1 Diva yang Terlahir Kembali

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Xia Ling membuka mata dan ia melihat sesosok wajah yang asing.

Seorang gadis yang mengenakan gaun tari putih menatap dengan posisi setengah berlutut. Gadis itu memanggil-manggil namanya dengan panik. Namun, baru beberapa saat kemudian, Xia Ling masih belum dapat mencerna apa yang terjadi padanya. "Xingling! Xingling! Kau baik-baik saja?"

...Xingling?

Siapakah Xingling?

Nama asing, suara asing, bahkan wajah asing memenuhi pikirannya. Xia Ling merasa bingung. Ia yakin ia bukan orang yang dipanggil "Xingling" ini. Ia yakin ia tidak mengenali gadis yang sedang mengkhawatirkannya ini.

Kepalanya semakin pusing.

Ia mengira dirinya sudah mati. Ketika listrik di atas panggung tiba-tiba padam, seseorang mendorongnya. Sebelum ia sempat bereaksi, tubuhnya jatuh dari sebuah panggung tinggi dan mendarat pada sebuah pembatas beton. Ketika ia terjatuh, kepalanya tertusuk besi tajam. Darah dan isi otaknya berceceran.

Lalu, apa yang sedang terjadi di hadapannya?

Gadis itu terus berteriak memanggilnya, namun Xia Ling sudah tidak ingin mendengar. Ia mengalihkan pandangan ke sekelilingnya.

Di bawah sorot lampu yang redup, ada tujuh hingga delapan orang gadis cantik yang sedang meregangkan badan. Mereka berlatih menari, berputar dan melompat dengan arahan seorang pelatih. Tempat ini adalah… sebuah studio tari.

Ia menatap bayangan wajahnya di cermin.

Bayangannya tampak seperti gadis lemah berusia sekitar 15 atau 16 tahun yang sedang meringkuk di sudut studio. Rambutnya panjang, berkilau dan halus. Parasnya cantik dan bersih. Pakaiannya sama seperti yang dikenakan gadis-gadis lain. Namun, ia merasa sedang menatap orang asing. Ia yakin yang ditatapnya bukanlah dirinya – Xia Ling, seorang diva industri musik.

Xia Ling terperanjat. Ia pernah membaca novel dengan tema reinkarnasi yang populer. Mungkinkah itu… terjadi padanya? Ia menjelma menjadi orang lain?! Apa yang…

Setelah mulai terbiasa dengan keadaannya, gadis di sampingnya menarik seseorang dan berkata, "Pelatih, cepat kemarilah dan lihat Xingling. Dia diam saja setelah siuman! Apa ada yang salah dengannya?" Ujarnya khawatir.

"Ha! Apa yang salah dengannya?" Lelaki yang dipanggil "pelatih" itu menatap Xia Ling tak acuh. "Ye Xingling, kau pura-pura pingsan lagi? Aku tidak terkecoh. Bangun dan lanjutkan latihan. Banyak yang ikut latihan di Skyart Entertainment ini. Kita semakin mendekati ujian akhir bulan. Kalau posisimu di bawah lagi, kau akan dikeluarkan!"

Jadi, sekarang ia bernama Ye Xingling.

Sebentar. Itu tidak penting. Poin pentingnya adalah… Ye Xingling adalah trainee1 di Skyart Entertainment?

Xia Ling pernah mendengar reputasi perusahaan ini. Perusahaan ini memang tidak seterkenal Imperial Entertainment yang menaunginya dulu, tapi tetap punya andil besar dalam industri hiburan. Skyart Entertainment mencari trainee, membuat jadwal latihan yang ketat, serta mengawasi dan menyisihkan trainee sama seperti perusahaan lainnya. Hanya mereka yang beruntung yang bisa debut sebagai idola.

Dan sekarang Xia Ling menjadi bagian dari mereka.

Sudah berapa lama…semenjak ia menjadi trainee?

Xia Ling merasa sedikit getir. Kepalanya sakit dan ingatannya terasa agak samar. Ia masih ingat musim panas bertahun-tahun lalu yang ia habiskan di Imperial Entertainment. Cahaya matahari yang menembus jendela-jendela besar di sana, aroma bunga-bunga, dan…

Lelaki yang selalu tersenyum hangat padanya dan menyayanginya…

"Xingling? Xingling?! Kau tidak apa-apa?!"

Suara gadis itu kembali menyadarkannya. Xia Ling memiringkan kepalanya dan menatap gadis yang semula duduk di sampingnya. Gadis itu menatap Xia Ling tanpa berkedip. Ia begitu mencemaskannya.

