1 Le Pacs - Part 1

Di sebuah siang yang sangat terik, seorang gadis berambut hitam panjang sedang berlarian di koridor rumah sakit dengan peluh yang mengucur deras dari dahinya.

Ia terus berlari dengan sesekali mengusap peluhnya menggunakan lengan tangannya yang tertutup blouse magenta yang ia kenakan.

Gadis itu adalah Suzy, dengan mengenakan pakaian yang bisa dibilang murahan ia memasuki salah satu gedung rumah sakit terbesar di kotanya dengan langkah terburu-buru, tak mempedulikan pandangan sekitarnya karena yang ia pedulikan hanya ibunya.

Awalnya ia sedang bekerja seperti biasa di tempatnya bekerja namun tetangga apartmentnya menelfon dan menginformasikan jika ibunya dibawa ke rumah sakit karena pingsan.

"Dokter bagaimana keadaan ibu saya" tanya Suzy kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang rawat ibunya.

Dokter yang sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri itu memegang pundak Suzy sayang, mereka sudah lama saling kenal karena ibu Suzy sudah sering keluar masuk rumah sakit ini karena penyakit jantungnya yang sering kambuh.

"Tenangkan dirimu Suzy , ibu sudah baik-baik saja" Suzy berjalan menuju pintu ruang rawat ibunya, ia meperhatikan ibunya yang sedang terlelap dengan tenang dari balik kaca pintu.

"Suzy , ikutlah denganku ke ruanganku sebentar, ada yang perlu aku bicarakan denganmu" seketika jantung Suzy berdetak lebih cepat, entah kenapa perasaannya menjadi tak enak , tidak__tidak , ia harus optimis , tidak akan terjadi hal buruk pada ibunya bukan?

Suzy menatap ibunya sekali lagi sebelum ia pergi menuju ruangan dokter seperti yang dokter itu informasikan.

Xiong Ziqi atau yang Suzy dan orang-orang kenal dengan nama Dylan Xiong atau dokter Xiong ini adalah dokter spesialis jantung keturunan Tiongkok yang lahir dan besar di sana , kemudian ia beserta keluarganya pindah ke Korea dan melanjutkan kehidupan mereka di Korea, ia melanjutkan kehidupannya di Korea seperti orang Korea pada umumnya, bahkan tidak terlihat sedikitpun jika ia bukan orang Korea.

Tok tok

Suzy mengetuk pintu ruangan Dylan beberapa kali lali memutar knopnya, tubuhnya sedikit menyembul dari balik papan pintu.

"Masuklah Suzy" Suzy seketika melangkahkan kakinya memasuki ruangan Dylan lebih dalam lagi dengan perasaan yang beecampur aduk sebelum akhirnya ia mengambil duduk pada kursi yang berada tepat di depan meja Dylan membuatnya duduk berhadapan dengan dokter ibunya itu.

Tangan Suzy mengulur mengambil kertas yang baru saja Dylan sodorkan padanya, tangannya sedikit bergetar saat ia membaca isi kertas tersebut, ia memang tidak seberapa tau dan paham apapun tentang ilmu kedokteran, ia juga tak tau istilah medis yang tertulis di sana, tapi yang ia tau hanyalah jika kondisi ibunya semakin memburuk.

"Kondisi jantung ibumu semakin memburuk , dari hasil check yang baru saja keluar ibumu juga menderita kardiomiopati, yaitu kondisi dimana otot kardiaknya terganggu dan itu membuat jantungnya kesusahan untuk memompa darah agar bisa masuk, oleh karena itu ibumu pingsan tadi" mata Suzy berubah sayu mendengar penjelasan Dylan tentang kondisi ibunya.

"Lalu apakah ibu bisa sembuh?"

"Jalan satu-satunya adalah transplantasi jantung, aku sudah mengusahakan banyak cara untuk membantu ibumu tapi semua usaha itu tidak berguna, aku takut jika kita terus menggunakan metode biasanya ginjalnya akan ikut terganggu" Suzy menunduk sembari meremas tangannya, transplantasi jantung katanya?

