webnovel

Legendary the Devil Knight (Indonesia)

(REWORK) Pada jaman dahulu, sebuah gerbang-gerbang muncul di dunia, gerbang itu adalah penghubung antara dunia iblis dan manusia. Ketika iblis mulai menyerang manusia, muncul lah para manusia yang melawan iblis itu yang disebut ksatria. Seorang anak laki-laki bernama Hans, bercita-cita ingin menjadi ksatria, dia tinggal Bersama Nenek Yunija dan teman-temannya yang bernama Mina dan Jira, dipinggiran desa yang kumuh dan miskin. Hans, Kemudian, Hans bertemu seseorang bernama Jack, yang menjadi gurunya. Setelah Hans mengetahui semua kebusukan dunia ini, dia mempunyai tujuan, untuk menyelamatkan dunia dari iblis maupun sejenisnya.

suryamiranata · Fantasy
Not enough ratings
20 Chs

Chapter 14 - Teka-teki Surga Dan Neraka

Di sebuah ruangan yang megah, seorang wanita yang dipenuhi dengan aura kecantikan yang murni, memakai gaun indah berwarna hijau, dengan selandang yang melingkari tubuh indahnya, di atas kepalanya memakai mahkota yang terbuat dari emas dengan desain yang cantik, dan membawa tongkat sihirnya yang sangat indah sedang duduk di sebuah kursi penuh dengan ukiran indah yang terbuat dari kristal-kristal putih yang bening. Dia dijuluki Ratu dari pantai selatan bernama Kadita.

Lalu ada tiga orang yang berdiri melayani sang Ratu, mereka adalah orang yang di percaya sang Ratu, sebagai kaki tangannya.

Kaki tangan pertama adalah seorang wanita yang bernama Dinda, dengan kecantikannya, memakai gaun, dan selandang ciri khas dari kerajaan Pantai Selatan, namun kecantikan tidak bisa

dibandingkan dengan sang Ratu.

Dinda : "Ratu, apakah kau yakin, dia adalah anak yang diramalkan itu?"

Kadita : "Aku tidak begitu yakin, maka dari itu aku harus mengujinya terlebih dahulu".

Kemudian laki-laki di sampingnya, berbicara, dia adalah kaki tangan kedua bernama Badar, yang bersiap mati demi sang Ratu. Badannya berotot dan menggunakan rompi yang memperlihatkan otot-ototnya, memakai selandang yang sama, namun mengikat di pinggangnya.

Badar : "Aku tidak bermaksud untuk mempercayainya"

"Jika anak itu, kenapa dia begitu bodoh?"

"Bukan begitu, bukankah dia hampir saja mati keracunan jamur".

Kaki tangan wanita yang ketiga bernama Sari, juga bertanya. Dia adalah kaki tangannya yang ketiga, dengan pakaian mininya yang memperlihatkan tubuh indahnya, namun Sari terlihat ganas dari mimik mukanya.

Sari : "Ratu bagaimana jika dia bukan anak dari ramalan itu?

Ratu pun berpikir sejenak, ketika menjawabnya.

Kadita : "Hmmm, jika bukan, haruskah aku membunuhnya?".

Lalu Kadita memanggil anak buahnya, kemudian dengan cepat mereka bergegas, dan kini sudah ada lima orang memakai baju zirah ciri khas kerajaan Pantai Selatan, sedang berlutut duduk setengah badan memberi hormat kepada sang Ratu.

"Suatu kehormatan, Sang Ratu"

Kadita : "Kalian semua, tahu kan tugas kalian?"

"Ya, Ratu"

Mereka lalu berdiri dengan tegas menandakan mengerti, lalu pergi dari ruangan megah itu.

Kadita : "Aku akan mengawasinya, kita lihat saja".

***

Membuka mata perlahan, dengan keadaan terbaring, Hans pun perlahan sadar, kemudian dia duduk menyilangkan kakinya, di sana terlihat sebuah tempat yang asing, gelap dan langit atapnya terdapat batu-batu runcing yang meneteskan air, terlihat seperti di dalam gua.

"Apakah aku sudah mati?"

Hans pun memegang kepalanya, merasakan pusing di kepalanya, kemudian bertanya-tanya.

"Di mana aku?"

"Apa yang terjadi, sebenarnya, aku tidak bisa mengingatnya".

"Kalau tidak salah ikan besar itu melahapku" (sambil berdiri dan mencari tahu).

Berjalan melihat sekelilingnya, sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing, Hans melihat dari kejauhan, berada di depannya, terlihat sebuah pintu besar yang megah juga bersinar terang, terbuat dari logam putih dengan motif yang menghiasinya.

