webnovel

Lakuna

Kehilangan sang istri dalam kecelakaan ... membuat Yunki terpaksa berbohong pada Gina anak perempuannya. Ia terus mengatakan jika sang ibu akan kembali. Sebuah kejadian membuat ia bertemu dengan Reina. Wanita yang begitu mirip dengan Reya, mendiang istrinya. Membuat ia berniat untuk memintanya berpura-pura menjadi Reya. Reina menolak, sementara Yunki sama sekali tak peduli dan akan melakukan apapun untuk itu. Sementara Reina telah bertunangan dengan Jimmy ia sangat mencintai pria itu. Sementara Yunki berusaha mengacaukan perusahaan ayahnya. Reina setuju, setelah sebuah ancaman ia dengar dari Yunki. Sebuah kisah juga terkuak, diantara Reya dan Reina. Takdir merah seperti apa yang terjalin diantara Reya dan Reina? Bagaimana juga hubungan Reya dan Jimmy setelahnya?

Reistya · Urban
Not enough ratings
14 Chs

❣️ enam❣️

Beberapa hari ini Yunki meminta orang untuk mencari info lengkap gadis yang menjadi targetnya itu. Satu hal yang bisa jadi kemungkinan adalah ia saudara kembar Reya. Ia mengatakan ini bukan tanpa alasan. Reya adalah seorang yatim piatu. Bisa saja ia mempunyai saudara yang tak ia ketahui. Semua sama, bulan dan tahun lahir hanya hanya berbeda 2 Minggu. Kemungkinan tanggal lahirnya sengaja diubah, Sesuai hari adopsi. Bahkan golongan darah mereka sama o resus negatif. Bukan hanya itu yang membuat Yunki semakin yakin jika ia mungkin saja bersaudara dengan Reya. Kenyataan bahwa mendiang istri dari tuan Kim memiliki kelainan pada rahim yang menyebabkan ia sulit memilik keturunan. Yunki mendapatkan semua info itu setelah melakukan penyelidikan.

Hari ini si tuan pucat akan menemui Reina. Ia telah meminta Nam menuju apartemen Park Jimmy. Tak butuh waktu lama untuk mereka menemuka gadis itu. Ia keluar, dengan pakaian yang sama seperti foto yang Yunki terima malam tadi.

Nam keluar mobil setengah berlari menghampiri Reina. Gadis itu masuk ke dalam mobil menatap Yunki penuh selidik.

Kemudian ia mengingat jika pria itu adalah orang yang ia temui di bar.

Yunki terdiam sesaat seolah dibawa kembali pada waktu di mana Reya masih berada bersamanya. Suara mereka bahkan sama, bukan hanya itu setelah semakin ia perhatikan. Perempuan di hadapannya nenar-benar hampir seratus persen mirip secara fisik. Yunki menatap Nam dari kaca dashboard. Terlihat Nam juga syok, mungkin karena ia seolah melihat sosok Reya yang kembali hidup.

Aku meminta Nam melaju ke tempat yang lebih nyaman untuk kami berbicara.

"Jadi apa yang ingin anda katakan?" Tanya Reina setelah tiba.

Sudah beberapa menit dan Yunki masih belum terbiasa dengannya. Reina secara sikap memang berbeda dengan Reya. Reya terkesan tegas dan dingin. Namun, Reina berbeda, sekalipun ia berusaha keras bersikap tegas. Tak bisa menutupi jika ia sama sekali bukan orang yang bisa memiliki sikap yang keras. Tatapannya sayu, Yunki tau kini jika memang Reina memiliki tatapan seperti itu. Seperti orang yang ingin menangis, Walau sebenarnya tidak.

"Aku ingin membayarnya untuk misi." Ucap Yunki terus terang.

"Misi?"

"Iya, berpura-pura menjadi ibu dari anakku," jelas Yunki kemudian memberikan foto Reya dan Gina.

Ia menatap foto dengan terkejut. "Bagaimana bisa?"