"Untuk saat ini ibumu masih bisa bernafas tanpa bantuan alat , tapi kita tidak tau ini bisa bertahan berapa lama"

"Lakukan saja transplantasinya kak, lakukan apapun asal ibu bisa sembuh" Suzy menatap dylan dengan pandangan berkaca-kaca membuat Dylan menghela nafasnya panjang lalu ia menuturkan.

"Tapi biayanya sangat mahal Suzy" Dylan mengambil beberapa lembar berkas yang tersimpan di samping kanannya lalu memberikannya pada Suzy.

"Kamu bisa membayar setengahnya terlebih dahulu sebagai jaminan, karena kamu harus menunggu antriannya, selama itu kamu bisa mencari tambahan uang untuk melunasi karena jika sudah ada pendonor yang cocok dengan ibumu operasi baru bisa di lakukan setelah semua biaya sudah lunas" Suzy menatap kertas itu dengan pandangan terkejut hingga matanya membulat kala ia melihat berapa banyak jumlah nol di belakang angka 8 yang tertera di sana.

80 juta won bukanlah jumlah yang sedikit, jika ia harus membayar setengahnya berarti ia harus mendapatkan 40 juta won, darimana ia mendapatkannya dalam waktu dekat?

"kak, apa rumah sakit tidak bisa memberiku sedikit keringanan lagi?" Dylan menghela nafasnya lagi sebelum ia menggeleng dengan wajah menyesal.

"Maaf Suzy, kali ini aku tidak bisa membantumu , maafkan aku" Suzy mengerti, Dylan sudah banyak membantunya selama ini , bahkan ia beberapa kali terkena teguran karena Suzy yang menunggak membayar biaya rumah sakit atau tak jarang pula pria itu membayarkan sebagian tagihan rumah sakit ibunya, jika kali ini ia kembali membantu Suzy mungkin saja masa depannya yang akan ia pertaruhkan.

Suzy menatap Dylan dengan senyum pedih, Dylan menyadarinya tapi ia tak bisa melakukan apa-apa untuk gadis itu.

"Baiklah kak tidak apa-apa, aku pasti bisa mendapatkan uang itu, aku titip ibu sebentar ya, aku akan segera kembali setelah mendapatkan uangnya" Suzy berdiri dari kursinya berniat untuk pergi namun pertanyaan Dylan menghentikan langkahnya sejenak.

"Kamu akan mencari uang kemana Suzy?" Tanya Dylan tanpa bisa menyembunyikan nada khawatir pada suaranya, Suzy menunjukkan senyumannya untuk menenangkan Dylan, senyum yang ia paksakan untuk nampak saat ini.

"Jangan khawatir kak" Dylan mengangguk berpura-pura mengerti, tapi ia masih tak bisa menyembunyikan rasa khawatir dari raut wajahnya.

"Hati-hati Suzy, jika ada apa-apa hubungi aku" Suzy mengangguk sebelum ia berlalu pergi.

Suzy duduk di salah satu kursi yang ada di lobi rumah sakit lalu membuka dompetnya.

Ia menumpahkan isi dompetnya yang tak seberapa ke atas telapak tangannya mengeluarkan 2 lembar uang 1000 won dan beberapa uang koin sehingga jika di total semuanya hanya ada 5000 won, Suzy memegang perutnya yang terasa longgar karena ia belum makan sejak 2 hari yang lalu karena ia harus berhemat.

Suzy berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju mesin atm untuk mengecek saldonya berharap masih ada secercah koin didalam benda pipih itu namun hal baik belum berpihak padanya membuatnya harus kembali menghela nafas panjang kala matanya disuguhkan beberapa digit angka yang bahkan tak cukup hanya untuk membeli sebotol cola saja.

Ia menarik kembali kartunya mengembalikannya ketempat bersemayamnya sebelum ia berjalan lemas menuju sebuah keran minum yang disediakan di pinggir jalan untuk mengganjal perutnya, sejak dua hari yang lalu ia hanya minum air tanpa ada satupun makanan yang masuk ke dalam perutnya, masih untung ia bisa minum untuk bertahan hidup.

