webnovel

Lelaki Dalam Kabut

Bagi Mimi, mimpi adalah bagian dari kenyataan. Apapun yang hadir dalam mimpinya akan hadir pula di dunia nyata. Namun ada satu mimpi yang tak kunjung jadi nyata, mimpi tentang lelaki yang wajahnya selalu tertutup kabut. Berbagai petunjuk hadir tentang lelaki dalam kabut tersebut, namun Mimi tak juga menemukan lelaki itu didunia nyata. Sahabatnya menganggap Mimi sudah gila karena jatuh cinta pada lelaki dalam mimpi yang bahkan tak diketahui wajahnya seperti apa. Dia juga mengabaikan cinta yang nyata ada dihadapannya karena lelaki kabut itu. Apakah lelaki itu memang benar-benar ada? Dan apakah yang dirasakan Mimi adalah cinta atau obsesi semata? Akankah pencarian Mimi membuahkan hasil? 

Zianaabia_79 · Teen
Not enough ratings
74 Chs

Saat Hujan

Rendra POV

Punya adek semata wayang tapi anehnya minta ampun. Pagi-pagi tadi saat sarapan tiba-tiba saja Mimi menghampirinya,

"Abang, hari ini bawa payung ya! Sama Jaket," kata Mimi.

"Payung ada di mobil Dek, tenang aja," jawabnya.

"Payung lipat Bang, simpan di tas Abang," kata Mimi lagi.

"Ah ngapain sih, ngga lagi musim hujan ini. Ngapain bawa payung lipat? Kamu ngga lihat tuh pohon kering kerontang? Lagian Abang ngga punya payung lipat. "

"Abang nurut aja deh, kalau ngga punya, sebentar aku ambil payung aku. Kebetulan aku hari ini libur, jadi payungnya free,"

Dan sekarang, payung biru milik Mimi sudah tersimpan manis dalam tas ranselnya. Jaket juga tadi Mimi letakkan disana. Entah apa maksud bocah itu.

---

Rendra tiba di kantor tepat waktu, dan langsung masuk ke Kantornya. Di meja kerjanya tampak setumpuk berkas yang harus dia periksa.

Tok.. . Tok.. . Tok.. .

Suara ketukan pintu mengalihkan pandangannya.

"Masuk!" perintahnya.

"Udah datang Ren?" sapa Maya sambil melangkah masuk.

"Baru aja datang," jawab Rendra sambil tersenyum.

Maya duduk di sofa dan mengambil majalah dari rak disebelah sofa. Lalu membuka-buka majalah tersebut dengan asal.

"Kamu kenapa May? Kok kayak ada yang lagi dipikirin gitu?"

Maya menatap Rendra sekilas, lalu meletakan majalah yang dipegangnya keatas meja. Disandarkan punggungnya ke sofa, lalu berkata, "udah beberapa hari ini perasaan aku ngga enak Ren. Tapi aku ngga tahu kenapa."

"Ada hubungannya sama Adi?" tanya Rendra.

"Ngga tahu lah. Aku sama Adi sekarang ini entah apa statusnya. Dia perhatian sama aku, larang aku ini itu, seolah aku pacarnya. Tapi beberapa kali aku lihat dia sama perempuan lain. Aku kepengen protes sama dia Ren. Tapi kalau mikir aku ini bukan siapa-siapanya dia, aku jadi bingung."

Rendra menghela nafasnya. Dia bingung mau mengatakan apa. Rasanya memang bukan saran yang dibutuhkan Maya saat ini. Dia hanya butuh orang yang mendengar ceritanya.

Diambilnya minuman ringan dari kulkas, diberikannya pada Maya. Mereka hanya terdiam tanpa kata, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Rendra dan Maya bersahabat sejak mereka kuliah. Sejak itu pula Rendra menyukai Maya. Namun status sahabat membuat dia ragu untuk menyatakan perasaannya. Akhirnya bertahun-tahun dia memendam rasa itu sendiri. Menahan sakit ketika Maya dekat dengan laki-laki lain selain dirinya. Berulang kali pula dia menemani Maya melewati saat-saat patah hatinya.

"Kenapa aku ngga bisa jatuh cinta pada gadis lain? Padahal ada begitu banyak gadis cantik disekelilingku. Mengapa hanya Maya yang bisa masuk kedalam hatiku?" batin Rendra.

Pernah Rendra meminta saran dari Tio sahabatnya. Saat itu Tio berkata, "kalau saran gue sih ya bro, lo harus nyoba buat menjauh dulu dari Maya. Karena selama ini meski banyak perempuan disekeliling elo, Maya juga tetap ada. Jadi fokus lo tetap ke dia. Coba lo ambil jarak, ngga usah sama dia terus. Mungkin lo bisa melihat yang lain dengan lebih leluasa."

