webnovel

Pagi dan Seterusnya

"Hentikan, jangan diulangi lagi ya..."

"Ha..."

Pagi yang indah di apartemen. Hari senin, saat-saat menghadapi ujian tengah semester. Aku memakai sepatu sambil mengigit roti. "Aku berangkat, kak", membuka pintu, "Tunggu sebentar..", memberhentikan langkahku dan berkata "Kau lupa bekalmu, ini!", sambil memberikanya ke arahku. "Maaf, lupa... hehe", sambil tersenyum. "Hati-hati di jalan, ya", serunya. Aku pun berlari sambil melambaikan tanganku.

Pagi itu sangat indah. Mendapatkan senyuman dari kakak setiap hari.

Tapi, pagiku tidak selalu menyenangkan. Saat di sekolah...

"Selamat pagi!", seru temanku, kepada temannya. Ya, setiap hari aku selalu mendengarkan kalimat itu. Walaupun tidak ditujukan padaku, yah, paling tidak aku selalu mendapatkannya dari kakakku.

Aku berjalan menuju kelas. Oh ya, 11-B adalah kelasku. Yah, untuk kelas orang pintar sih bukan, tapi kalau untuk diatas rata-rata mungkin iya. Saat menuju ke kelas...

"Oh, ada dia..."

"Eh, iya..."

Entah kenapa saat orang melihatku selalu melirik dan saat aku melihat mereka, mereka selalu megacuhkanku. Saat di depan kelas, aku pun membuka pintu.

"Sreek...", pintu terbuka. Seketika kelas terdiam yang tadinya ramai sebelum aku membuka pintu. Mereka pun melihat ke arahku. Aku pun menunduk lalu menuju ke arah mejaku. Beruntungnya mejaku ada di pojok belakang dekat jendela. Duduk sambil menaruh tasku. Tiba-tiba,

"Jduakk...!!!", sambil menendang mejaku dan berkata,

"Masih berani datang ke sekolah".

Ya, namanya Fino, berandalan sekolah, seorang perokok dan sering minum miras. Wajahnya tampan, seorang playboy dan sering dikerumuni banyak wanita. Sifat dan kepribadiannya tidak masalah sih bagiku, yang menjadi masalah adalah posisi bangkunya persis di depanku. Maka dari itu, aku sering dijaili saat jam pelajaran.

"Heh, tidak tahu diri"

"iya, benar..."

Ryan dan Virgo, teman..., bukan sih, ,menurutku lebih ke pengikutnya Fino. Dua orang yang selalu mengikuti Fino setiap hari. Mereka juga cukup tenar. Tetapi, mereka berdua di kelas yang berbeda dengan Fino.

"Pulang saja sana...", aku mengacuhkannya sambil mengambil bukuku dalam tas.

"Oiii!!!, dengar tidak!!!", sambil teriak dan menendang mejaku lagi. Aku pun hanya meliriknya lalu membuka bukuku. Kemudian bel berbunyi dan pak Cipto pun masuk. Melihat Fino dan pengikutnya sedang menjailiku, pak Cipto pun menegurnya.

Setelah itu, pak Cipto pun menyuruh semua siswa untuk duduk di kursi

masing-masing. Lalu, pak Cipto membagikan kertas ujian.

"Kertas ujian diestafet ke belakang", serunya

Saat semua siswa sudah mendapatkan kertas ujian, hanya aku yang tidak mendapatkannya. Yah, sudah pasti aku tahu alasanya. Pasti kertas itu berhenti di Fino. Tidak heran lago sih kalau dia suka menjahiliku.

"Maaf pak, saya belum mendapatkan kertas ujian"

"Finoo..."

"Baik pak", kata Fino

Lalu, Fino memberikanya, tapi ia sengaja menjatuhkannya di bawah meja.Pak Pipto pun menegurnya kembali. Kemudian, aku mengambilnya, . Ujian pun di mulai, semua siswa megerjakan soal ujian. Waktu ujian adalah 2 jam. Oh ya, hari ini ujian terakhir, aku harus mendapatkan nilai bagus. Karena aku ingat dengan perkaaan kakak tadi malam. Jika aku mendapatkan nilai bagus, akan diberi hadiah darinya. Entah hadiah itu apa, tapi aku sangat menantikannya.

Ujian berlangsung dengan tenang. Seluruh siswa diam dan mengerjakan soal ujian. Tapi, saat aku mengerjakan soal ujian, tiba-tiba sebuah kertas kecil terlempar kearahku. Lalu, aku mengambilnya, saat kubuka.

"Hah,...?"

Aku pun kaget. Ternyata kertas tersebut adalah sebuah contekan. Fino pun menoleh ke arahku lalu berteriak "Pak, Dhika menyontek", sambil tersenyum sinis dan menodongkan jari ke arahku. Semua mata siswa di kelas itu langsung tertuju padaku. Suasana menjadi tegang. Kemudian pak Cipto menghampiri bangkuku.

"Benar kamu menyonrtek?", tanyanya.

"Tidak, pak",

"Mana kertasnya", lalu kuberikan padanya.

"Benar, ini kamu yang tulis?",

"Bukan, pak. Tiba-tiba ada yang melempanya ke mejaku",

"Alah..., jangan mengelak, kau pasti menyontek, kan?, Fino menyela,

"Sudah, diam saja kamu!!!", tegur pak Cipto ke Fino.

"Setelah ujian selesai, kamu ke ruang guru temui saya, ya", terusnya.

"Baik, pak".

Fino langsung tersenyum sambil berkata dalam hati 'rasakan itu'. Pasti aku sudah menduganya begitu.

Setelah itu, kami melanjutkan mengerjakan ujian sampai bel berbunyi. Setelah ujian selesai, aku langsung menuju ke ruang guru. Saat di depan pintu ruang guru, aku mendengar...

"Baik, saya akan menyampaikannya"

Terdengar suara yang kukenal dari dalam ruang guru.