"Dua tahun lalu istriku tewas dalam kecelakaan. Aku, tak bisa mengatakan ini pada anak kami."

Ia menatapku ia marah, kecewa yang jelas ia marah. "Kau menipu anakmu sendiri?"

"Bukan urusanmu," sahutku cepat.

"Ya memang bukan, hanya saja ...." Reina terdiam menghela napasnya sesekali. Dan meniupkan udah dari mulutnya ke atas membuat bagian poninya sedikit berterbangan. Bahkan kebiasaan mereka sama, ada perasaan sakit juga rindu saat ini. Yunki hanya harus menyadari jika ia buka Reya.

"Kau tak seharusnya menipunya."

"Bagaimana perasaanmu saat ibumu meninggal?" tanya pria itu.

"Jangan samakan aku dengan anakmu, aku sudah dewasa saat ibu meninggalkanku."

"Sakit? Terluka? Kau menangis dan merasa sesuatu yang berharga menghilang dari hidupmu? Sekarang bagaimana aku bisa mengatakan itu pada anakku yang baru berumur 4 tahun?"

Reya terdiam mencoba menelaah perkataan Yunki barusan.

"Kau hanya mencari pembenaran untuk dirimu sendiri," ucapnya menatap tuan Min dalam-dalam.

Sementara Yunki mengalihkan pandangan. Tak bisa menatap perempuan itu terlalu lama.

"Aku akan membayar mu, dan—kau tau? Mungkin saja saat ini nasib perusahaan ayahmu berada di tanganmu," ancam Yunki. Tentu saja ia akan melakukan apapun untuk Gina.

"Kau mengancamku?" tanya Reina dengan raut wajah yang sedikit takut.

Yunki mendesis kesal tak menyukai ini. Ia merasa seolah mengancam istrinya sendiri. Sial!

"Kau merasa seperti itu? Ah, aku dengar Park Jimmy akan mencoba membangun relasi di—hmm—Spanyol?" Yunki berujar seraya tersenyum simpul. Ia tak bisa bersikap lemah saat ini. Ingin menunjukkan seberapa kuat seorang Min Yunki.

Reina menelan saliva-nya, menatap seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan. Sat itu ponselnya berdering.

"Halo, Ayah?"

Yunki menyandarkan tubuh ke sofa. Dan meneguk minuman yang disajikan. Berusaha tak terlalu memerdulikan Reina. Ia menatap Yunki dengan tatapan marah. Hari ini Yunki membatalkan sebagian dari pemesanan kain yang ia pesan. Sedangkan Our fashion harus berproduksi. Pasti akan sedikit kacau? Dan itu memang tujuan pria itu.

"Kau juga yang melakukan ini?!" Reina bertanya suaranya meninggi ia marah sangat marah.

Yunki tersenyum di sudut bibirnya, terdiam tak memerdulikan apa yang barusan Reina tanyakan. Sambil sibuk dengan minuman di tangannya.

"Ayahku menilai jika kau adalah orang hebat." Reina bangkit dari duduknya dan sesaat terdiam kemudian mendengus kesal. "Kenyataannya? Kau Manusia busuk dan licik! Seandainya istrimu bisa melihat ini. Ia pasti sangat kecewa padamu dan mungkin bersyukur karena telah pergi meninggalkanmu!"

Yunki berdiri dengan kesal lalu berjalan mendekati Reina yang kini melangkah mundur hingga tersudut di tembok.

"Jaga ucapan mu, nona."

"Aku akan mencari jalan lain." Reina mendorong Yunki dan berjalan menuju pintu keluar. Belum sampai pintu Yunki kembali memperingatkannya.

"Aku belum memberitahu? Jika sebuah perusahaan telah di blacklist oleh Amore grup, perusahaan lain tak akan menerima dengan baik. Atau ... Bahkan tak menerima sama sekali. Hanya sekedar info," jelas tuan Min sambil berjalan tenang ke sofa dan duduk dengan baik menunggu reaksi dari Reina.