Rendra sebenarnya sedang menjalani saran itu. Sudah hampir sebulan dia menyibukan diri dan tidak terlalu memantau lagi aktifitas Maya. Hanya sesekali saja mereka berbicara. Untungnya perusahaan tempat mereka bekerja memang sedang sibuk sekali. Maya sebagai staf marketing juga sedang sibuk di lapangan. Jadi Maya tidak merasakan perubahan sikap Rendra padanya.

Tapi kedatangan Maya ke ruangannya pagi ini, membuat Rendra goyah. Perasaan sayang dan ingin melindungi kembali hadir. Membuat hatinya resah.

Hari ini , Rendra nyaris tidak bisa fokus bekerja. Sepertinya suasana hati Maya menular padanya. Dia ingin hari cepat berakhir, agar dia bisa segera pulang, dan beristirahat di kamarnya. .

---

Rendra keluar dari kantor, sampai diluar ternyata hujan turun dengan derasnya. Dia tersenyum sambil mengambil payung dari ranselnya.

"Mimi ini kayak cenayang aja," gumamnya. Lalu dia melangkah menuju ke mobilnya. Tapi tiba-tiba dilihatnya dua sosok yang dia kenal. Sepertinya mereka sedang berdebat. Payung yang dipegang salah satu diantara mereka tidak mampu menahan air hujan. Sehingga tubuh mereka tetap basah. Mereka adalah Maya dan Adi. Rendra memperhatikan mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh, namun air hujan mengalahkan suara mereka, sehingga dia tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Yang dia lihat kemudian hanyalah Adi pergi dengan mobilnya, meninggalkan Maya menangis ditengah lebatnya air hujan.

Dihampirinya Maya, sambil memayunginya Rendra menunggu Maya hingga reda tangisnya.

Maya memandangnya dengan air mata yang berurai. Tak tahan, Rendra memeluk gadis itu, mencoba menenangkannya. Saat itu hatinya berkata, "aku ngga akan menjauhi kamu May, aku akan selalu ada disini, melindungi kamu."

Diambilnya jaket dari dalam tas, disampirkannya ke tubuh Maya yang sudah basah kuyup. Kini dia tahu mengapa Mimi memintanya membawa jaket dan payung.

Rendra POV end

----

Sementara di rumah, Mimi menunggu dengan gelisah nya. Beberapa kali dia melihat keluar dari balkon kamarnya. Dia sedang menunggu Bang Rendra pulang dengan rasa penasaran yang membuncah. Senyum tersungging dibibirnya membayangkan apa yang terjadi pada Bang Rendra sore ini. Dia yakin ada kabar cukup baik dari Abangnya itu, mengingat mimpinya semalam,

Flashback

Mimpi Mimi

Sore itu hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Mimi dan Rendra yang sedang ada di sebuah supermarket terpaksa membeli sebuah payung lipat. Ketika mereka berjalan di parkiran, mereka melihat dua orang sedang berdebat. Sepertinya mereka pasangan kekasih. Si perempuan tampak menangis, sedangkan laki-laki yang bersamanya tampak tengah menahan emosi. Tak lama lelaki itu langsung masuk ke sebuah mobil, dan meninggalkan perempuan itu sendirian. Mimi melihat wajah perempuan itu, dia adalah Mba Maya."

Flashback end.

Suara mobil Bang Rendra terdengar memasuki garasi. Mimi bergegas turun dari kamarnya dengan riang. Rendra masuk rumah dengan pakaian basah dan tubuh yang sedikit mengigil. Tanpa basa-basi Mimi bertanya,

"Gimana Bang, Mba Maya baik-baik aja kan? Abang jagain dia kan?".

Rendra menatap Mimi dengan pandangan aneh. Lalu, "kamu tahu dari mana kalau ini semua akan terjadi?" katanya dengan nada penasaran.

Mimi tersenyum kecil.

"Rahasia!" katanya sambil mengedipkan mata lalu berbalik menuju kamarnya. "Oya Bang, aku udah siapin air hangat untuk mandi Abang," katanya lagi.

Rendra menatap punggung adiknya dengan diliputi penasaran. Namun diabaikannya dulu, dia bisa bertanya lain waktu.

Di kamar Mimi duduk sambil tersenyum lega. "ini baru langkah awal, nanti aku pasti akan bantu Abang lebih dari ini, Abang pasti akan bahagia," batinnya.

Direbahkan tubuhnya diatas kasur empuknya, lalu dipejamkan matanya. Dia berharap malam ini dia akan diberi mimpi yang jauh lebih indah lagi, agar esok hari dapat dia jalani dengan indah.

Namun ternyata...