1 Ayo Menikah!

Terkadang sebuah kota bukan dikenal karena sejarahnya ataupun betapa majunya kota tersebut. Terkadang sebuah ciri khas seperti makanannya ataupun perusahaan yang berakar di suatu kotalah yang membuat kota itu terkenal. Hal ini dialami oleh Kota Cendrawasih di mana kota ini terkenal berkat markas utama Perusahaan Cendrawasih berakar di kota ini.

Walaupun kota ini masih kalah apabila dibandingkan dengan Jakarta maupun Surabaya, Kota Cendrawasih masih tergolong kota maju dengan Perusahaan Cendrawasih menjadi garis depannya. Dengan kekayaannya yang mencapai 11,5 triliun rupiah, perusahaan ini memiliki pengaruh yang luas.

Dengan perusahaan yang begitu besar dan kuat, tentu tidak lepas dari pimpinan seorang yang berpengaruh dan berkharisma. Namun, bukan hal itu saja yang membuat pimpinan Cendrawasih ini terkenal. Dengan tubuh yang bahenol dan paras cantik yang mempesona, membuat Inggrid Elina wanita paling terkenal di seluruh kota Cendrawasih.

Terkenal dengan paras cantiknya, membuat laki-laki dari seluruh perusahaan Indonesia berlarian ke sana kemari berusaha meminang hati Inggrid Elina. Namun naas, sikap Inggrid terhadap laki-laki yang mengejarnya sangatlah dingin.

Namun, apabila orang melihat adegan hari ini yang terjadi di suatu jalan yang cukup sepi di Kota Cendrawasih, mungkin orang-orang akan mulai menampar dirinya sendiri atau mencubit pipinya karena ini pasti cuma sekedar mimpi.

Pada hari menjelang sore, sebuah mobil mewah bernilai miliaran berhenti di tepi jalan. Seorang wanita cantik turun dari mobil tersebut. Apabila diperhatikan, wanita ini celingak-celinguk tampak kebingungan. Setelah beberapa saat, wanita ini seakan telah menemukan apa yang dia cari dan mendekati seorang penjual mie ayam.

Berhenti di depan gerobaknya, wanita ini memandangi si penjual sambil melihat handphonenya. Wanita ini pun terdiam cukup lama.

Karena tidak sabar karena ingin segera menutup jualannya dan beristirahat, si penjual berkata dengan nada sedikit jengkel kepada wanita tersebut "Bu kalau mau pesan ya pesan. Jangan mainan handphone dan bengong di sini, mengganggu saya. Ibu mau beli tidak? Ini kebetulan saya mau tutup jadi kalau beli lebih baik bungkus aja."

Penjual mie ayam itu bernama Randika, dan dia sebenarnya sudah tahu dari awal siapa wanita misterius ini. Bagaimana tidak, wajah cantiknya yang melegenda itu terpampang di ribuan reklame dan poster-poster iklan di kota ini. Orang bodoh pun pasti tahu kalau wanita ini adalah Inggrid Elina, boss Perusahaan Cendrawasih.

Tetapi walau kata-katanya sebelumnya kasar, bukan berarti Randika buta. Sebenarnya, pandangannya sudah menelanjangi wanita secantik dewi itu sejak 5 menit yang lalu. Maklum, nalurinya sebagai lelaki langsung terpancing.

Bagaimana tidak? Badannya yang begitu langsing bahkan bisa membuat seorang supermodel sekalipun menangis iri melihatnya. Baju atasannya memperlihatkan lengan telanjangnya yang panjang dan berkulit mulus. Rok ketat yang dikenakan wanita itu juga benar-benar menonjolkan pahanya yang seempuk buah persik. Kalau benar-benar dipelototi, celana dalam berwarna hitam yang dikenakan wanita itu dapat terlihat dari balik kain rok ketatnya yang transparan. Belum lagi, matahari yang panas membuat tetesan keringat mengalir dari leher menuju belahan dadanya.

Belum lagi, wanita ini dianugerahi Tuhan dengan sepasang bola mata hitam yang jernih, alis mata yang terawat dan menawan ala seorang supermodel, bulu mata yang lentik dan bibirnya yang kecil dibalut oleh lipstik merah yang cerah dapat membuat semua laki-laki di dunia tidak bisa melepas pandangan mereka sedetik pun.

