khusus penjaga perdamaian yang bernama Total Zero, penjaga perdamaian? terlihat menarik tapi terlalu berlebihan, aku bahkan tidak pernah mendengar pencapaian yang membanggakan dari tim itu.

Kami bertiga sudah sampai di tengah aula, dikejutkan dengan suara yang menggema mengisi seluruh ruangan.

"Selamat datang calon pengguna, terima kasih telah memilih kami dan menaruh kepercayaan kalian pada kami. Kami pasti tidak akan mengecewakan kalian dan akan melayani kalian dengan sepenuh hati. Langsung saja, dimohon menghadap ke utara. Di depan kalian ada lima lingkaran dan di setiap lingkarannya ada dua lubang. Yang kalian lakukan hanyalah berdiri di atas lingkaran itu dan memasukkan ke dua tangan kalian ke lubang, tunggu beberapa menit dan Pather sudah terpasang, sistem Pather yang kalian punya akan memberitahu elemen dasar kalian dan memberi petunjuk tentang apa yang akan kalian lakukan selanjutnya. Lakukan secara bergiliran, terima kasih!"

Sesimpel itu? Kukira akan ada cara-cara yang rumit lainnya. Apa karena biaya Pather Infinite ini lebih mahal dari lainnya? Jadi mereka memanjakan para penggunanya.

Kami bertiga memutuskan untuk mengambilnya di akhir, sambil menunggu giliran, aku melihat berbagai ekspresi setiap remaja yang sudah mendapatkan Pathernya. Ada yang senang, ada yang murung, bahkan ada yang tidak berekspresi sama sekali.

Satu per satu remaja sudah menyelesaikannya, bahkan Dee dan Anna sudah tiba gilirannya. Mereka berdiri di lingkaran masing-masing, lingkaran itu menyala dan ada cahaya hologram yang muncul di sekitarnya. Saat mereka berdua mau memulainya, aku melihat salah satu remaja telah berjalan keluar dari lingkarannya, lalu sudah saatnya giliranku.

Aku berjalan ke salah satu lingkaran, berdiri di atasnya dan lingkaran itu mulai menyala, layar hologram yang berada di depan memintaku untuk mengisi beberapa data. Setelah mengisi semuanya, aku segera memasukkan kedua tangan ke dalam dua lubang di depan.

Aku merasakan tepat di pergelangan tangan kiri seperti ada sesuatu yang terpasang, rasanya begitu dingin dan mengalir di sekujur tubuhku, aku tidak tahu apa itu pasti, mungkinkah itu Pather milikku? Dan ada sesuatu yang mengalir di tubuhku meresponnya.

Layar hologram menuliskan sesuatu, Suara atau tulisan?

"Suara!" Kataku pasti.

Setelah dua menit proses tadi, aku mendengar sesuatu di dalam pikiranku. 'Terima kasih telah memilih saya, silahkan beri nama Pathea Anda, cukup sebutkan dalam pikiran.'

Nama? Jadi Pathea selama ini bukan hanya sekedar alat? Tapi mereka juga punya AI, menyenangkan sekaligus menakutkan. Jadi sebaiknya nama apa yang aku pakai, nama yang mudah diingat sekaligus mudah disebut, ah aku tahu! Mirach.

'Mirach, baiklah... nama yang bagus. Anda telah selesai, selamat bersenang-senang!'

Cahaya yang menyala di sekitarku mulai redup, aku menarik kembali tanganku dan tepat di tangan kiriku terpasang sebuah gelang berwarna putih dengan ada logo seperti bintang? Mungkin, logo itu berwarna biru. Bagaimana caraku menjelaskannya, itu seperti gabungan dua logo bintang besar dan bintang kecil yang ditumpuk, di tengahnya ada lingkaran kecil, logo itu berada di dalam sebuah lingkaran dan sedikit keluar batas lingkaran.

Tapi bagaimana caraku mengetahui elemen dasar yang aku dapatkan? Mirach?

'Baik Tuan, Anda mendapatkan elemen dasar petir, untuk mengakses teknik apa yang tuan bisa gunakan, tuan bisa menekan Pather Anda atau bisa memanggil nama saya.'

Petir? Tidak buruk juga, aku akan mempelajarinya lebih dalam lagi saat sudah di rumah nanti. Oh ya, Mirach kau tak perlu seformal itu, cukup panggil aku Light saja. 'Baiklah, Light.'

Aku berjalan menuju ke tempat dua temanku berada, dari ekspresi yang aku baca, kelihatannya mereka berdua puas dengan hasilnya.

"Kau dapat elemen apa Light?" kata Dee, dia yang paling bersemangat diantara kami bertiga.

"Petir." Jawabku singkat.

Aku melihatnya, ekspresi terkejut Dee yang sangat menyeramkan, setidaknya menurutku. Bahkan Anna juga menatapku dengan tidak percaya.

"Petir? Bagaimana bisa?!" Dee teriak padaku.

"Kau mendapatkannya, elemen dasar terlangka." Kata Anna dengan nada datar, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

"Aku hanya naik ke lingkaran itu dan tadaaaa!" Aku mengangkat tangan kiriku dan menunjukkan Patherku ke mereka. "Bagaimana dengan kalian?"

"Aku api." Jawab Dee dengan semangat kembali, dia menunjukkan pathernya. Itu terlihat sangat menarik, warna dominannya berupa merah tua dengan ada corak berbentuk gerigi warna hitam dipinggir-pinggirnya, ada logo di tengahnya berbentuk segitiga besar berwarna hitam, di dalam segitiga itu ada lagi segitiga kecil berwarna merah tua, dan di dalamnya segitiga itu seperti ada tiga garis hitam yang menghubungkan setiap titik sudut segitiga ke titik tengah.

"Aku angin, dan kelihatannya Patherku ini tidak jauh berbeda dengan milikmu." Anna benar, Pathernya berwarna putih, bahkan logonya juga terlihat hampir sama. Bentuknya berupa pentagram dengan garis yang berwarna cyan.

"Kelihatannya kita semua puas dengan hasilnya bukan?" sambungku, mereka membalasnya dengan mengangguk. "Eh... kalau boleh tahu nama Pather kalian? Apa?"

"Namanya Almach." Jawab Anna.

"Kalau punyaku namanya Sirrah." Dee mengangkat tangan kirinya dengan semangat, lalu menurunkannya kembali, "Bagaimana dengan punyamu?"

"Mirach." Jawabku dengan jelas, "Tidak kusangka kita memiliki pemikiran yang sama."

"Yahoooo! Kau benar, kita bisa menyebut tim ini dengan tim Andromeda!" Dee mengepalkan tangan kirinya ke depan, aku melihat Anna yang hanya tersenyum dan ikutan mengepalkan tangannya ke depan.

Mereka berdua menatapku, lebih tepatnya menunggu responku. Aku mengikutinya juga, menyatukan kepalan tangan kita. "Andromeda ya, tidak buruk!"