webnovel

LEGENDA PENDEKAR AMBO TUWO, SI PENDEKAR TENGIL DARI WAJO

Pendekar Ambo Tuwo adalah nama dari seorang pendekar sakti yang disegani dan ditakuti oleh musuh-musuhnya. Dendam yang begitu membara dari seorang ratu jahat yang bernama Ratu Besse Rini Markonah telah membawanya untuk membalaskan dendamnya terhadap wanita keji itu atas kematian Ibunya. Dengan bantuan Kakek La Bote dan Nenek Indo Balobo, dia pun tumbuh menjadi seorang pendekar sakti yang siap membalaskan dendamnya. Bukan hanya membalas dendam atas kematian Ibunya, dia pun akan menyelamatkan bumi ini dari kekuasaan para makhluk jahat yang ingin menghancurkan kedamaian bumi ini. Mampukah dia menuntaskan dendamnya sekaligus menyelamatkan bumi ini dari kehancuran? Semua itu akan terjawab dalam cerita PENDEKAR AMBO TUWO SI PENDEKAR TENGIL DARI WAJO.

andi_astar · Fantasy
Not enough ratings
44 Chs

Bagian 1 Dilantiknya Raja Ambo Enre Ratulangi Sebagai Raja Di Kerajaan Wajo

( CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN, ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA. TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ATAU NIAT MENGUBAH SEJARAH YANG TELAH TERJADI RATUSAN TAHUN YANG LALU YANG TERJADI DI MASA LAMPAU )

******

Awal Berdirinya Kerajaan Wajo

Kerajaan Wajo adalah sebuah Kerajaan elektif yang didirikan pada akhir abad ke -15 di wilayah yang menjadi Kabupaten Wajo saat ini di Sulawesi Selatan.

Wajo berarti bayangan atau bayang-bayang ( Wajo-wajo ). Kata Wajo dipergunakan sebagai identitas masyarakat sekitar 605 tahun yang lalu yang menunjukkan kawasan merdeka dan berdaulat dari kerajaan - kerajaan besar pada saat itu.

Di bawah bayang-bayang ( wajo-wajo, bahasa Bugis, artinya pohon bajo ) diadakan kontrak sosial antara rakyat dan pimpinan adat bersepakat membentuk Kerajaan Wajo. Perjanjian itu diadakan di sebuah tempat yang bernama Tosora yang kemudian menjadi ibu kota Kerajaan Wajo.

Ada 2 versi tradisi lisan menyangkut terbentuknya Wajo. Tradisi lisan pertama yakni, We Tadampali ( putri dari Luwu ) yang mengidap sakit kulit kemudian diasingkan dan terdampar di Tosora. Selanjutnya bertemu dengan Putra Arumpone Bone yang sedang berburu. Akhirnya mereka menikah dan membentuk dinasti di Wajo.

Ada juga tradisi lisan lain yaitu kisah La Banra, seorang Pangerang Soppeng yang merantau ke Sajoanging dan membuka tanah di Cinnotabi.

*****

Detik berganti detik,

Menit berganti menit,

Jam berganti jam,

Hari berganti hari,

Bulan berganti bulan,

Tahun berganti tahun,

Waktu pun terus berputar dengan cepat, Raja Ambo Enre Ratulangi akhirnya menghuni istana kerajaan bersama dengan istrinya yang bernama Ratu Indo Cempaka Puspita Maharani. Raja Ambo Enre menggantikan jabatan ayahnya tercinta yang sebelumnya memimpin kerajaan selama ratusan tahun lamanya. Sadar akan faktor usia dan kekuatan yang sudah melemah, akhirnya membuat raja yang telah berkuasa selama ratusan tahun lamanya pada dinasti ke -1 itu yang bernama Raja Puang Ratulangi harus memutuskan mundur dari istana kerajaan dan mempercayakan putra tunggalnya untuk memimpin istana kerajaan di masa yang akan datang. Bersama dengan istri tercinta yang bernama Ratu Intan Mamminasae, mereka pun berdua bisa beristirahat dengan tenang dan menghabiskan masa tua mereka bersama putra dan menantu kesayangan, serta tak lupa para rakyatnya yang begitu mencintai dan menyayangi mereka setulus hati

Kini Kerajaan Wajo yang dipimpin pada dinasti ke -2 di bawah kepimpinan dari raja yang baru yang bernama Raja Ambo Enre Ratulangi. Dia siap menggantikan peran ayahnya sebagai raja yang terkenal sangat tegas, bijaksana, lemah lembut, dan baik hati terhadap rakyat-rakyatnya.

" Hidup Raja Ambo Enre Ratulangi! Hidup Raja Ambo Enre Ratulangi! Hidup Raja Ambo Enre Ratulangi! " sorak sorai orang-orang yang berada di istana kerajaan menyambut kehadiran raja mereka yang baru.