Jadi wajar saja kalau Randika sudah mulai menelanjangi Inggrid dengan pandangannya, dia adalah wanita paling seksi di seluruh kota itu!

Inggrid Elina memang layak disebut wanita tercantik di Kota Cendrawasih. Setidaknya di mata Randika, wanita kelas atas ini adalah wanita tercantik yang pernah dia temui dalam hidupnya.

Yang lebih membuatnya tak bisa bertahan adalah aroma tubuh yang memancar dari Inggrid yang dapat dengan mudah membuat semua lelaki klepek-klepek olehnya. Randika yakin bahkan seorang bocah pun akan segera meminta peluk pada wanita ini agar bisa mencium baunya lebih lama lagi.

Menghadapi pandangan dan kata-kata yang telah dilontarkan pria tersebut, Inggrid hanya terdiam dan tampak menggigit bibirnya. Apabila diperhatikan, dia tampaknya sedang mengalami gejolak batin dan berusaha memutuskan sesuatu.

"Hei kamu, aku tidak butuh makananmu. Kamu cukup ikut denganku ke rumah!" Setelah sekian lama terdiam, Inggrid akhirnya sadar dari linglungnya dan segera meraih tangan Randika dan menariknya secara paksa.

Dari detik dia mendengar kata-kata wanita itu, Randika sudah merasa bahwa wanita cantik ini ternyata kebanyakan makan micin. Randika baru pertama kali dalam hidupnya diajak pulang bersama seorang wanita yang tidak dikenalnya. Terlebih yang mengajaknya pergi adalah seorang pimpinan perusahaan kelas atas.

"Sebentar! Tunggu dulu…! Apa kamu sinting!? Kerjaanku jualan mie ayam, bukan jual diri!"

Randika segera berteriak ketika dia diseret oleh Inggrid. Lagipula, kekuatan tarikan wanita ini biasa saja dan Randika menarik kembali lengannya yang ditarik paksa oleh Inggrid.

"Aku tidak tahu apa yang telah terjadi di dalam otakmu tapi kalau kamu butuh hiburan seorang pria, cari saja di tempat lain. Aku tidak tahu tipuan macam apa yang kamu mau mainkan tapi cukup tahu saja, aku tidak punya apa-apa bahkan uang sekalipun!"

Mendengar kata-kata hinaan dari mulut pria itu, wajah Inggrid pun memerah. Entah karena marah gara-gara kata-katanya atau volume suara pria ini sangat keras dan dia malu orang-orang akan mendengarnya. Lagipula, orang-orang tidak akan percaya bahwa orang sekaliber dirinya akan datang ke sebuah gerobak mie ayam dan mengajak si penjual mie ayam itu pulang ke rumahnya bersama dirinya.

Sambil menghembuskan napas, Inggrid berusaha menenangkan dirinya kembali dan menatap kembali pria tersebut. Dia merasa bahwa tindakannya ini sungguh konyol. Meskipun pria ini tidak terlalu jelek ataupun ganteng, setidaknya pria ini terlihat cukup berotak dan tenang. Memikirkan hal tersebut, Inggrid mengesampingkan kata-katanya yang kasar dan memilih untuk bersabar.

Tapi hari ini telah ditakdirkan mengguncang Kota Cendrawasih. Cukup dengan satu kalimat yang akan dilontarkan Inggrid, bahkan seluruh dunia akan ikut terguncang. Bahkan langit pun akan ikut bergejolak apabila dia memiliki telinga.

"Menikahlah denganku…"

Setelah mengumpulkan keberaniannya, Inggrid akhirnya mengatakan apa yang perlu dia katakan.

DUAK!

Randika yang sedang berdiri dengan tegang tiba-tiba jatuh tersungkur, tidak percaya dengan apa yang telah dia dengar.

"Hmmm, tolong diulangi lagi?"

Randika segera berdiri dan menepuk-nepuk bagian belakangnya untuk membersihkan debu dan tanah yang menempel. Sesaat kemudian, dia segera menatap lekat-lekat pada Inggrid dan mengatakan,

"Oke kita bedah dulu satu per satu masalah ini. Apakah namamu Inggrid Elina? Pemimpin dari Perusahaan Cendrawasih yang besar itu? Kalaupun benar, coba kau perhatikan aku sebentar. Bajuku saja ala kadarnya, seharian aku sudah menjual mie di bawah matahari dan berkeringat deras sehingga bauku menjadi lepek. Aku menikah denganmu? Bukankah itu lebih konyol daripada cerita Beauty and the Beast?"