Ia memencet beberapa nomor lalu menghubunginya tapi beberapa saat wajahnya terlihat kecewa, beberapa kali ia mencoba menghubungi nomor temannya untuk meminjam uang tapi hasilnya sama saja, tidak ada satupun dari mereka yang meminjamkan uang kepadanya bahkan tak jarang dari mereka yang tak mengangkat telfonnya.

Mungkin mereka takut jika Suzy tidak bisa membayar hutangnya, karena mereka tau jika hidup Suzy sudah sangat kesusahan, ia hanya gadis lulusan menengah atas yang bekerja di toko kelontong dengan gaji yang tak seberapa dan semua gajinya habis hanya untuk biaya hidup serta biaya berobat ibunya yang hampir setiap minggu masuk rumah sakit walaupun ia hanya tinggal di apartemen kecil dengan harga sewa yang sangat murah perbulannya tetap saja uangnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, mengetahui hal itu siapa yang tidak takut bukan?

Suzy menghela nafasnya kasar, ia menunduk dengan tangan menopang kepalanya yang serasa mau pecah, ke siapa lagi ia harus meminjam uang? Tak mungkin ia meminjam uang ke toko tempat ia bekerja karena hutangnya sudah banyak disana, lagipula ia yakin bosnya yang galak itu tidak akan meminjamkan uang padanya, hutangnya saja belum lunas dan bosnya sudah sering mengamuk kepadanya.

Suzy memijit keningnya yang terasa berat hingga tiba-tiba ia menegakkan kepalanya saat ia mengingat satu nama seseorang.

Ia menekan beberapa huruf menampilkan sebuah nama yang sangat jarang Suzy hubungi.

Sembari menunggu terdengarnya nada sambung Suzy meramalkan berjuta-juta mantra berharap nomor wanita itu masih aktif, sampai akhirnya ia mendengar nada sambung yang bisa membuatnya sedikit bernafas lega.

"Bae Suzy?" Tanya wanita di ujung sana dengan nada bertanya.

"Iya kak ini Suzy"

"Ya ampun sudah lama kamu tidak menghubungiku , kemana saja kamu ? Bagaimana kabarmu?" Suzy tersenyum tipis mendengar suara ramah temannya ini, wanita itu masih tetap sama sebaik itu padanya.

"Maaf kak aku sangat sibuk, kabarku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" Terdengar wanita di ujung sana mengucapkan kata syukur.

"Aku juga baik Suzy, ada apa kamu menghubungiku? Tidak biasanya" wajah Suzy sedikit berubah saat wanita itu menanyakan maksudnya menghubungi wanita itu membuat Suzy menceritakan semua yang ia alami. Tentang ibunya yang masuk rumah sakit lagi, dan ia yang membutuhkan uang untuk operasi ibunya.

"Jadi berapa uang yang kau butuhkan?" Suzy sedikit berfikir.

"40 juta kak" jawab Suzy ragu-ragu.

"Maaf Suzy, jika sebanyak itu aku tidak bisa meminjamimu, bukan karena aku tidak mau tapi memang aku juga tidak punya uang sebanyak itu__tapi sepertinya aku bisa membantumu mendapatkan pekerjaan yang membuatmu bisa mendapatkan uang sebanyak itu atau bahkan lebih dalam sehari" tubuh Suzy yang tadinya merosot seketika menegak dengan mata berbinar, akhirnya ia mempunyai sedikit kesempatan.

"Benarkah kak? Apa yang harus aku lakukan?"

"Datanglah ke gedung MAX jam 5 sore, aku tunggu di lobi, aku akan menjelaskan pekerjaannya padamu" Suzy menutup telfonnya dengan senyum cerah di wajahnya, ia melirik jam di layar ponselnya__sudah jam 3 sore.

Suzy bergegas menuju rumahnya dengan berjalan kaki, pertama karena rumahnya hanya terletak sekitar 3km dari tempatnya berada sekarang yang kedua ia juga tidak memiliki ongkos walau hanya sekedar untuk naik bus.

Kling

Suzy membaca pesan dari Hyuna temannya , teman yang akan ia temui nanti Sore.