Sang raja yang baru pun duduk di atas singgasananya. Dia terlihat begitu gagah dengan mahkota yang bertengger di atas kepalanya serta jubah kebesaran yang dia kenakan menambah aura kewibaannya sebagai seorang raja nampak terlihat jelas dihadapan jutaan orang yang menyaksikannya secara langsung, termasuk sang istri tercinta yang duduk di sampingnya. Sang istri ikut terpesona dengan aura kegantengan dan kewibawaan yang dipancarkan oleh suaminya tersebut. Dalam hati sang ratu pun berujar, " Bangga laddeka usedding mitai lakkekku mancaji Raja Wajo ' ( bahasa Bugis ) ( Aku sangat bangga melihat suamiku menjadi Raja Wajo ).

" Terima kasih ladde pada idi maneng nasaba melo manengki engka ke Istana Kerajaan, berharap laddeka kasi' Kerajaan Wajo mencaji lebih mabello, makmur sejahtera manenkki di bawah kepimpinanku. " ( Baiklah para rakyatku tercinta baik yang ada di dalam maupun di luar istana, aku berharap dengan kepimimpinan yang baru, kerajaan ini bertambah lebih maju dan lebih makmur di bawah kepimpinanku ). " Ucap sang raja di hadapan para rakyatnya yang kemudian disambut tepukan gemuruh oleh semua orang yang hadir di istana.

" Hidup Raja Ambo Enre Ratulangi! Hidup Raja Ambo Enre Ratulangi! Hidup Raja Ambo Enre Ratulangi! " sekali lagi teriak orang-orang yang ada di dalam maupun di luar istana kerajaan mengagung-agungkan nama raja mereka yang baru.

" Salama'ki lakkekku maggarettae nasaba cita-citata mancajii Raja Wajo terwujud " ( Selamat yah suamiku. Akhirnya cita-citamu menjadi seorang Raja Wajo terwujud ). " Ucap sang ratu seraya melayangkan ciuman di pipi suami tercintanya itu.

" Iye, bene mabelloku. Berkat dukungatta iyyewe sibawa doa-doa ke Puange, akhirnya manjadi raja ka. " ( Iya, istriku yang cantik. Ini berkat karena dukungan dan doamu juga aku bisa menjadi raja ) Balas sang raja seraya membalas ciuman sang istri.

Di hari itu, semua orang bersuka cita menyambut kehadiran raja baru mereka. Senyum kebahagiaan tak henti-hentinya berhenti merekah di wajah-wajah mereka. Sang raja pun tak henti-hentinya menebarkan senyum kebahagiaan untuk para rakyatnya. Akan tetapi setelah dia menolehkan wajahnya ke arah istrinya, sang raja begitu heran melihat ekspresi wajah sang istri yang menunjukkan ekspresi wajah yang sebaliknya. Sang ratu terlihat murung dan sedih dan tidak menunjukkan ronah wajah bahagia sama sekali. Seperti kata pepatah ' lain di bibir lain di hati ' meskipun di bibir dia mengungkapkan rasa bahagianya yang amat sangat, namun di hatinya belum tentu menunjukkan hal seperti itu. Melihat hal itu sang raja pun bertanya dalam hati ' magi ro beneku makkoro ladde ampena? ( Mengapa istriku bersikap seperti itu? ) bahagaiamoiuaseng imancaji raja ka? ( Apakah istriku tidak senang jika aku diangkat sebagai seorang raja? ) dettoga gaga nappikiriki rilaleng hatinna? ( Atau adakah sesuatu hal yang dia sedang pendam di dalam hatinya? )

~~~~~~

AUTHOR' S NOTE

[ DALAM DIALOG INI MENYERTAKAN SEDIKIT BAHASA UTAMA ATAU BAHASA BUGIS YANG DISERTAI DENGAN SUBTITLE BAHASA INDONESIA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHASA UTAMA DI WAJO. BAHASA BUGIS MERUPAKAN BAHASA YANG DIGUNAKAN OLEH ORANG-ORANG BUGIS SEHARI-HARI. MESKIPUN SEPERTI ITU MEMAKAI BAHASA BUGIS, MUNGKIN MASIH BANYAK PENULISAAN BAHASA BUGIS DARI CERITA INI YANG KURANG TEPAT. KARENA SEJATINYA BAHASA BUGIS SEBAIKNYA DITULIS DENGAN HURUF AKSARA LONTARA AGAR MAKNA DAN PENEKANAN PADA SETIAP KATANYA TIDAK BERUBAH, DAN TIDAKLAH PATUT DITULIS DALAM HURUF LATIN SEHINGGA MAKNA DAN PENEKANAN PADA SETIAP KATANYA BISA BERUBAH. NAMUN KARENA DI SINI, AUTHOR BERHARAP AGAR CERITA INI BISA DINIKMATI OLEH SEMUA KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA, OLEH KARENA ITU AUTHOR LEBIH DOMINAN MENGGUNAKAN BAHASA INDONESIA AGAR SEMUA KALANGAN BISA MENIKMATI CERITA INI DENGAN BAIK. ) THANKS A LOT.

Happy Reading Guys!