Hans pun berjalan menuju ke arah pintu besar itu, setelah tiba tepat berada di depan pintu besar itu, dan tiba-tiba saja pintu besar itu terbuka dengan sendirinya. Hans yang terkaget melihatnya, dengan rasa keraguan yang besar hanya bisa terdiam melihatnya.

***

Jack yang sedang menangis, dengan perasaannya yang bercampur aduk, tidak ada bisa di lakukannya selain menerima takdir, kini Jack, berdiri, meninggalkan tempat itu dengan lemas, seperti tidak ada semangat dalam hidupnya.

Karena Jack tahu persis pada tempat kerajaan yang ada di dasar laut bernama Pantai Selatan. Pada zaman dahulu kala, saat Jack menjalani pertama kalinya menjadi ksatria, Jack pernah menerima misi untuk meneliti laut tersebut, setelah diketahui ada kerajaan di dasar laut, dan juga sumber dari semua menghilangnya orang-orang.

Jack pun di pilih sebagai pemimpin untuk misi penyelamatan orang-orang yang masih hidup di bawah kerajaan sana, dan kemudian terjadilah perang, tidak satu kali namun berkali-kali. Karena di lautan mereka lebih unggul ketika bertarung, kemenangan pun milik sang Ratu Kadita.

Sang Ratu yang tidak terima dengan manusia yang tinggal di daratan, karena mereka sering mengotori tempatnya, dan memperlakukan makhluk di lautannya dengan buruk, Sang Ratu pun memutuskan tidak akan menerima manusia yang tinggal di tempat daerahnya.

Pada saat itu hanya satu orang yang dapat menghentikan perang tersebut, dia adalah seorang penyihir terbaik di seluruh Jawa, bernama Marian, seluruh orang di negeri Jawa menyebutnya Ratu, karena Marian adalah istri dari Raja sebelumnya yaitu Raja Wilson.

Setelah kedua pihak menyelesaikan kesalahpahaman, Ratu Marian pun menyetujui untuk tidak ada lagi orang yang menyentuh daerah kekuasaannya, dengan syarat menarik semua pasukannya yang ada di daratan, dan dilarang untuk tidak membunuh sembarang manusia yang ada di daratan.

Kemudian tempat itu resmi di tinggalkan orang-orang, semua warga di pindahkah ke tempat lain.

Sampai bertahun-tahun, tempat itu menjadi mitos ke generasi-generasi di negeri Jawa.

Jack yang berjalan meninggalkan tempat itu, kakinya terhenti, karena tiba-tiba traker flies yang dikirim kepada Hans telah menyala kembali.

"Deg, deg, deg".

Jack pun terkejut bukan main, refleks menengok ke arah laut, dan jantungnya tidak bisa berbohong, ketika berdebar dengan sangat cepat. Jack pun bertanya pada dirinya sendiri.

"Apa yang terjadi?"

"Hans kau masih hidup?"

"Aku harus menyelatkannya" (dengan keadaannya yang masih terkejut).

Ketika Jack mengetahui Hans masih hidup, Jack teringat pada masa lalunya, ketika terjadinya perang, dimasa lalu (tragedi Pajajaran berdarah). Suasana begitu kacau, jalan pun dipenuhi reruntuhan rumah yang hancur, di sana terlihat Jack sedang berlari membawa bayi, yang ditutupi dengan kain hangat. Lalu sebuah serangan mendadak datang kepadanya, Jack dengan refleksnya, melindungi bayi itu dengan segenap nyawanya sampai terjatuh nyerosot membersihkan tanah.

Seseorang dengan muka gelap yang di tutupi bayangan sudah berdiri di hadapannya.

"Serahkan bayi itu, Jack".

"Kau tidak bisa melindungi semuanya, Jack!".

"Era baru akan di mulai".

"Kau harus bersumpah setia melayaniku!"

Jack : "Ciuuuh!" (meludahkan air liurnya).

"Aku tidak sudi, melayani manusia iblis seperti kau!"

Lalu orang itu mengangkat kerah Jack dengan satu tangannya, sampai melayang, Jack pun tersenyum, sambil melihat ke arah wajahnya.

"Apa yang kau tertawakan?"

Ketika orang itu mengambil bayi dari tangan Jack, dengan wajah tampangnya yang terkejut.

"Kau!, Sejak kapan?"

Bayi itu berubah menjadi sepotong kayu, setelah menyadari bahwa itu adalah teknik ilusi yang tandai oleh kemampuan matanya. Orang itu pun mengeluarkan aura yang sangat menyeramkah sehingga area di sekitarnya pun berubah tidak haluan.

