webnovel

LEGENDA PENDEKAR AMBO TUWO, SI PENDEKAR TENGIL DARI WAJO

Pendekar Ambo Tuwo adalah nama dari seorang pendekar sakti yang disegani dan ditakuti oleh musuh-musuhnya. Dendam yang begitu membara dari seorang ratu jahat yang bernama Ratu Besse Rini Markonah telah membawanya untuk membalaskan dendamnya terhadap wanita keji itu atas kematian Ibunya. Dengan bantuan Kakek La Bote dan Nenek Indo Balobo, dia pun tumbuh menjadi seorang pendekar sakti yang siap membalaskan dendamnya. Bukan hanya membalas dendam atas kematian Ibunya, dia pun akan menyelamatkan bumi ini dari kekuasaan para makhluk jahat yang ingin menghancurkan kedamaian bumi ini. Mampukah dia menuntaskan dendamnya sekaligus menyelamatkan bumi ini dari kehancuran? Semua itu akan terjawab dalam cerita PENDEKAR AMBO TUWO SI PENDEKAR TENGIL DARI WAJO.

andi_astar · Fantasy
Not enough ratings
44 Chs

Bagian 18 Hari Terburuk Bagi Sang Ratu

" Yeah! Engkani Raja Ambo Enre Ratulangi ke istanae " ( Yeah! Raja Ambo Enre Ratulangi kembali ke istana ). Sorak-sorai penuh kegembiraan diluapkan oleh para pelayan yang ada di istana kerajaan. Mereka begitu bergembira dan senang setelah mengetahui raja yang mereka cintai kembali lagi di tengah-tengah mereka. Sontak kedatangan sang raja ke istana langsung disampaikan ke sang ratu. Mereka berharap dengan kehadiran sang raja kembali dapat membuat semangat dan gairah hidup sang ratu kembali.

" Indo Cenning, laoko jolo podangi ratu ke kamarana makkada engkani raja. " ( Indo Cenning, tolong kau pergi memberitahukan kepada sang ratu di dalam kamarnya dan mengabarkan kepadanya akan kedatangan sang raja ) ucap salah satu pengawal Raja Ambo Enre Ratulangi yang bernama Baso Lamadukelleng yang memerintahkan salah satu pelayan wanita yang bekerja di istana kerajaan untuk menemui sang ratu.

" Iyye. Makkokewega, Puang ? " ( Iya. Sekarang, Tuan? ) jawab pelayan itu dengan sedikit malas.

" Baja sangadi, ndi. " ( Besok, mbak.) balas pria tersebut dengan sedikit kesal. Dia pun menambahkan, " makkokeweni, Ndi. " ( Sekarang juga, mbak ).

" Ou...pale. " ( ou...begitu ) balas pelayan itu lagi. Kemudian dia pun segera berlari ke atas menuju ke kamar untuk memberitahukan kepada sang ratu perihal berita gembira tersebut.

Tok, tok, tok ( pelayan wanita tersebut mengetuk pintu kamar sang ratu ).

" Bunda ratu? Bunda ratu? Buka jolo pintu kamarata. Meloma podangi makkada engkani Baginda Raja Ambo Enre Ratulangi ke istana. Melo siruntu sibawa idi, Bunda Ratu. " ( Bunda ratu? Bunda ratu? Tolong buka dulu pintu kamar Anda. Aku hanya ingin memberitahu jika Baginda Raja Ambo Enre Ratulangi sudah tiba ke istana dan ingin bertemu dengan Anda ) kata pelayan wanita tersebut dengan begitu semangat yang membuncah dari dalam hatinya. Harapannya ingin membuat sang ratu bahagia sangat begitu besar.

Mendengar pelayan wanita itu memberitahukan berita tersebut, tiba-tiba asa sang ratu kembali bangkit. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia berharap agar ini sekadar bukan kabar burung lagi seperti kabar-kabar sebelumnya yang dia selalu dengar dari para pelauannya mengenai kedatangan suami tercinta yang hanya sekedar ingin menghibur hatinya yang sangat galau dan merana karena cinta. ' Tongega ero, Puang? ' ( apakah itu betul, Tuhan? ) ucapnya dalam hati seraya bangkit dari tempat tidurnya, lalu segera berdiri di depan cermin untuk sekedar menyisir rambutnya yang sudah acak-acakan dan memakai sedikit make up untuk menghias wajah ayunya yang sudah sangat lama dia tidak rawat. Dia lalu kemudian memakai gaun yang sangat cantik untuk menyambut suami tercintanya itu. Akhirnya, setelah waktu yang cukup lama, sang ratu pun kini keluar dari kamar untuk pertama kalinya dan bertemu dengan banyak orang. Tampilannya memang tidak seperti dulu lagi yang begitu cantik dan memukau banyak mata yang memandang, meskipun tatanan rambutnya sudah kembali rapi, polesan make up di wajahnya serta gaun merah jambu yang terbuat dari kain sutra yang begitu terlihat sangat indah yang melekat di tubuhnya, akan tetapi perubahan fisik dari sang ratu yang begitu amat drastis yang terlihat dari dirinya. Tubuhnya begitu kurus serta wajah yang semakin tirus diakibatkan kekurangan asupan gizi dan seringnya sang ratu menangisi kepergian sang raja yang begitu lama meninggalkannya tanpa kabar berita. Walaupun seperti itu, semua orang yang ada di istana kerajaan tetap meyakini bahwa kondisi tubuh sang ratu akan kembali seperti dulu lagi, seiring kebahagiannya yang akan segera direngkuhnya kembali setelah kedatangan suaminya tercinta Raja Ambo Enre Ratulangi.

