webnovel

Bunga pertemuan

"Eh... Tia .. " kata Sharyn sambil menarik helai aksesoris yang dia pasang di lengannya.

"Apa?" jawabnya Tia dengan cetus.

"Eeeh .. gimana dengan bunga aksesoris yang katanya elu yang pesen itu, apa udah siap entar ada di sana?" tanya Sharyn

"Aaaaaaa.....? " jawab Tia bingung.

"Emangnya itu bunga buat apa?" Tia yang juga belum sadar dengan maksud pertanyaan Sharyn.

"Lah itu bunga kan mau kita bawa, yaa buat pelengkap gaun kita aja!"

"Lah .. emang aku ada ngomong buat itu ..?" tanya balik Tia kepada Sharyn.

"Huuuuuu.... semua yang di Mobil serentak kesel sama Tia yang mendadak aneh.

"Tia.. yang waktu lalu ngomong mau bawa bunga kecil kecil buat ke acara lamaran sodara gue itu siapa?"

tanya Lifa.

"I..ch.. kok jadi aku si? aku itu cuma pesen satu itu buat me .. saja!" jawab Tia dengan percaya diri.

"Jadi... ? yaaa ampun gak abis pikir gue punya kembaran yang aneh kaya elu, terus yang waktu lalu itu elu cari-cari di internet bunga termahal bunga terbaik terwangi sepanjang botol teah itu di mana?, maksud nya apa? haah...? tegas Qia kepada Sodara kembarnya, namun Tia hanya cengengesan.

Mendengar Qia yang cerewetnya tambah dan bertambah Lifa pun mencoba melerai.

"Haaaaaaadoooh .. iich kok jadi malah debat gini si .. udah dech yang perlu kita fikirkan adalah hanya aksesoris yang pas buat pelengkap penampilan doank, kan?

ayoo lah berfikir soalnya gak mungkin kan? kita minta orang lain yaa termasuk mereka itu ..iyaa.." perjelas Lifa dengan serius.

Yang di maksud mereka adalah minta kepada keluarganya Lifa apalagi tersangkut paut dengan neneknya itu sangat membuat Lifa males sedangkan aksesoris itu adalah memang kebutuhan mereka pribadi, secara itu adalah pelengkap penampilan yang akan menambah kesan berbeda dengan tamu yang lainnya.

Qia yang masih saja kesal dengan kembarannya hanya diam dengan muka masemnya, sementara Lifa merasa lucu saja dengan tingkah mereka itu.

"Heran gue rasanya mau dateng ke acara sepenting ini .. kalau sampai kacau sii gue lempar elu Tia ke kolam belakang biarin di makan kodok lu...!"

ucap Sharyn karena kesal

"Udah-udah .. hampir nyampai ribut Mulu dech dari tadi" ucap Lifa

"Tunggu pak kita berenti dulu!"

kata sharyn kepada supirnya.

"Jadi gimana nie.. mau cari bunga dulu atau udah kaya gini aja?"

"Ah kalian ini berisik doank bisanya. Udah kita turun aja entar di depan sana ada kiriman barang, itu gue yang pesen dari tadi, isinya bunga yang sama persis dengan yang Tia pesan"

kata Gita menjelaskan.

"Oooooooooooh.... engkau adalah pahlawan"

ucap Qia memuji

"Baiklah pahlawan yang lahir terlambat mungkin" tambah Lifa yang merasa bodo amat. Mendengar itu Tia sedikit kesal karena harusnya hanya dia yang pakai aksesoris cantik dari bunga-bunga pesanannya.

Sampailah mereka di acara lamarannya Vito

gedung yang megah nan mewah. Berjumpalah dua keluarga besar yang sebelumnya tidak saling mengenal, sementara di luar banyak para fens dari Vito maupun dari BBS yang ikut hadir untuk menyaksikan hari yang berbahagia.

Berjalan dengan eloknya dengan keanggunan senyuman yang penuh kebahagiaan membuat semua fans dari BBS terkagum-kagum.

"Maaf Nona cantik apa anda yang yang bernama Tia?" tanya seorang kepada Lifa.