"Beraninya kau!!".

"Katakan di mana bayi itu Jack!!"

Jack : "Kau tidak akan pernah menemukannya" (dengan tertawanya yang belagu).

Orang misterius itu, sudah tahu bahwa Jack tidak akan pernah mengatakan keberadaan bayi itu, kemudian tanpa ragu orang itu menancapkan pedangnya tepat di dadanya.

Jack merasakan sakit tak terhingga, sampai mengeluarkan darah dari mulutnya dan merasakan jantungnya mulai berdetak semakin melambat. Kemudian Jack pun tersenyum sambil menatap langit malam, dan orang misterius itu dengan marah, pergi mengabaikan Jack yang sekarat.

Selama enam bulan, Jack terbaring dalam koma, akhirnya Jack membuka matanya perlahan sadar, sambil berdiri setengah badan, di sana Jack melihat dua orang yaitu Adam dan Naomi sedang mendampinginya. kemudian merasakan dadanya yang masih kesakitan.

Naomi : "Kapten!"

"Kau sudah sadar!"

Jack : "Apakah kalian menemukannya?"

"Di mana anak itu!"

Adam pun, berbicara dengan nada yang sedih.

"Aku tidak menemukannya Kapten, maafkan aku".

Lalu Jack pun dengan lemas, terbaring di kasurnya, menutup mukanya dengan lengannya, sambil menangis.

Jack : "Aku sudah gagal!"

"Maafkan aku Ratu" (Sambil menangis).

Jack yang mengingat misinya sudah gagal melindungi bayi tersebut, bertekat tidak akan pernah terjadi lagi.

Jack : "Aku harus menyelamatkannya apapun yang terjadi!".

Jack pun lalu dengan tanpa ragu berlari, ke arah laut., Menyelam dengan kecepatan tinggi, ke bawah dasar laut.

***

Seseorang melaporkan kepada sang Ratu,

Kadita : "Ada apa?"

Berlutut pelayan itu lalu berbicara.

"Ada seseorang pria, yang sedang menuju kesini Ratu".

"Orang itu adalah Jack mantan kapten dari seluruh divisi kesatria".

Kadita : "Kapten Jack".

"Aku tahu, aku sudah merasakan daya energi yang tidak asing itu".

Kadita pun tersenyum ketika mendengar nama pria itu disebutkan.

Kemudian Badar, dengan kesal yang mendengar nama itu.

Badar : "Ratu apakah aku harus membunuhnya?"

Kadita tahu, kekuatan Jack tidak terlalu jauh berbeda dengan kekuatan kaki tangannya.

"Tidak perlu, dia akan menguntungkan kita, jika semuanya lancar dengan rencana kita". (Dengan anggun, menyilangkan kakinya sambil meminum di sebuah gelas yang desain mewah).

***

Hans yang melihat gerbang itu terbuka, lalu berjalan dengan tenang masuk ke dalam pintu gerbang yang terbuka. Setelah Hans masuk, tiba-tiba gerbang itu tertutup perlahan dengan sendirinya.

Hans yang melihatnya pun berlari menghentikan pintu tersebut, sebelum pintu itu sepenuhnya tertutup, namun Hans yang berusaha menghentikannya pun tidak bisa berbuat terlalu banyak, sudah terlambat tidak ada yang bisa dilakukannya lagi. Setelah gerbang itu tertutup rapat, walaupun dengan sekuat tenaga Hans mencoba membukanya, itu adalah hal yang sia-sia.

Hans : "Tempat apa ini sebenarnya?"

"Apa aku benar-benar sudah mati?"

Dia bertanya dalam hatinya kemudian Hans, menampar mukanya sendiri dengan keras.

"Awrgh sakit, ternyata aku masih hidup".

Hans pun melihat area sekitarnya, mencoba mencari jalan keluar, dan mencari tahu pastinya, tempat apa ini sebenar-benarnya.

Hans pun kemudian bergerak, berjalan mengikuti jalan yang redup, kemudian sadar jalan itu semakin gelap.

"Aeegrh gelap sekali!"

Hans mencari sesuatu di sekitarnya yang bisa dijadikan untuk sumber penerangannya, setelah menemukan sumber penerangan dari kayu yang ia temukan Hans pun kini melihat sebuah gerbang besar tepat berada di depannya.

"Apa lagi ini?"

"Menakutkan sekali!" (dalam hatinya)

Kemudian Hans berteriak.

"Halooo?"

"Apakah ada orang di sini?".

