webnovel

Kajian

"Kajian Pra Nikah, Menjemput Jodoh Impian"

Mata Mimi membulat membaca tulisan di spanduk pintu utama Gedung Andromeda tempat kajian akan berlangsung. Matanya menatap Rani dengan tatapan bingung, sementara yang ditatap hanya tersenyum simpul. Rani menarik tangan Mimi dan mengajaknya masuk ke dalam Gedung. Rani langsung mencari tempat duduk paling depan,

"Apa-apaan sih kamu Ran? Katanya kamu mau ajak aku ke kajian pengembangan diri? Kok malah ke kajian Pra Nikah? Kamu ngerjain aku ya?".

" Iiih Kak Mimi, siapa yang ngerjain. Kajian Pra Nikah kan bagian dari kajian pengembangan diri. Pengembangan Diri dalam rangka mempersiapkan diri menjadi seorang istri dan suami. Tuh lihat pesertanya, banyak kan Kak? Laki-laki juga banyak tuh!".

Mimi mengedarkan pandangannya dan memang benar, peserta tampak membludak. Entah apa magnet dari kajian ini.

Tiba-tiba Mimi dikejutkan oleh sosok yang baru saja masuk lewat pintu yang tadi mereka lewati juga.

"Tama? Alan?" serunya. Yang diikuti tatapan terkejut dari dua sosok yang disebut namanya itu dan juga Rani.

"Lho Mas Pram sama Kak Tama kok ada disini?" tanya Rani.

Sementara yang ditanya saling bertukar pandang karena kaget dengan kebetulan itu.

Tiba-tiba Rani tertawa geli, "oalaaah, jadi Mas Pram ngajak Kak Tama ke seminar itu seminar ini? Tau gitu kita janjian bareng. Waaah, kakak-kakakku lagi mulai persiapan nih?" kata Rani dengan nada menggoda.

Wajah Tama dan Alan tampak memerah.

"Kalian juga kok ada disini?" tanya Tama.

"Iya nih Rani. Dipikir kajian pengembangan kepribadian apa gitu. Tahu-tahu soal ini. Dasar anak usil," kata Mimi sambil mengusap gemas kepala Rani.

"Aku kan memang selalu ikut kajiannya Kang Abay. Ngga ada yang aneh kan?".

" Ya udah, kami cari tempat duduk dulu ya, nanti ngga kebagian. By the way, kamu pantas dengan pakaian itu Mi," kata Tama sebelum akhirnya meninggalkan dia dan Rani.

Wajah Mimi memerah mendengar ucapan Tama.

"Eeeh, Kak Tama barusan muji Kak Mimi ya? Hadeuh... kenapa ngga direkam sih? Jarang-jarang lho dia muji seseorang," kata Rani.

---

Kajian itu ternyata sangat menarik. Kang Abay benar-benar membawakan materi dengan piawai dan memberi banyak pencerahan.

Mimi jadi mengerti konsep ta'aruf yang dulu terasa begitu asing. Diam-diam Mimi bersyukur karena walau sebelumnya dia tak mengerti bahwa pacaran itu tak ada dalam Islam, dia tak pernah menjalaninya. Yah, walau saat itu dia minim ilmu dan bukan karena niat yang sesuai dengan tuntunan agamanya, setidaknya dia tak melakukan kesalahan. Tinggal niatnya saja diperbaiki, karena sekarang ilmunya sudah dia peroleh.

Mimi juga jadi paham, bahwa jika ingin jodoh yang baik dan shaleh, maka dia juga harus jadi pribadi yang baik dan shalehah. Kalau kata Rani, siapapun jodohnya kelak, semoga sekarang sedang sama-sama mentarbiyah diri menjadi pribadi yang lebih baik.

Jujur, Mimi sangat terkesan dengan kajian ini, dan berniat akan menonton kajian-kajian seperti ini di youtube seperti yang Rani katakan semalam.

"Gimana Kak? Bagus ngga kajiannya?" tanya Rani begitu acara selesai.

Mimi mengacungkan jempolnya tanda dia menyukai. Mereka masih tetap duduk, karena tak mau ikut berdesak-desakan saat keluar.

"Habis ini kalian mau kemana?" tiba suara Tama terdengar dari samping mereka.

"Mau makan dulu, terus ke Toko Buku habis itu pulang," jawab Rani.

"Tadi kalian naik apa kesininya?".

" Naik taxi online," kali ini Mimi yang menjawab.