Raja Ambo Enre Ratulangi yang nampak begitu segar dan semakin gagah kini sudah menginjakkan kalinya ke istana kembali setelah waktu yang cukup lama. Dia pun lalu disambut oleh para pelayan dan pengawalnya yang sudah sangat rindu dengan kehadirannya. Di samping itu, Ayahanda dan Ibunda turut serta menyambut putra semata wayang mereka.

Raja Ambo Enre Ratulangi kemudian memeluk Ayah dan Ibundanya dengan sangat erat dan penuh kehangatan. " Engkani kasi anak kesayanganku. Syukur laddeka ke Puang Marajae, nasaba engkano pole." ( Putra kesayangan dan kebanggaanku. Syukur aku haturkan ke Tuhan Yang Maha Esa, sebab kau akhirnya kembali ) ujar ayahanda sang raja yang begitu juga merindukan putranya tersebut.

Di saat Raja Ambo Enre sedang bercengkrama bersama ayah dan ibundanya, sang ratu akhirnya muncul di tengah-tengah mereka. Dengan ratusan mata yang memandang penampakan sang ratu yang begitu mengalami perubahan tubuh yang sangat drastis dan begitu membuat orang-orang terlihat kaget dengan apa yang terjadi dengan sang ratu. Dia pun lalu berdiri di tengah-tengah khalayak ramai dan bermaksud menyambut kedatangan suaminya. Raja Ambo Enre Ratulangi yang begitu takjub dengan perubahan tubuh istrinya yang semakin kurus dan pipi yang semakin tirus, hanya berdiri mematung tidak mengatakan sepatah kata apapun saat melihat kondisi istrinya tersebut.

" Lakkekku, engkano lisu? Wehhh, bahagia ladde usedding. Wasengno mollepaika kasi' na dena' moengka ke istanae. " ( Suamiku, engkau sudah kembali? wehhh, aku merasa sangat bahagia. Aku kira kau sudah melupakan diriku ini karena selama ini engkau tidak pernah kembali ke istana ) ucap sang ratu dengan mata yang berkaca-kaca.

Raja Ambo Enre Ratulangi lalu kemudian memberanikan diri untuk mendekati Ratu Indo Cempaka Puspita Maharani, sang istri. Dia lalu menatap wajah istrinya itu dalam-dalam, lalu mengalihkan pandangannya dari wajah sang istri. Sang raja lalu berbalik dan membelakangi sang istri dengan begitu cuek dan seakan tidak peduli lagi dengan wanita yang pernah sangat dicintainya tersebut.

Alih-alih mendapatkan sambutan yang hangat dari suaminya itu, justru perlakuan yang tidak etis yang dia peroleh. " Niga makkada lisuka akkoe nasaba iko melo uita? Niga makkada? Ita alemo makkokowe! Madoko ladde sibawa dena mabello tappamu. " ( Siapa yang mengatakan jika aku kembali ke sini karena ingin menemui dirimu? siapa yang bilang? lihat dirimu sekarang! kau sudah nampak begitu kurus dan sudah nampak tidak cantik lagi ) ucap sang raja yang terang-terangan menghina istrinya sendiri ditengah - tengah banyak mata yang menyaksikan, khususnya Ayah dan Ibunda sang raja.