"Ooh itu yang di sana, ada apa?"

tapi orang itu bingung hanya menyerahkan paket dan Lifa berkata biar Lifa saja yang memberikannya, tapi Lifa tak langsung memberikannya, dia justru mengajak Sharyn berbicara tentang paket tersebut.

"Liat dech, penasaran gue sama isi nya" dengan menunjukkan paket tersebut kepada Sharyn.

"Coba buka ..!" ujar Sharyn.

Tapi belum sampai di buka Tia dateng dan dengan cepat tanganya menyabar paket tersebut tanpa berucap kata, lalu pergi

"Uuuuuu ... dasar Tia tiu.."

cletus Sharyn.

Dan Tia pergi ke belakang untuk merapikan bajunya dan memasang aksesoris tersebut.

"Aaaa...''..' aaaa... kok patah!!" Tia yang terkejut karena tangkai bunganya yang patah, mungkin karena tadi waktu ambil dari tangan Lifa terlalu sewot jadinya ngena ke tangkainya mungkin.

"Aaaah... gimana nie...?" Tia yang semakin kesal dengan keadaannya dan mencoba memperbaiki tangkainya yang patah.

Tanpa sepengetahuan Tia, ternyata ada Vito di sana. Vito memperhatikan dan mulai melangkah mendekatinya, Tia pun menyadari bahwa ada seorang yang berjalan menuju ke arahnya dengan suara langkah kaki yang pelan hingga Tia pun menoleh, dan dia serasa tak percaya bahwa apa yang di lihatnya itu adalah kenyataan. Gugup canggung campur aduk yang Tia rasa. Jantungnya pun mulai berdetak tambah kencang dan tambah kencang kala suara Vito sudah terdengar semakin mendekat.

"Hay....." sapa Vito.

Namun Tia justru makin gugup hingga salah tingkah, Vito pun mendekatinya melihat Tia yang mungkin sedang membutuhkan bantuan.

"Kenapa kok sedih keliatannya?" tanya Vito kepada Tia.

"Iyaaa Kak Vito ini bunganya copot hehehe"

"Coba sini ku lihat, oooh ini gak copot kok cuma butuh penjepit aja."

" Gitu yaa"

jawab Tia dengan suara pelan seperti orang yang gak makan lebih dari tiga hari.

Vito melepas aksesoris bunga yang ada di saku bajunya mengambil penjepitnya yang kemudian di pasangkan untuk memperbaiki tangkai bunga yang akan di pakai oleh Tia. Melihat itu Tia merasa risih, malu entah bingung mau ngomong apa.

"Mmmmmmmmmm... "" mendengar Tia bergumam mengundang tatapannya Vito. Terlihat senyumnya yang menawan tapi Tia tak berani menatapnya , hanya membalas dengan senyuman yang alot.

"Nh udah bener ini, mau di pasang di mana?" tanya Vito dengan lembut.

"Biar ku pasang sendiri saja, iyaa terima kasih. lalu.. bagaimana dengan mu? itu kan penting untuk mu?" dengan risih Tia bertanya.

"Ah.. udah gak apa-apa aku tanpa hiasan ini, ya udah aku duluan yaa sepertinya acara udah mau mulai, ok! sampai ketemu."

Sambil melangkah Vito menepuk pundak Tia dan tangan yang satunya meletakkan aksesoris yang sudah tanpa penjepitnya. Tia hanya bisa tersenyum haru, dia tak menyangka kejadian ini. Serasa hari ini dia adalah orang paling beruntung di dunia ini.

Apa si yang gak berarti untuk seorang fans kecuali kagum terhadap apa saja yang di miliki oleh idolanya.

Melihat aksesoris jaznya Vito yang udah tergeletak di meja membuat tiat kegirangan.

"Aaaaaaaaaaaaaaa'''aaa ... !!" dengan riang ti6a mengambilnya dan segera memasukkan ke dompetnya. Dia berjalan penuh dengan kegembiraan hingga ada di depan Lifa, dia masih salah tingkah.

"Dari mana si lu ... lama amat ?" tanya Lifa yang seperti ada keanehan dalam diri Tia.

Namun Tia tak menjawab hanya tersenyum lebar dan melangkah pergi.