"Kalau gitu, kalian ikut kami aja. Nanti diantar. Kamu juga akan kami antar pulang Mi. Gimana Pram?" tanya Tama.

"Setuju," jawab Pram langsung.

"Aduh, kalau nganter aku kalian muter-muter nantinya. Ngga apa-apa nanti aku pulang sendiri," tolak Mimi.

"Ah Kak, biarin aja. Kalau mereka mau, ikutin aja. Udah yuk, kita jalan," kata Rani sambil menarik tangan Mimi. Mimi hanya bisa pasrah mengikuti Rani.

---

"Kamu sekarang ngerti kan Mi, soal komitmen yang pernah aku sampaikan dulu?" tiba-tiba Alan membuka percakapan saat mereka tengah makan.

"Eh, maksud kamu?".

" Iya, dulu kamu kan bingung saat aku bilang ngga bisa berhubungan dengan seseorang, kamu malah nyangkanya aku ngga normal," kata Alan.

Wajah Mimi memerah mengingat obrolan mereka saat itu. Memang bodoh sekali rasanya dia sampai mengira begitu.

"Ya, maklum Pram, kan memang Mimi belum tahu, sama seperti aku. Aku juga baru tahu soal ini. Tapi baik aku dan Mimi biarpun awalnya tidak mengerti konsep ta'aruf sama-sama belum pernah mencoba pacaran lho! Ya kan Mi?" tanya Tama.

Mimi mengangguk membenarkan perkataan Tama.

"Ya, kalaupun pernah juga ngga apa-apa sih, namanya belum tahu ilmunya, ya ngga salah juga," kata Rani.

"Kalau aku sih malah jadi termotivasi buat membenahi diri jadinya," kata Mimi. "Bukan semata untuk mendapat jodoh terbaik, tapi juga untuk kebaikan aku sendiri," lanjutnya.

"Good Kak Mimi! Perihal jodoh rahasia Allah. Memperbaiki diri itu suatu keharusannya. Hal-hal positif yang diperoleh setelah memperbaiki diri itu adalah bonus."

Mimi sepakat dengan perkataan Rani. Di lubuk hatinya, dia bersyukur dipertemukan dengan Rani, karena bersamanya dia menemukan banyak hal-hal baru yang sarat akan hal positif. Bukankah pertemanan itu seharusnya memberikan dampak positif?

---

Setelah makan, mereka berempat langsung ke Gramedia. Mimi langsung menuju ke rak novel-novel kesukaannya.

"Kamu suka baca?" suara Alan membuatnya mengalihkan mata dari buku yang tengah dibacanya.

"Hehehe iya."

"Genre apa?".

" Misteri, aku suka baca buku-buku misteri seperti karya Sidney Sheldon atau Agatha Christie. Fantasy seperti Harry Potter juga aku suka. Tergantung lah!" jawab Mimi.

"Dipikir kamu suka genre romantis."

"Baca sih, tapi ngga yang jadi favorit. Hanya sekedar baca aja."

Alan mengangguk-angguk. "Hmmm... oya, makasih ya kamu udah bantu aku ngasih tahu Sisi. Sekarang dia udah ngga pernah ngejar-ngejar aku lagi."

Mimi tersenyum mendengar ucapan Alan. "Sisi itu sebenarnya gampang kok dikasih pengertian, asal kita bisa ngomongnya aja. Sekarang mungkin sudah move on dari kamu."

"Dia ngga benci aku kan?".

" Ngga, dia hanya mencoba membuka diri, bahwa di dunia ini laki-laki ngga cuma kamu aja."

Alan tertawa mendengar perkataan Mimi. Ditatapnya gadis yang kini tengah kembali membaca buku. Jilbab yang tengah digunakannya membuatnya tampak lebih anggun. Alan senang dengan penampilan Mimi hari ini. "Tuhan, semoga dia memang jodohku," kata Alan dalam hati.

Sementara beberapa meter dari mereka, tampak Tama sedang memperhatikan. Ada rasa cemburu dihatinya. Sempat dia berniat untuk menepi, karena tokh dia sudah bisa menduga endingnya. Mimi pasti akan berjodoh dengan lelaki kabutnya. Lalu untuk apa dia membuang waktu untuk mendekatinya?

"Jangan mundur Kak! Tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Gencar berdoa, takdir akan dikalahkan oleh do'a," kata Rani.

Tama menguatkan diri, mencoba untuk optimis kembali. Pertempuran belum usai, sebelum ijab kabul terucap.

Next chapter