'Tidak usah memakai pakaian formal Suzy, pakailah baju santai saja, pesanlah taksi nanti aku yang akan membayar tagihannya' Suzy seketika tersenyum senang, dalam hati ia sangat bersyukur memiliki teman seperti Hyuna.

📃📃📃📃

Suzy keluar dari taxi yang ia tumpangi, disana Hyuna sudah menunggunya tepat didepan gedung max di mana mereka membuat janji.

"Apa kabar Suzy, kau semakin cantik" Suzy tersenyum tipis menanggapi perkataan Hyuna.

Gadis itu semakin sexy walaupun hanya berbalut t-shirt longgar dengan hot pants tapi Suzy bahkan mungkin semua orang bisa melihat seperti apa bentuk tubuh di balik balutan kain gedodoran itu, Suzy tau jika ia memang sudah berpenampilan sexy sedari dulu bahkan dulu ia menjadi salah satu primadona di sekolahnya karena wajahnya yang cantik serta proporsi tubuhnya yang ideal.

"Ayo" Hyuna memberi aba-aba pada Suzy agar ia mengikutinya memasuki gedung itu.

Hyuna berjalan mendahului Suzy, wanita itu berjalan tanpa ragu melewati lorong perlorong seperti ia sudah sangat hafal dengan tempat ini.

Sedangkan Suzy menatap sekelilingnya menerka tempat apa ini sebenarnya.

Mereka memasuki lift lalu menuju ke lantai 3

Mereka berjalan beberapa langkah sampai akhirnya berhenti di sebuah ruangan dengan pintu berwarna putih bersih, Hyuna memutar knop pintu lalu mendorongnya memperlihatkan ruangan minimalis yang persis seperti penthouse, ia memerintahkan Suzy agar gadis itu masuk kala ia melihat Suzy yang hanya diam diambang pintu.

"Duduklah" Suzy menatap sekelilingnya penasaran, entah apa tempat ini? Apa ini hotel dan ruangan ini adalah kamar Hyuna? atau ini tempat Hyuna tinggal?

Kini mereka berada di sebuah ruangan yang malah seperti panthouse dengan sebuah ranjang berukuran king size, sebuah lemari, beberapa sofa serta meja dan juga ada sebuah dapur kecil disebelah sofa tempatnya berada saat ini.

"Mungkin kamu bingung kamu sedang berada dimana, iyakan Suzy" Suzy mengangguk namun ia yakin bahwa Hyuna tak bisa melihatnya karena ia sedang berdiri memunggungi Suzy.

"Ini adalah ruanganku, tempatku tinggal, dan gedung ini adalah tempatku bekerja" Suzy mengangguk mengerti namun ia masih tidak paham apa sebenarnya pekerjaan temannya ini, ia kira ini adalah hotel karena ia melihat ada banyak ruangan berpintu putih sama seperti ruangan yang Hyuna klaim sebagai kamarnya ini, yang ia asumsikan jika pintu-pintu lainnya juga kamar seperti ruangan ini.

Beberapa saat Hyuna menghampiri Suzy dengan membawa dua kaleng cola ditangannya, ia memberikan 1 untuk Suzy dan satu untuknya sendiri.

"Terima kasih, jadi pekerjaan apa yang tadi kakak maksud?" Tanya Suzy to the point

Hyuna yang duduk didepan Suzy menyilangkan kakinya dengan tangan yang ia silangkan pula.

"Mungkin kamu bertanya tempat apa ini, aku akan menjelaskannya dari awal kepadamu" Suzy mendengarkan perkataan Hyuna dengan khitmat tanpa sedikitpun berniat menyela

"Seperti yang kamu lihat, selain kamar ini, di lantai 1 dan 2, disamping ataupun didepan masih ada banyak kamar lagi seperti ruangan ini__ ini memang hotel tapi bukan hotel seperti hotel pada umumnya" dahi Suzy berkerut tak mengerti , bukan hotel seperti pada umumnya? Lalu hotel macam apa ini?

"Minumlah dulu Suzy" Suzy mengangguk lalu meneguk beberapa teguk cola miliknya.