Hans pun kebingungan, lalu teringat ketika ikan besar melahapnya, ekspresinya pun berubah menjadi keraguan.

"Eih mungkinkah?".

"Aku sedang berada di perut ikan itu?"

Tiba-tiba pintu pun terbuka dengan sendirinya.

"Lagi? Menakutkan!!"

"Apakah seseorang sedang mengawasiku?".

Hans pun melihat ke atas langit, memeriksanya.

"Ah peduli amat!"

Hans pun berjalan masuk ke dalam ruangan itu, tanpa memperhitungkan apapun, setelah Hans masuk, pintu pun tertutup rapat dengan sendirinya.

Hans yang melihatnya pun, membiarkannya tertutup begitu saja, sudah tidak aneh lagi baginya.

Di ruangan itu terlihat sangat luas ke atas langit-langit yang membentuk kubah, dengan lumut dan tumbuhan liar yang secara sporadis di dasar lantai, dinding dan langit-langit, juga tempat itu seperti selayaknya kuil kuno. Namun ada yang menarik perhatian Hans di ruangan itu, yaitu interior sebuah ruangan yang terdapat jurang tepat di pusat tengah, sehingga ruangan itu seolah-olah terbagi menjadi dua ruangan, dan ada tiga monumen patung yang berbeda dan beragam, berjajar menghadap ke arahnya memperlihatkan jelas visual bentuk patung-patung tersebut.

Hans pun berjalan melihat keadaan di ruangan itu, setelah melihat jurang yang membelah ruangan itu Hans pun bergidik setelah melihatnya.

"Apa-apaan tempat ini?!"

Hans pun berteriak lagi, sampai ruangan itu bergema dengan teriakannya. .

"Wooy apakah ada orang di sini?"

"Jelaskan padaku!"

Lalu tiba-tiba obor menyala dengan sendirinya, Hans yang terkaget pun, refleks melihat batu tulis bermonumen yang di dampingi dua obor , itu adalah sebuah tulisan yang biasa di bacanya.

Namun batu tulis itu, bertuliskan penjelasan hal yang membuat Hans tidak bisa berhenti berpikir.

(Tempat neraka dan surga).

Hukum 1 : Selamatkan 3 dewa ke tempat surga.

Hukum 2 : Kendaraan hanya bisa membawa 1 Dewa.

Hukum 3 : Dewa Siwa tidak dapat ditinggal berdua dengan Dewa Anur (karena kemurkaannya terhadap dewa Anur), atau Dewa Anur tidak dapat ditinggal berdua dengan Dewi Ajeng (karena pengkhianatan yang di lakukan Dewi Ajeng).

"Apa-apaan ini!"

"Apakah ini sebuah teka teki?"

"Aeggrh, bodo lah"

Sambil menggaruk kepalanya, karena tulisan yang membuatnya kebingungan setelah membacanya.

"Aku lapar!" (membaringkan badannya di dasar lantai tanah).

"Aku harus mencari jalan keluar dari sini!"

"Surga?.. Apakah, tempat seberang itu yang dinamakan surga?"

"Jadi aku hanya membawa patung-patung ini ke seberang sana?"

Lalu Hans meneliti patung itu satu per satu, dan di setiap patung ada sebuah tulisan kecil nama-nama patung tersebut.

"Oh jadi ini patung Dewa Siwa?"

"Yang di tengah Dewa Anur, dan yang terakhir adalah Dewi Ajeng".

ini terlihat mudah!"

"Namun kendaraan yang dimaksud batu tulis itu apa, bagaimana aku membawa mereka ke seberang sana?"

Hans pun berpikir sejenak.

"Aarrgh otakku serasa mau meleleh"

Ketika Hans tidak sengaja bersandar di batu tulis, kemudian patung itu bergerak berputar arah.

"Ah?"

Tiba-tiba saja di ruangan itu bergeming, ada sebuah getaran di atas langit-langit, dari bawah jurang itu muncul membentuk sebuah jalan di setiap patung tersebut berdiri. Hans pun mencari posisi aman, menjauh dari patung-patung tersebut.

Situasi di ruangan itu pun berubah, tempat yang kini Hans tempati itu seketika menjadi panas, dan di seberang sana terdapat sebuah pemandangan yang begitu indah dengan tumbuhan-tumbuhan hijau serta buah-buahan yang melimpah.

Lahar pun perlahan berhamburan turun dari atas langit lalu ke dinding hingga mengikutinya sampai ke tanah.

Hans yang melihatnya pun hanya bisa melongo, dengan tubuh yang bergetar, Hans tahu tempat ini sebentar lagi akan menjadi lautan lahar.