Randika berusaha mengatakan bahwa dunia mereka berdua sangat jauh berbeda. Satunya berada di perusahaan besar, satunya berada di tepi jalan. Satunya wanita cantik bergelimang harta, satunya pria biasa yang tidak punya uang namun berusaha untuk memperbaiki hidupnya dengan bekerja keras tiap harinya. Mau ditaruh di mana muka Randika apabila apa yang dikatakan wanita ini ternyata hanyalah sebuah ejekan ataupun hukuman yang Inggrid dapat setelah kalah taruhan?

Inggrid tidak dapat mendengar penjelasan si Randika dengan jelas karena dalam hatinya dia aslinya malas-malasan untuk melakukan hal ini. Setelah Randika terdiam, Inggrid memperhatikan kembali pria ini kemudian entah kenapa perasaan jijik naik hingga muncul di raut wajahnya.

Wajah? Bisa-bisanya pria rendahan macam dia mengatakan hal seperti wajah? Seharusnya dirinya lah yang ingin mengubur wajahnya sendiri ke dalam tanah dan berharap hari ini adalah semacam mimpi buruk baginya.

Tetapi demi perusahaannya, dia harus melakukan hal ini. Lagipula, lelaki idaman seorang Inggrid Elina jelas jauh dari penampilan pria ini.

"Yang aku butuhkan darimu hanyalah sertifikatnya saja. Tentu saja kita tidak akan menikah sungguhan. Kamu dapat menikmati hidupmu setelah aku selesai mendapatkannya. Dan tentu saja, kalau kamu mau mengabulkan permintaanku, aku akan memberikanmu kompensasi berupa uang yang banyak."

"Maksudmu kawin kontrak?"

Setelah mendengar penjelasan Inggrid, Randika segera mengerti bahwa perempuan ini ingin menggunakan dirinya sebagai pasangan palsunya untuk mendapatkan bukti bahwa dia telah menikah.

"Benar."

"Ha? Kau itu bodoh atau tidak tahu malu? Meskipun aku miskin dan kamu memancingku dengan uang, hal sakral seperti menikah adalah hal penting di hidup ini khususnya bagi perempuan dan seharusnya kamu tahu akan hal itu. Aku tidak mau melakukannya! Cari orang lain sana!"

Kebajikan Randika membuat Inggrid terpana yang menghasilkan wajahnya bertambah pucat. Seorang pemimpin perusahaan besar di Kota Cendrawasih dan dikenal sebagai wanita tercantik ini telah ditolak dan merasa telah direndahkan.

Wanita seperti Inggrid memiliki harga diri yang tinggi dan terbiasa memandang segalanya dari atas dan sekarang dia telah diceramahi dan direndahkan oleh seorang penjual mie ayam gerobakan? Dengan latar belakang yang dimilikinya, jelas yang seharusnya merasakan perasaan seperti ini tentu saja si penjual tersebut bukan dia!

"Lima ratus juta. Aku akan memberikanmu lima ratus juta setelah semua ini selesai dan kita akan bercerai setelah tiga bulan. Bagaimana?"

Inggrid, yang berusaha menahan amarahnya yang belum pernah dia rasakan selama ini, tampak menggigit bibirnya ketika dia berbicara dengan penuh toleransi. Tidak ada jalan lain. Orang tersebut menyuruhnya melakukan hal ini. Berkat pengorbanannya ini, keberlangsungan perusahaannya akan terjamin.

Dia tidak tahu mengapa pihak lain memilih si penjual mie ayam ini sebagai pasangannya dan anehnya lagi dia tidak mengerti mengapa harus sampai membawa masalah peminjaman uang ini ke jenjang pernikahan?

Melihat pengorbanan yang dilakukan oleh Inggrid jelas bahwa perusahaannya sedang dalam kondisi susah. Bank mulai tidak memberikan pinjaman lagi terhadap perusahaannya. Jika Perusahaan Cendrawasih tidak menerima pemasukan, sayangnya kerajaan yang telah Inggrid Elina susah payah bangun akan runtuh.

Oleh karena itu, Inggrid harus mematuhi permintaan dari si peminjam ini. Meskipun lelaki ini menyebalkan dan tidak sopan, demi keberlangsungan perusahaannya dia rela menahannya.

"Lima ratus juta?"