"Uuuh.... hari yang melelahkan, Kak Vito cantik sekali istrinya, aku sampai berfikir kalau dia adalah bidadari yang tercipta untuk hidup di bumi."

hati Tia tak henti hentinya terkagum dengan semua yang Vito miliki. Pria mapan punya calon istri yang sempurna tambah sempurna saja hidupnya. Begitulah yang terbayang dalam benaknya Tia.

Terfikir dan terfikir hingga terbawa mimpi, Tia tidur masih dengan gaun yang belum sempat dia ganti.

"Yaaa ampun .. Tia...!!"

Qia yang terheran melihat sodara kembarnya yang tertidur pulas dengan masih memakai baju yang dia kenakan untuk mendatangi acara lamarannya Vito.

Hidup ini adalah pemandangan bagi yang hanya melihatnya dengan mata, sedangkan apa yang terlihat hanya dengan mata saja tentulah terkadang bukan keadaan yang sebenarnya. Tidak semua yang tampak adalah kenyataannya, bisa saja itu adalah hasilnya saja, yang menyembunyikan pedihnya perjuangan.

"Aaaauuuu....'' duh duh ! ini tempayan panas amat!" Maula pun segera melepas tempayan dari tangannya.

"Kraak!" tempayan pun terbentur lantai dapur.

"La'." panggil khifdza penasaran.

"are yau ok?!" ucap Khifdza penasaran dengan suara tersebut. tapi Maula belum mempedulikan karena sibuk mengibas-ngibaskan tangannya yang kena panas.

"Diiii...h... panas amat si yaa melepuh kan tangan gue!"

dan terdengar lagi panggilan dari khifdza

"La'..kenapa La'?" tanya Khifdza dengan lebih keras. dan Maula pun mendatangi Khifdza.

"Kenapa Bos ah panggil ..panggil mulu dari tadi?"

"Ngapain sih lu dari tadi kayaknya berisik. Apaan? apa sekarang elu udah bisa ngomong sama wajan hhaah?"

"Nie liat melepuh kan? tangan gue Bos!" sambil menunjukkan jari tangannya yang sudah memerah.

"Lah.... kok bisa si?" tanya Khifdza dengan penuh penasaran.

"Tau ah .." jawab Maula dengan memalingkan wajahnya.

"Maksud gue kan pancinya belom mendidih kok bisa tangan elu melepuh?, bingung gue jadi nya" tanya Khifdza dengan merasa aneh.

"Apaan no... !" sambil menunjukan ruang dapurnya "No salahin tempayan no.. di sono yang bisanya cuma diem doank!"

"Bodo amat, tau ah" ucap Khifdza tak habis pikir, bagaimana bisa Maula berbicara seperti itu, dari mana coba dia belajarnya.

"Iyaa Bos dia itu gak mau ngomong ma aku kalau dia itu panas, yaa sedang kan gue mana tau!" ucap Maula membela diri.

"Yaaa ampun La...' hhhhh" Khifdza pun langsung tertawa sambil menutup wajahnya.

sambil masih sibuk dengan mengemas kopi yang baru saja di tumbuk dengan masih tertawa yang ter jeda-jeda.

"Wangi nya ... "

yang bisa menyejukkan pikiran mendamaikan hati, menyingkirkan risau. Ceriaaa sepanjang waktu. Ah itu kan cuma promosi di terima bagi yang suka, ada yang suka ada yang tidak. Itu sudah hal yang biasa dalam hidup ini. Memiliki banyak pelanggan adalah cerminan dari banyaknya pecinta kopi tapi tentu saja tidak berakhir hanya di sini kisahnya, setelah bisa mendapatkan banyaknya penikmat kopi. Adapun yang tak suka itu pasti ada

seperti yang terjadi kepada seorang penjual tanaman langganannya Khifdza. Dia begitu kagum dengan kesopanan dan kesederhanaannya khifdza, entah dari tutur katanya atau dari penampilannya. Hingga jika Khifdza datang ke sana selalu di istimewakan. Meluangkan waktu sebaik-baik untuknya agar tak sedetikpun terlewati dengan percuma. Hingga pernah ada niat untuk menjodohkan Khifdza dengan Putri kesayangannya

Namun Khifdza merasa dirinya tidak pantas untuk putri nya yang memiliki segalanya. Dalam pendidikan atau materi.