Ia berjalan kembali ke arah Yunki. "Apa mau mu sebenarnya?!!"

"Aku sudah mengatakannya," ujar Yunki melihat jam di tangannua. "Bukankah kalian harus memproduksi pakaian untuk pengiriman ke China dan Jepang? Aku hanya mengingatkan jika saja kau terlambat nanti."

Mengancam kali ini tak sulit bagi Yunki, tentu tak sesulit itu. Kekuasaan memang bisa membantu dalam banyak hal. Walau tetap saja tak bisa mengembalikan Reya. Itu yang ada di pikirannya.

Yunki menatap Reina, ia terlihat kacau, memegangi keningnya sambil sesekali meniupkan udara dari mulutnya. Yunki tak suka melihat tingkahnya yang mirip dengan Reya. Reina menghela napas berat, menghembuskan kencang. Sementara, Yunki melihat ponsel Reinakembali berdering. Gadis itu segera mengangkat panggilan,

"Iya ayah? Aku baik-baik saja."

Reina kemudian menatap Yunki. "aku yang akan menemui pemilik Amore textile. Akan ku pastikan ia mengirim sesuai dengan yang seharusnya."

Yunki berusaha menikmati minuman seraya berusaha menyembunyikan senyuman.

Seharusnya tak perlu melawan terlalu banyak jika akhirnya kau menyerah. Batinnya.

"Baiklah," ucapnya pasrah. "Sekarang, hentikan kekejaman mu pada ayahku."

Yunki mengambil ponsel di saku kemeja menghubungi Nam yang berada di luar, "Nam kirim semua ke Our fashion dan katakan kita menyetujui kontrak seperti sebelumnya." Aku berbicara tanpa mengalihkan pandangan dari Reina yang menyerah kalah.

***

Yunki dan Reina duduk di dalam mobil pemilik rambut panjang itu hanya terdiam. Mereka akan menjemput Gina. Yunki tak ingin menyia-nyiakan waktu untuk membahagiakan Gina.

"Katakan pada ayahmu kau akan bekerja denganku dan aku akan memintamu bekerja di salah satu cabang perusahaan ku di Eropa. Aku akan mengatur bagaimana kalian akan berkomunikasi nanti."

Yunki sama sekali tak mendapat atensinya, ia memilih diam.

"Istriku ia suka—"

"Aku tak suka menjadi orang lain. Kau boleh mengatur bagaimana seolah aku akan tinggal. Namun, aku tak ingin menjadi orang lain, mengerti?!"

Yunki diam baginya untuk saat ini Reina bisa bersikap sesuai keinginan.

Mobil itu terhenti di depan sekolah Gina. Yunki dan Reina berjalan keluar dan menunggunya. Cukup lama sampai akhirnya Gina keluar ia menatap Nam. Lalu tersenyum melihat Yunki berada di sana. Reina berjalan menghampiri dari belakang.

"Gina."

Gina menoleh mendengar suara Reina. Ia terdiam cukup lama, seolah tak percaya yang ia lihat.

"Kau, tak rindu pada ibu?" tanya Reina.

Gina berlari, Reina menyamakan Tubuhnya agar bisa memeluk Gina. Yunki berpaling, tak tau apa yang dirasakan saat ini. Bahagia melihat kebahagiaan Gina. Anak ity menangis bahan terkekeh bersamaan. Begitupun Reina, ia menghapus air mata Gina dan Gina menghapus air mata Reina.

"Ibu jangan menangis," ucapnya.

"Gina juga jangan menangis,"

Setelahnya keluarga kecil itu dalam perjalanan pulang. Gina duduk d iantara Yunki dan Reina. Ia menegang tangan mereka berdua. Anak itu terlihat senang sekali. Gina kemudian menyatukan tangan mereka bertiga.

Yunki menatap Reina sesaat, ia masih berkaca-kaca.

Maafkan aku, tapi aku melakukan ini untuk anakku. Pikirnya.

***

.

.

.

.

.