Luo Luo.

Tanpa disadarinya, nama itu terbersit di kepalanya. Ingatan akan "Luo Luo" dan "Xingling" muncul seketika. Suara Luo Luo memecah lamunannya, "Xingling… kau merasa lebih baik? Katakan sesuatu! Jangan membuatku cemas!"

Xia Ling mengusap-usap pelipisnya dan berujar, "Aku baik-baik saja, Luo Luo."

"Syukurlah." Luo Luo tersenyum. Luo Luo buru-buru mengambil air dari dispenser dengan cangkir kertas dan memberikannya pada Xia Ling. "Minumlah. Lain kali jangan memaksakan diri untuk latihan. Aku tahu kau tidak berpura-pura! Kau membuatku cemas saat kau pingsan tadi!"

Kecemasannya begitu mendalam untuk Xia Ling.

Di kehidupan sebelumnya, ia mengenal seseorang yang sifatnya persis seperti Luo Luo. Orang itu adalah adiknya, Xia Yu. Xia Ling menyayanginya seakan ia adalah harta karun yang berharga. Ia mempercayai adiknya, namun akhirnya ia dikhianati.

Xia Ling tidak ingin mengalaminya lagi.

Ia menjaga jaraknya dengan Luo Luo. "Keadaanku akan lebih baik setelah istirahat. Kembalilah berlatih."

Luo Luo menggeleng keras dan membantah, "Kau harus menjaga kondisimu. Ini sudah ketiga kalinya kau jatuh pingsan dalam bulan ini. Aku mengerti kau ingin lulus ujian, tapi.."

Ia menggigit bibirnya dan meragu.

Xia Ling tersenyum. Ia paham maksud Luo Luo. Pemilik tubuh ini, Ye Xingling, tidak mampu lulus dari ujian selama dua bulan berturut-turut. Jika Ye Xingling tidak menunjukkan kemajuan kali ini, ia harus angkat kaki. Itulah mengapa ia sangat bersikeras berlatih hingga jatuh pingsan berulang kali. Wajar saja Luo Luo khawatir.

Mungkinkah pemilik tubuh ini mati karena kelelahan?

Xia Ling turut berduka. Apa jadinya jika Luo Luo menyadari kalau dirinya bukanlah Ye Xingling?

Walaupun begitu, Xia Ling merasa ujian trainee tiap akhir bulan sangat mudah baginya. Gerakan-gerakan tarian indah yang dulu dikuasainya telah merekat di ingatannya. Dulu, ia membuat dunia terpukau padanya. Dengan kemampuannya, lolos ujian adalah hal yang mudah baginya.

Melihat ekspresi sedih Luo Luo, Xia ling tersenyum, "Jangan khawatir, Luo Luo. Aku tahu batas kemampuanku. Aku tidak akan mengulanginya. Kurasa aku sudah menguasai teknik kuncinya. Aku akan tunjukkan kemajuan kali ini."

"Benarkah?"

"Tentu."

Wajah cemas Luo Luo berganti senyuman, "Kalau begitu, beristirahatlah. Aku akan berlatih lagi."

Xia Ling melihat Luo Luo bergabung dalam latihan tari dengan yang lain dan merasa lega. Berbicara dengan Luo Luo mengingatkannya akan adiknya yang "baik", Xia Yu, dan juga tentang pria itu.

Ingatan yang selalu menjadi luka di hatinya.

Ia menggeleng-gelengkan kepala dan berusaha berhenti memikirkan ingatan itu. Hal yang terpenting sekarang adalah ingatan Ye Xingling. Lalu, ia bergegas keluar.

Tak ada yang menghentikannya. Semua orang berkonsentrasi pada latihan mereka. Terkadang ada satu atau dua orang yang melihatnya, namun mereka lebih memilih mengabaikannya atau bahkan memandangnya tak acuh. Siapa lagi yang peduli pada orang yang ditakdirkan gagal ini kalau bukan Luo Luo yang baik?

Xia Ling tidak peduli. Jatuh bangun yang ia rasakan dalam kehidupannya dulu membuatnya terbiasa dengan peliknya menjalin hubungan dengan orang lain. Ketidakacuhan mereka tidak cukup membuatnya merasa terganggu.

Ia mencari tempat sepi agar ia bisa duduk sendiri dan mulai menyusun apapun yang berhubungan dengan Ye Xingling di pikirannya.

avataravatar
Next chapter