" Awwe kasi? Magi makkoro ladde ampemu sibawa iya? aga kasi salah dan dosaku sibawa idi? makkokowekae nasaba idi meto. Berbulan-bulan utajeng kedatangatta, nah dena engka ungkelinga kabarata. Ele wenni utajengki akkoe, utajengki sebagai bukti pengabdian dan kesetianku pada idi nasaba usayang laddeki, amo iyya kasi dena engka uppikiri alekku nasaba idimi utajeng. Degaga tau issengi makkada tau mopiga atau mateni nasaba dena engka kabarata. Ele wenni berdoaka ke Puang Marajae agar nalindungiki pole abalae. " ( Astaga? mengapa kau tega sekali seperti itu terhadapku? apakah salah dan dosaku pada dirimu? aku seperti ini hari ini itu juga karena dirimu. Berbulan-bulan aku menunggu kehadiranmu, namun tidak ada berita sama sekali. Pagi hingga malam aku di sini setia menunggu kehadiran dirimu, diriku menunggu sebagai bukti kesetaan pengabdian dan kesetiaanku pada dirimu karena aku sangat sayang dan cinta padamu, sehingga aku pun tidak sempat peduli pada diriku sendiri hanya karena menunggu kehadiranmu. Tidak ada orang pun yang tahu apakah dirimu masih hidup atau sudah meninggal karena tidak ada kabar berita darimu. Siang malam aku selalu memohon pada Tuhan Yang Maha Esa agar dirimu selalu dilindungi dari marabahaya ) kata sang ratu dengan isak tangis yang tidak tertahan lagi.

Orang-orang yang mendengar pengakuan yang mendengar pengakuan yang begitu tulus dari ratu yang mereka cintai mendadak langsung meneteskan air mata. Mereka tidak pernah meragukan kesetiaan sang ratu terhadap sang raja yang amat begitu besar. Bahkan ayah dan ibunda sang raja juga turut terharu dan meneteskan air mata tatkala mendengar pengakuan yang begitu tulus dan jujur yang keluar dari bibir mungil sang menantu kesayangan.

Akan tetapi hal itu bertolak belakang dari reaksi Raja Ambo Enre Ratulangi. Dia merasa semua yang diutarakan oleh istrinya itu hanya sebuah modus untuk mencari simpati banyak orang.

" Apuisi wae mata palsumu. Ajana berusaha mencari simpatina tao akkoe, termasuk simpatina ambo indoku." ( Hapus air mata palsumu itu. Kau tidak usah berusaha mencari simpati semua orang yang ada di sini, termasuk simpati dari Ayah Bundaku ) tegasnya.

Sang raja kemudian mengutarakan niatnya untuk menceraikan istrinya saat itu juga. " Angkelingeko dan disaksikan tao-tao akkowe termasuk Ambo Indoku, mulai essoe utalakko sebagai beneku. Utalakko, utalakko, utalakko! " ( kau dengar dan disaksikan oleh orang-orang di sini, termasuk oleh Ayah Bundaku, mulai hati ini aku talak kai sebagai istriku. Aku talak kau, aku talak kau, aku talak kau! ) ucap sang raja begitu berapi-api. Tiga kali dia mengucapkan kata talak itu terhadap istrinya menandakan dia telah menceraikan istrinya tersebut.

Hari itu bagaikan langit yang sedang runtuh oleh sang ratu. Dia tidak pernah menyangkal jika suami yang dicintainya itu selama bertahun-tahun berani menceraikannya tanpa sebuah alasan yang jelas. Dia tidak mengerti mengapa suaminya itu tega melakukan hal itu kepadanya.

" Magi motalakka kasina? Aga alasanna? podakka? " ( Kenapa kau tega mengucapkan talak terhadapku? apa alasanmu? beritahu aku? ) ucapnya sambil bersimpuh di kaki suaminya agar tidak menceraikannya.

Orang-orang yang ada di istana itu kembali meneteskan air mata tatkala melihat sang ratu yang amat begitu baik terhadap mereka harus mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari sang raja. Ayah dan Ibunda sang raja pun begitu menyesali keputusan putranya itu, akan tetapi keduanya tidak mau terlalu mencampuri urusan rumah tangga anaknya itu. Mereka berdua menyerahkan semua keputusan terhadap putranya tersebut.

Raja Ambo Enre Ratulangi lalu menendang tubuh istrinya itu agar menjauh dari dirinya. Melihat akan hal tersebut, semua mata begitu kaget akan perlakuan sang raja terhadap sang ratu yang amat begitu kasar. Mereka tidak menyangka jika raja yang mereka elu-eluksn selama ini tega berbuat kasar terhadap istrinya sendiri, wanita yang pernah dia sangat cintai dan sayangi. Seorang wanita yang mengisi hidupnya selama ini dikala suka maupun duka. Seorang wanita yang amat begitu sabar dan setia terhadap suaminya.

~~~~~

[ LALU APAKAH SEBENARNYA YANG MEMBUAT SANG RAJA BEGITU TEGA MENJATUHKAN TALAK TERHADAP ISTRINYA TERSEBUT? APAKAH HAL ITU DISEBABKAN OLEH WANITA LAIN YANG BERNAMA BESSE RINI MARKONAH? ]