Setelah mendengar nominal tersebut, mata Randika mulai bersinar-sinar, tapi sayangnya kelicikan lah yang memenuhi matanya dan dia mengatakan, "Cuma 500 juta? Harga diriku cuma 500 juta?"

"Satu miliar. Satu miliar akan kuberikan dan setelah kontrak selesai kita tidak akan bertemu lagi dan jangan harap kamu akan melihat wajahku lagi."

"Waduh sayangnya aku bukan pria semacam itu. Harga diriku tidak ada harganya!"

"Dua milyar, itu batas akhirku. Jangan coba tarik ini lebih jauh!"

Inggrid mulai meneteskan darah di dalam mulutnya. Dia menggigit bibir bagian dalamnya karena mulai kesal dengan pria ini yang mulai memasang harga dan memanfaatkan keadaan. Dirinya sudah membayar 2 miliar, uang yang tidak akan pernah pria ini pegang walaupun dia bekerja seumur hidupnya! Bagaimana bisa pria ini begitu licik dan meminta harganya naik terus?

"Ini bukan tentang uang. Ini adalah masalah … "

"Lima miliar. Aku tidak bisa memberikan lebih dari itu. Apabila kamu tidak mau, aku punya koneksi tersendiri yang akan membuatmu tidak bisa tidur nyenyak maupun menginjakkan kaki lagi di kota ini. Entah kamu percaya atau tidak itu terserah kamu!"

Setelah mengatakan hal ini, tubuh Inggrid sedikit bergetar. Sudah sangat jelas bahwa dia hendak siap meluapkan amarah terpendamnya dan pria ini masih saja sok suci. Pertama kali dalam hidupnya, Inggrid merasa bahwa ternyata ada laki-laki yang tidak tahu malu semacam Randika.

"Oke aku setuju! Aku mau uangnya sekarang!"

Randika tidak habis pikir, dia hanya berjualan mie ayam seharian dan sekarang dia mendapatkan 5 miliar dengan tidak melakukan apa-apa? Apakah ini pencapaian terbaiknya seumur hidup? Lima miliar adalah uang yang sangat banyak khususnya bagi dirinya yang barusan pulang kampung ke Indonesia di mana dia lagi kesusahan dalam hal finansial.

Namun sekarang? Wanita cantik akan memberikannya rumah yang besar untuk ditinggali, kasur empuk di mana dia akan bermimpi indah ditambah lagi istri yang sangat cantik dan seksi.

"Sekarang? Itu jelas tidak mungkin. Aku akan membayarmu setelah kontrak kita telah selesai dan khususnya setelah aku mendapatkan jaminan bahwa aku tidak akan melihat wajahmu lagi."

Inggrid tidak menunggu pria itu membalas omongannya karena dia sudah benar-benar muak. Terlebih, dia tidak bisa memberikan ruang kepada pria ini untuk berkata tidak karena dia benar-benar membutuhkan pinjaman uang dari pihak lain tersebut.

"Tidak bisa, aku ingin uangnya sekarang."

"Tidak bisa, aku tidak akan mengulangi kata-kataku lagi."

"Orang kalau membeli apartemen saja biasanya akan memberikan deposit agar apabila terjadi sesuatu ada uang yang bisa dijadikan jaminan. Jika kamu ingin membeli diriku ini, setidaknya berilah aku 1 miliar. Anggap saja ini sebagai jaminan dari omonganmu."

"Hanya 100 juta, tidak lebih dan perbulannya akan kuberikan 100 juta lagi selama 3 bulan. Tidak bisa lebih!"

Mendengar kata-kata membeli pria, hati Inggrid sedikit sakit. Dia adalah wanita dengan harga diri tinggi dan telah menolak laki-laki yang kaya dan tampan dari seluruh Indonesia dan sekarang dia harus membeli seorang pria.

"Hmmm tapi aku punya satu syarat."

Pada akhirnya, Randika berkompromi. Lagipula, ini hanya 3 bulan dan setelah itu dia akan menjadi kaya raya.

"Apa syaratmu?"

"Selama tiga bulan itu aku akan tinggal di rumahmu. Karena sewa tempat tinggalku mau habis dan aku tidak punya tempat untuk tinggal jadi aku ingin tinggal di rumahmu. Omong-omong rumahmu seperti apa? Apakah ada kolam renangnya?"

avataravatar
Next chapter