Sedang Khifdza hanya seorang peracik kopi, namun Khifdza tak berani secara langsung menolaknya lantaran tidak ingin sampe menyakiti hati orang yang memberi kebaikan padanya.

Terkadang hal ini membuat Khifdza banyak meluangkan waktu merenungi nasib kedepannya. Namun tetap saja jawaban hatinya sama. Dia tidak bisa menerima perjodohan itu karena merasa ada yang tidak pas di hatinya.

"Pusing banget gue rasanya La'." kata Khifdza sedikit mengeluh kepada Maula yang juga sedang tiduran di sampingnya menikmati waktu sebelum pelanggan berdatangan.

"Terus apalagi bos?" tanya Maula sambil melamun tanpa sedikitpun fokus.

"Apalagi , maksud elu...? tanya Khifdza

"Ngeluh.. pusing .. lelah.. capek aaaah.... yang lain apa gitu Bos?"

Mendengar kata - kata itu khifdza sedikit tertegun dengan diam yang entah bercampur apa. Hanya langsung tersadar bahwa ada hal baru yang terjadi kepada Maula. Ternyata Maula kini dan yang kemaren sudah berbeda. Dia sudah memiliki pemikiran dewasa, dia sudah bisa menganggap cuek akan lelahnya dalam hidup, sudah bisa berucap bahwa lelah bukan lah suatu masalah. Itu adalah respon yang pertama di dapat dari pemikiran Khifdza.

"Mmm jadi gini Bos.."

Namun belum juga Maula selesai dengan kata-katanya sudah terdengar tawanya Khifdza, Maula pun menoleh melihat Khifdza yang tertawa lepas.

"Di...ch.. malah ketawa dia!" Maula pun membalikkan badannya karena sedikit kesal ketika hendak menasehati tapi justru di tertawa kan oleh Khifdza.

Yang semakin gemas tertawa lepas dan menggebuk-gebuk bantal yang ada di dekatnya.

"La' elu inget gak ....?" ucap Khifdza yang masih dengan tertawa namun Maula sudah fokus dengan ingin mendengar apa yang di ucapkan oleh Khifdza.

Maula pun segera bangun dan berlari, melihat itu Khifdza merasa tambah aneh.

"Kenapa lagi itu anak mau di ajak ngomong malah kabur." dan Maula segera kembali dengan nafas ngos-ngosan.

"Apaan si Bos?, orang kompornya udah ku matiin juga." jawabnya dengan kelelahan.

"Lah... yang nyuruh elu matiin kompor siapa?

yaaaa ela..'. Maula ." ucap Khifdza tambah keheranan dengan tingkahnya kali ini.

Mendengar itupun Maula hanya tertawa terbahak sadar bahwa Khifdza menjadi tambah pusing.

Bagi Maula, Khifdza adalah seorang yang istimewa dalam hari-harinya. Menjaga perasaan Khifdza adalah penting karena Khifdza adalah satu-satunya Bos yang dia miliki, meski tak ada bayaran untuk itu. Tapi adalah balasannya untuk Maula juga di istimewa kan oleh Khifdza. bahwa bagi Khifdza, Maula adalah berbeda dengan yang lainnya.

Tetapi terkadang itu menjadi hal yang sulit kala hati memendam kata-kata. Semua ini tidaklah selalu terjadi dengan sesuai harapan, tapi dengan kekompakan dengan saling mengingat kebaikan yang pernah di berikan oleh masing-masing, dan itu bisa sedikit mengurangi suasana yang hendak kacau. Semua orang pasti punya teman. Tetapi teman yang mampu mengingat pemberian kebaikan dan mau ada di saat semua orang menjauhinya itu tidak mudah untuk di dapatkan.

Sahabat sejati adalah yang diam-diam mau ada untukmu tanpa perlu engkau tau bahwa dia rela melakukan sesuatu untukmu tanpa orang lain tau. yang terpenting adalah dia mampu menjaga perasaanmu, berhati-hati dalam berucap bahkan bersikap, agar engkau selalu dalam keadaan baik selalu.

Dia akan ikut merasakan kepedihan mu tanpa engkau membagi kebahagiaanmu pun dia akan ikut berbahagia.

.