"Baiklah aku lanjutkan, jadi hotel ini memiliki sebuah bar di lantai bawah tanah, bar itu buka jika malam, dan ya... seperti yang kau tau jika hampir di semua bar pasti ada wanita pelacur ,yang menjual diri mereka demi mendapatkan uang" Suzy menatap Hyuna masih dengan pandangan tak mengerti, Hyuna yang paham arti dari tatapan Suzy seketima tertawa yang membuat Suzy semakin bingung.

"Intinya aku kerja di bar itu sebagai salah satu wanita pelacur yang aku sebut tadi" Mulut Suzy sedikit terbuka dengan mata setengah membulat karena terkejut, ia tak menyangka jika Hyuna bekerja seperti itu, namun bukannya tersinggung atau apa Hyuna malah tertawa melihat respon Suzy yang menurutnya lucu.

"Kau pasti heran, benarkan?" tebaknya yang sukses membuat Suzy mengangguk dengan cepat, Hyuna tak salah karena Suzy memang terkejut bahkan gadis itu tak menyangka.

"Seperti yang kau tau, aku memang sudah sering gonta ganti cowok sejak kita masih sekolah kan?" Suzy mengangguk mendengar penuturan Hyuna yang memanglah sebuah kenyataan membuatnya bernostalgia ke masa menengah keatasnya, Hyuna memang terkenal player dari dulu, hampir 1 sekolah atau memang 1 sekolah pernah menjadi pacarnya, tidak ada dari mereka yang bisa berpacaran dengan Hyuna melebihi 1 minggu.

"Karena itu aku disini, aku akan menceritakannya padamu lain waktu, karena saat ini bukan waktunya menceritakan tentang aku, aku akan menjelaskan pekerjaan yang aku tawarkan"

"Jadi bar itu setiap tahunnya mengadakan lelang dimana biasanya yang dilelang adalah gadis perawan, are you virgin?" Suzy mengejapkan matanya beberapa kali, pertanyaan macam apa itu?

"Ya, lalu?" Jawab Suzy sedikit tidak yakin, bukan tentang keperawanannya karena memang ia tidak pernah sekalipun having sex, jangankan having sex berpacaran saja ia tak pernah sekalipun, ia hanya tak yakin tentang pekerjaan yang akan Hyuna tawarkan padanya, apa hubungannya dengan status kevirginannya?

"Jadi aku menawarkanmu untuk lelang itu, aku tidak memaksamu untuk mengikutinya Suzy itu tergantung kamu sendiri"

"Jika aku mengikuti lelang itu, apa setelahnya aku juga harus____bekerja sepertimu?" Hyuna menggelengkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan ragu Suzy.

"Tidak, tidak harus_ jadi seperti ini Suzy, beberapa orang melelang keperawanannya karena kondisi sepertimu, tapi tidak semua dari mereka melanjutkan untuk menjadi pelacur__ya.. walaupun kebanyakan dari mereka memang berlanjut, tapi jika kamu tidak mau, kamu bisa berhenti hanya sampai kau melayani pemilikmu, mendapatkan bayaran lalu pergi" Suzy berfikir dengan keras menimbang tawaran dari temannya karena ia berjanji tidak akan melepaskan keperawanannya sampai ia menikah nanti.

"Karena ini lelang kamu bisa mendapatkan bayaran yang sangat tinggi hanya dengan sekali main, dengan wajah sepertimu aku yakin akan banyak yang akan memperebutkanmu, jika kamu memasang harga terendahmu dari berapa jumlah yang kau butuhkan, dari situ kamu akan bisa mendapatkan uang yang lebih banyak dari yang kau butuhkan, bahkan mungkin saja kau bisa mendapatkan uang 100juta hanya dalam sekali main" Suzy semakin bimbang mendengar penuturan Hyuna. 100juta dalam sehari? Berapa tahun ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dari bekerja di toko? jika seperti itu ia bisa melunasi semua biaya operasi ibunya serta hutang-hutangnya bukan? Bahkan masih tersisa banyak.

"Kak__"

avataravatar
Next chapter